15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar ialah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya Purwanto, 2011:
38. Hal ini senada dengan pendapat Sugihartono, dkk 2013: 74 belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud
perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
Menurut Aunurrahman 2010: 38 belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar adalah suatu
usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan
terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak Susanto, 2015: 4.
Anitah, dkk 2008: 1.3 berpendapat bahwa ciri utama belajar itu ada tiga. Pertama, belajar adalah proses mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan
perasaan. Kedua, hasil belajar berupa perubahan perilaku kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Ketiga, belajar berlangsung melalui pengalaman, baik langsung
maupun tidak langsung. Penelitian ini diharapkan terdapat perubahan perilaku dalam diri siswa
yang berupa pemahaman, pengetahuan maupun keterampilan. Perubahan tingkah laku dalam hal berpikir, merasa maupun bertindak diperoleh melalui interaksi
16 dengan lingkungan. Perubahan ini terjadi dari tidak tahu menjadi tahu konsep IPS
dan mampu menggunakannya dalam materi lanjut atau dalam kehidupan sehari- hari. Berdasarkan hal tersebut, belajar bukan sekadar mengingat atau menghafal
saja, namun lebih luas dari itu yaitu mengalami. 2.
Prinsip-prinsip Belajar Prinsip belajar merupakan ketentuan atau hukum yang harus dijadikan
pegangan dalam pelaksanaan kegiatan belajar. Sebagai suatu hukum, prinsip belajar akan sangat menentukan proses dan hasil belajar. Anitah, dkk 2008: 1.17
mengemukakan prinsip-prinsip belajar, sebagai berikut. a.
Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik berkaitan langsung
dengan tujuan pelajaran itu sendiri. b.
Perhatian atau pemusatan energi psikis terhadap pelajaran, dapat dilakukan melalui pelibatan siswa itu sendiri atau menciptakan situasi belajar yang
menarik bagi siswa. c.
Aktivitas. Aktivitas belajar melibatkan pikiran dan perasaan siswa. Bila pikiran dan perasaan siswa tidak terlibat aktif, pada hakikatnya siswa tersebut
tidak belajar. Untuk merangsang siswa supaya lebih aktif belajar, dapat digunakan metode dan media yang bervariasi.
d. Balikan. Balikan diperlukan supaya siswa segera mengetahui benar tidaknya
pekerjaan yang ia lakukan. Balikan dari guru sebaiknya yang mampu menyadarkan siswa terhadap kesalahan mereka dan meningkatkan
pemahaman siswa akan pelajaran tersebut.
17 e.
Perbedaan individual. Semua siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dan hendaknya guru dapat memfasilitasi perbedaan siswa tersebut sesuai
dengan karakteristik masing-masing siswa. Prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran Aunurrahman, 2010:
113, yaitu: a.
apapun yang siswa pelajari, harus dia yang belajar, bukan orang lain yang melakukan aktivitas belajar untuknya,
b. setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya,
c. pemberian penguatan langsung pada siswa, dapat menjadikan siswa belajar
dengan baik, d.
penguasaan materi yang baik pada setiap langkah pembelajaran, memungkinkan siswa memahami makna dari materi yang dipelajarinya, dan
e. motivasi belajar siswa dapat meningkat apabila diberi tanggung jawab dan
kepercayaan penuh atas belajarnya. Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto 2003: 27-28 sebagai berikut.
a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
1 Usahakan untuk melibatkan siswa secara aktif, meningkatkan minat dan
membimbing siswa untuk mencapai tujuan instruksional. 2
Untuk mencapai tujuan instruksional, perlu adanya penguatan dan motivasi bagi siswa.
3 Lingkungan belajar perlu diatur sedemikian rupa agar siswa dapat melakukan
eksplorasi dan belajar dengan efektif. 4
Perlu adanya interaksi siswa dan lingkungan supaya siswa dapat belajar.
18 b.
Sesuai hakikat belajar 1
Belajar merupakan proses berkelanjutan yang dilakukan tahap demi tahap. 2
Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan diskoveri. 3
Belajar memiliki keterkaitan antar pengertian dan belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respon.
c. Sesuai materibahan yang harus dipelajari
1 Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian
yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. 2
Belajar dilaksanakan sesuai tujuan instruksional dan untuk mengembangkan kemampuan tertentu.
d. Syarat keberhasilan belajar
1 Sarana yang memadai diperlukan untuk mendukung proses belajar.
2 Perlu adanya repetisi pengulangan agar pengertian, keterampilan maupun
sikap yang diajarkan dapat tertanam pada diri siswa. Penelitian ini mengambil prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
a. Belajar memerlukan proses.
b. Perlu adanya keterlibatan siswa dalam pembelajaran, karena siswa berperan
sebagai subjek pembelajaran. c.
Model dan metode yang digunakan dalam pembelajaran, disesuaikan dengan karakteristik siswa.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, memberikan penjelasan dalam memaknai belajar dan dapat mengetahui apa yang perlu diperhatikan dalam
mendukung proses pembelajaran, serta dapat dijadikan pegangan dalam
19 pelaksanaan kegiatan belajar. Dengan demikian, proses belajar dapat dilaksanakan
secara optimal. 3.
Hasil Belajar Purwanto 2011: 46 mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan perilaku siswa akibat belajar, yang disebabkan karena siswa mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar.
Oleh karena itu, hasil belajar erat kaitannya dengan belajar. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah yang diperoleh dari hasil tes sejumlah materi pelajaran tertentu dan dinyatakan dalam bentuk skor.
Taksonomi Bloom terdiri dari tiga ranah sebagai bentuk klasifikasi tujuan pendidikan dan tahapan pencapaiannya, yaitu Bloom, 1956: 7: 1 ranah kognitif
pengetahuan, 2 ranah afektif sikap, dan 3 psikomotorik ketramplian. Taksonomi ini merupakan tahapan proses berpikir siswa dari tingkat keterampilan
berpikir paling rendah sampai tingkat keterampilan berpikir yang lebih kompleks. Ranah kognitif meliputi tujuan-tujuan yang berhubungan dengan pengetahuan dan
pengembangan intelektual. Ranah afektif mencakup tujuan yang menggambarkan perubahan sikap, nilai-nilai dan pengembangan apresiasi. Ranah psikomotor
mencakup area manipulatif atau motorik. Bloom 1956: 62-190 menjelaskan bahwa ranah kognitif melibatkan
pengetahuan dan pengembangan keterampilan intelektual. Hal ini meliputi mengingat kembali fakta-fakta tertentu, pola prosedural dan konsep-konsep yang
melayani dan mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan. Ada
20 enam kategori utama, yang dijabarkan dalam urutan yang dimulai dari perilaku
yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Keenam tahap tersebut, yaitu:
a. knowledge pengetahuan
Menunjukkan adanya memori mengenai materi yang sebelumnya telah dipelajari, yang berkaitan dengan fakta-fakta dasar, syarat, konsep-konsep dasar
dan pemilihan jawaban. Kata kunci yang digunakan pada tahap ini meliputi: siapa, apa, mengapa, kapan, alasan, dimana, yang mana, pilihlah, temukan, bagaimana,
jelaskan, namai, tunjukkan, eja, daftar, cocokkan, hubungkan, ceritakan, pilih. Contoh:
1 cocokkan nama-nama karakter dengan gambar karakter,
2 cocokkan pernyataan dan tokoh yang menyatakannya,
3 aturlah kalimat acak ini menjadi cerita secara berurutan.
b. comprehension pemahaman
Menunjukkan pemahaman tentang fakta-fakta dan ide-ide dengan mengorganisir, membandingkan, menerjemahkan, menafsirkan, memberikan
deskripsi dan menyatakan ide utama. Kata kunci yang digunakan pada tahap ini meliputi:
membandingkan, menunjukkan,
menafsirkan, menjelaskan,
memperpanjang, menggambarkan, menyimpulkan, menguraikan, berhubungan, menerjemahkan, meringkas, menampilkan, mengklasifikasikan. Contoh:
1 menjelaskan ide-ide yang dipilih atau bagian dari cerita menggunakan
kalimatnya sendiri,
21 2
menggambar atau menulis sebuah kalimat yang menampilkan apa yang terjadi sebelum dan setelah bagian atau ilustrasi yang ditemukan di buku visualisasi,
3 memprediksi kemungkinan yang bisa terjadi dalam suatu cerita sebelum
selesai membaca seluruh buku, 4
membuat gambar garis waktu yang berisi ringkasan apa yang terjadi dalam cerita, dan
c. application penerapan
Memecahkan masalah dalam situasi baru dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh, fakta, teknik dan aturan dalam cara yang berbeda, atau baru. Kata
kunci pada
tahap ini
meliputi: menerapkan,
membangun, memilih,
mengembangkan, wawancara, membuat penggunaan, mengatur, bereksperimen dengan, rencana, pilih, memecahkan, memanfaatkan, model, mengidentifikasi.
Contoh: 1
mengklasifikasikan ciri-ciri manusia, hewan, atau benda, 2
membuat boneka jari dan tampil di luar bagian dari cerita, 3
pilih makanan yang sekiranya pemeran utama akan menyukainya: merencanakan menu dan metode melayaninya,
4 pikirkan situasi yang terjadi pada tokoh dalam cerita dan tulislah tentang
bagaimana dia akan menangani situasi yang berbeda, dan 5
memberikan contoh dari orang-orang yang siswa tahu memiliki masalah yang sama sebagai karakter dalam cerita.
d. analysis analisis
Memeriksa dan memecah informasi ke dalam bagian-bagian dengan
22 mengidentifikasi motif atau penyebab. Membuat kesimpulan dan mencari bukti
yang mendukung generalisasi. Kata kunci: menganalisis, mengkategorikan, mengklasifikasikan, membandingkan, menemukan, membedah, membagi,
memeriksa, menyederhanakan, survei, tes, membedakan, daftar, perbedaan, tema, hubungan, fungsi, motif, kesimpulan. Contoh:
1 mengidentifikasi karakteristik umum dinyatakan danatau tersirat dari
karakter utama, 2
membedakan apa yang bisa terjadi dari apa yang tidak bisa terjadi dalam cerita dalam kehidupan nyata,
3 pilih bagian-bagian cerita yang paling lucu, paling menyedihkan, paling
bahagia dan paling luar biasa, 4
bandingkan dua karakter utama, dan 5
pilih tindakan dari karakter utama yang sama persis dengan apa yang akan dilakukan oleh siswa.
e. synthesis sintesis
Mengumpulkan informasi dengan cara yang berbeda dengan cara menggabungkan elemen dalam pola baru atau mengusulkan solusi alternatif. Kata
kunci: membangun, memilih, menggabungkan, kompilasi, menulis, membuat desain, mengembangkan, memperkirakan, merumuskan, bayangkan, menciptakan,
merencanakan, memprediksi, mengusulkan, memecahkan masalahsolusi, membahas,
memodifikasi, memperbaiki,
beradaptasi, meminimalkan,
memaksimalkan, berteori, menguraikan, tes, terjadi, menghapus. Contoh:
23 1
menciptakan sebuah cerita berdasarkan judul, 2
membuat poster untuk mengiklankan cerita sehingga orang ingin untuk membacanya,
3 gunakan imajinasi anda untuk menggambar tentang cerita,
4 menciptakan produk baru yang terkait dengan cerita,
5 menulis buku harian yang berisi tentang pikiran dan kegiatan,
6 membuat karakter asli dan memberitahu bagaimana karakter akan masuk ke
dalam cerita, dan 7
menulis musik dan lirik lagu bahwa salah satu karakter utama akan bernyanyi jika diaitu menjadi bintang rock.
f. evaluation evaluasi
Mengajukan dan mempertahankan pendapat dengan membuat penilaian tentang informasi, validitas ide atau kualitas kerja berdasarkan seperangkat
kriteria. Kata kunci: penghargaan, memilih, menyimpulkan, mengkritik, memutuskan, membela, sengketa, mengevaluasi, menilai, membenarkan,
mengukur, membandingkan,
menandai, merekomendasikan,
persetujuan, memprioritaskan, pendapat, menafsirkan, menjelaskan, mendukung membuktikan,
menyangkal, menilai, mempengaruhi, memahami, menghargai, memperkirakan, mengurangi. Contoh:
1 memutuskan dengan karakter yang mana ia ingin menghabiskan waktu
bersamanya dan mengapa, 2
menilai apakah karakter harus bertindak dengan cara tertentu dan mengapa, dan
24 3
memutuskan jika cerita benar-benar bisa terjadi dan membenarkan alasan untuk keputusan.
Ranah afektif Krathwohl, Bloom, Maisa, 1964 berkaitan dengan hal-hal emosional, perasaan, nilai-nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi dan sikap. Lima
kategori utama tersebut dijabarkan dalam urutan perilaku yang sederhana sampai yang paling kompleks, sebagai berikut.
a. Receiving Phenomena Penerimaan
Tingkatan afektif ini meliputi: 1
awareness kesadaran untuk menerima, yaitu munculnya kesiapan untuk berinteraksi dengan stimulus fenomena atau objek yang dipelajari. Ditandai
dengan kehadiran dan usaha untuk memberi perhatian pada stimulus. 2
willingness to receive kemauan untuk menerima, yaitu usaha untuk memusatkan perhatian pada stimulus.
3 controlled or selected attention mengkhususkan perhatian, yaitu
mengkhususkan perhatian pada fokus tertentu misalnya warna, suara atau kata-kata saja.
Kata kunci: bertanya, memilih, menjelaskan, mengikuti, memberikan, memegang, mengidentifikasi, menempatkan, nama, menunjuk, memilih, duduk,
menempatkan, menjawab, menggunakan. Contoh: 1
mendengarkan orang lain dengan hormat, dan 2
mendengarkan dan mengingat nama orang-orang yang baru diperkenalkan. b.
Responding to Phenomena Menanggapi Meliputi partisipasi aktif dari siswa, menghadiri dan bereaksi terhadap
25 fenomena tertentu, memberikan respon terhadap stimulus yang meliputi proses
sebagai berikut. 1
Acquiescene of responding Kesiapan menanggapi, contohnya mengajukan pertanyaan, menaati peraturan lalu lintas, dll.
2 Willingness to respond Kemauan menanggapi, yaitu usaha untuk melihat
hal-hal khusus dalam bagian yang diperhatikan. 3
Satisfaction in response Kepuasan menanggapi, yaitu adanya kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan untuk mengetahui.
Contoh: bertanya, membuat gambar, memotret, dll. Kata kunci: menjawab, membantu, membahas, menyapa, label,
melakukan, praktek, menyajikan, membaca, laporan, memilih, mengatakan, menulis. Contoh:
1 berpartisipasi dalam diskusi kelas,
2 memberikan presentasi,
3 menanyakan hal-hal baru mengenai konsep, model, dll untuk memahami
mereka sepenuhnya, dan 4
tahu aturan-aturan untuk menjaga keselamatan dan mempraktekkannya. c.
Valuing Menghargai Harga atau nilai seseorang menempel ke objek tertentu, fenomena, atau
perilaku. Menilai didasarkan pada internalisasi seperangkat nilai-nilai tertentu, sementara petunjuk untuk nilai-nilai ini dinyatakan dalam perilaku yang nampak
pada siswa dan sering dapat diidentifikasi. Pada tahap ini mulai timbul
26 internalisasi untuk memiliki dan menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi.
Penilaian ini dibagi menjadi tiga tahap, sebagai berikut. 1
Acceptance of value Menerima nilai, merupakan kelanjutan dari kepuasan menanggapi yang lebih intensif.
2 Preference for a value Menyeleksi nilai yang lebih disenangi, yang
ditunjukkan dengan usaha untuk mencari sesuatu yang dapat memuaskan. 3
Komitmen, yaitu keyakinan terhadap suatu nilai dengan alasan tertentu yang muncul setelah melalui pengalaman-pengalaman. Komitmen ditunjukkan
dengan rasa senang, kagum, terpesona. Misalkan kagum atas keberanian seseorang, menunjukkan komitmen terhadap nilai keberanina yang
dihargainya. Kata kunci: Melengkapi, menunjukkan, membedakan, menjelaskan, ikuti,
bentuk, memulai, mengundang, bergabung, membenarkan, mengusulkan, membaca, laporan, memilih, studi, bekerja. Contoh:
1 menunjukkan kepercayaan dalam proses demokrasi, peka terhadap individu
dan budaya perbedaan nilai keanekaragaman, 2
menunjukkan kemampuan untuk memecahkan masalah, dan 3
mengusulkan rencana untuk perbaikan sosial dan mengikuti dengan komitmen.
d. Organization Mengorganisasikan
Mengatur nilai-nilai menjadi prioritas dengan cara mengontraskan nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik antara mereka dan menciptakan sistem nilai
27 yang unik. Penekanan adalah pada membandingkan, berhubungan dan sintesis
nilai-nilai. Proses ini terjadi dalam dua tahapan, yaitu: 1
konseptualisasi nilai, yaitu keinginan untuk menilai hasil karya orang lain, dan 2
pengorganisasian sistem nilai, yaitu menyusun nilai dalam suatu sistem nilai dengan urutan tingkatan sesuai dengan urutan kepentingan atau kesenangan
pada masing-masing siswa. Kata kunci: berpedoman, mengubah, mengatur, menggabungkan,
membandingkan, membela, menjelaskan, merumuskan, mengidentifikasi,
mengintegrasikan, memodifikasi,
perintah, mengatur,
mempersiapkan, berhubungan, mensintesis. Contoh:
1 mengakui kebutuhan akan keseimbangan antara kebebasan dan perilaku yang
bertanggung jawab, 2
menjelaskan peran perencanaan yang sistematis dalam memecahkan masalah. 3
menerima standar etika profesional, 4
menciptakan rencana hidup dalam harmoni dengan kemampuan dan keyakinan,
5 memprioritaskan waktu efektif untuk memenuhi kebutuhan organisasi,
keluarga, dan diri sendiri. e.
Internalizing Values Characterization Memiliki sistem nilai yang mengontrol perilaku siswa. Perilaku ini
merasuk, konsisten, dapat diprediksi, dan yang paling penting, sesuai dengan karakteristik siswa. Tujuan pengajaran berfokus pada pola penyesuaian diri siswa
pribadi, sosial, emosional. Tahap ini tediri dari dua tahap, yaitu:
28 1
generalisasi, yaitu kemampuan untuk melihat suatu masalah dari sudut pandang tertentu.
2 karakterisasi, yaitu mengembangkan pandangan hidup tertentu yang
membentuk kepribadian. Kata
kunci: bertindak,
membedakan, menampilkan,
pengaruh, mendengarkan, memodifikasi, melakukan, praktek, mengusulkan, memenuhi
syarat, pertanyaan, merevisi, menyajikan, memecahkan, memverifikasi. Contoh: 1
menunjukkan kemandirian ketika bekerja secara individual, 2
bekerja sama dalam kegiatan kelompok menampilkan kerjasama, 3
menampilkan komitmen profesional untuk praktik etis pada setiap hari, 4
merevisi penilaian dan perubahan perilaku dengan menyertakan bukti baru, dan
5 menilai orang apa adanya, bukan bagaimana mereka berpenampilan.
Elizabeth Shimpson 1966: 25-30 membagi menjadi lima kategori yang menjelaskan perjenjangan hasil belajar psikomotor atau perilaku. Kelima jenjang
tersebut, yaitu perception, set, guided response, mechanism, dan complex overt response. Penjelasan dari masing-masing tingkat tersebut, sebagai berikut.
a. Perception Persepsi
Persepsi berkenaan dengan penggunaan organ indra untuk menangkap stimulus yang membimbing aktivitas gerak. Kategori itu bergerak dari stimulus sensori
kesadaran terhadap stimulus melalui pemilihan stimulus pemilihan tugas yang relevan. Kategori perception dibagi menjadi tiga subkategori yang menunjukkan
29 tiga tingkat yang berbeda sehubungan dengan proses persepsi. Subkategori
tersebut, sebagai berikut. 1
Sensory Stimulation Rangsangan Indera Berkaitan dengan stimulus pada satu atau lebih organ-organ indera pendengar,
peraba, perasa, penglihatan, dan pembau. Contoh: kepekaan pendengaran siswa dalam memainkan alat musik sebagai anggota kelompok, kepekaan dalam meraba
suatu benda, dan kepekaan terhadap bumbu masakan. 2
Cue Selection Pemilihan Stimulus Memutuskan stimulus apa yang harus ditanggapi seseorang untuk memenuhi
persyaratan kinerja tugas tertentu. Ini melibatkan identifikasi stimulus atau stimulus dan mengaitkannya dengan tugas yang harus dilakukan. Ini mungkin
melibatkan pengelompokan stimulus berdasarkan pengalaman dan pengetahuan masa lalu. Stimulus yang relevan dengan situasi dipilih sebagai panduan tindakan
dan stimulus yang tidak relevan diabaikan atau dibuang. 3
Translation Terkait dengan persepsi untuk bertindak dalam melakukan tindakan motorik.
b. Set Kesiapan
Kesiapan melakukan tindakan tertentu meliputi kesiapan mental, kesiapan fisik dan kesiapan emosioanl. Set kesiapan dibagi menjadi 3 kategori, sebagai berikut.
1 Mental Set Kesiapan Mental
Kesiapan dalam arti mental, yaitu kesiapan untuk melakukan suatu tindakan motorik tertentu. Sebagai prasyarat, hal ini melibatkan tingkatan persepsi dan
subkategorinya yang telah diidentifikasi. Contoh: pengetahuan tentang langkah-
30 langkah dalam mengatur meja dan pengetahuan tentang alat yang sesuai dengan
kinerja berbagai mesin jahit. 2
Physical Set Kesiapan Fisik Kesiapan dalam artian membuat penyesuaian anatomis yang diperlukan agar dapat
melakukan kemampuan motorik. Kesiapan, dalam pengertian fisik, melibatkan rangkaian reseptor, yaitu kehadiran sensorik, atau memusatkan perhatian pada
organ sensorik dan set postural yang dibutuhkan, atau posisi tubuh. Contoh: posisi tangan yang siap untuk mengetik.
3 Emotional Set Kesiapan Emosi
Kesiapan dalam hal perilaku yang menguntungkan terhadap tindakan motorik yang sedang berlangsung. Kesediaan untuk merespons secara tersirat. Contoh:
disposisi untuk menampilkan operasi mesin jahit dengan kemampuan terbaik dan keinginan untuk mengoperasikan mesin produksi dengan skill.
c. Guided Response Gerakan Terbimbing
Gerakan terbimbing merupakan tahapan awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks. Hal ini meliputi peniruan atau pengulangan perbuatan yang telah
didemonstrasikan dan trial and error atau penggunaan pendekatan ragam respon untuk mengidentifikasi respon yang tepat. Guided response terbagi menjadi 2
kategori, sebagai berikut. 1
Imitation Imitasi adalah eksekusi suatu tindakan sebagai respon langsung terhadap persepsi
orang lain yang melakukan tindakanakting tersebut. Contoh: menirukan proses
31 menjahit, melakukan tarian seperti setan, dan memotong paruh ayam sesuai yang
telah dicontohkan. 2
Trial and Error Mencoba berbagai tanggapan, biasanya dengan beberapa alasan untuk setiap
respons, sampai respons yang tepat tercapai. Respon yang tepat adalah yang memenuhi persyaratan kinerja tugas, yaitu, menyelesaikan pekerjaan atau
melakukannya dengan lebih efisien. Tingkat ini dapat didefinisikan sebagai pembelajaran respons ganda di mana respons yang dipilih dari beragam perilaku,
mungkin melalui pengaruh reward dan punishment. Contoh: menemukan metode menyetrika blus yang paling efisien melalui uji coba berbagai prosedur dan
memastikan urutan pembersihan ruangan melalui percobaan beberapa pola. d.
Mechanism Gerakan Terbiasa Gerakan ini berkenaan dengan kinerja dimana respon telah menjadi terbiasa dan
gerakan-gerakan dilakukan dengan penuh keyakinan dan kecakapan. Hasil belajar level ini berkenaan dengan keterampilan berbagai tipe kinerja tetapi tingkat
kompleksitas gerakannya lebih rendah dari level berikutnya. Contoh: mampu mencampur bahan untuk membuat mentega dan mampu melakukan penyerbukan
bunga oat. e.
Complex Overt Response Gerakan yang Kompleks Gerakan kompleks yaitu gerakan sangat terampil dengan pola-pola gerakan yang
sangat kompleks. Keahliannya terindikasi dengan gerakan cepat, lancar, akurat, dan menghabiskan energi yang minimum. Complex overt response terbagi
menjadi 2 kategori, sebagai berikut.
32 1
Resolution of Uncertainty Resolusi ketidakpastian Tindakan dilakukan tanpa ragu-ragu dari individu untuk mendapatkan gambaran
mental dari urutan tugas. Artinya, dia tahu urutan yang dibutuhkan dan dengan demikian berjalan dengan percaya diri. Tindakan di sini didefinisikan sebagai sifat
yang kompleks. Contoh: ketrampilan mengoperasikan mesin penggilingan, ketrampilan dalam menyiapkan dan mengoperasikan gergaji produksi, serta
ketrampilan dalam meletakkan pola pada kain dan memotong garnet. 2
Automatic Performance Kinerja Otomatis Pada tingkat ini, individu dapat melakukan keterampilan motorik yang
terkoordinasi dengan baik dengan kemudahan dan kontrol otot yang hebat. Contoh: ketrampilan dalam melakukan langkah dasar tarian daerah dan
keterampilan memainkan biola. Soedjiarto Purwanto, 2010: 46 menjelaskan bahwa hasil belajar adalah
tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Carool dalam Sudjana 2002:
40 berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu a bakat siswa, b waktu yang tersedia untuk belajar, c waktu yang
digunakan untuk menjelaskan pelajaran, d kualitas pembelajaran dan kemampuan individu. Howard Kingsley Sudjana, 2002: 45 hasil belajar dibagi menjadi tiga,
yaitu a keterampilan dan kebiasaan, b pengetahuan dan pengertian, c sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan
dalam kurikulum sekolah.
33 Hasil belajar dibedakan menjadi tiga yaitu kognitif penguasaan
intelektual, afektif berhubungan dengan sikap dan nilai serta psikomotor kemampuanketerampilan bertindakberperilaku. Untuk siswa SD, ranah kognitif
yang dipilih cukup pengetahuan, pemahaman, dan penerapan Sardjio, 2011: 8.19. Ketiga ranah hasil belajar tidak berdiri sendiri, tapi merupakan kesatuan
yang tidak terpisahkan. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah Sudjana, 2002: 49.
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental otak yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Dalam ranah kognitif ini terdapat enam
jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi, keenam jenjang tersebut menurut Sudjana 2006: 23-29 yaitu:
1 pengetahuan knowledge adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-
ingat kembali recall atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharap kemampuan untuk
menggunakannya, 2
pemahaman comprehension adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat,
3 penerapan atau aplikasi application adalah kesanggupan seseorang untuk
menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode- metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi
yang baru dan konkret,
34 4
analisis analysis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih
kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor- faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.,
5 sintesis synthesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian
secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang berstruktur, dan 6
penilaianpenghargaanevaluasi evaluation adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif ini dari lima jenjang menurut Sudjana 2006: 30 yaitu:
1 receiving atau attending menerima atau memperhatikan adalah kepekaan
seseorang dalam menerima rangsangan stimulus dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain,
2 responding menanggapi mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi
kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan
membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara, 3
valuing menilai=menghargai. Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek,
sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan,
35 4
organization mengatur atau mengorganisasikan artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal yang
membawa kepada perbaikan umum, dan 5
characterization by a value or value complex karakteristik dengan suatu nilai atau komplek nilai yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. c.
Ranah Psikomotorik Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
skill atau kemampuan berperilaku setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini merupakan kelanjutan dari hasil
belajar kognitif memahami sesuatu dan hasil belajar afektif yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku, yang dapat
terbentuk apabila siswa telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.
Terdapat enam tingkatan keterampilan menurut Sudjana 2006: 30-31, yaitu: 1
gerak refleks keterampilan pada gerakan yang tidak sadar; 2
keterampilan pada gerakan-gerakan dasar; 3
kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain;
4 kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan; 5
gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan kompleks; dan
6 kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti
gerakan ekspresif dan interpretatif. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil
yang telah dicapai setelah melakukan suatu kegiatan dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, simbol maupun kalimat. Hasil belajar
36 IPS meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini peneliti
meneliti ranah kognitif dan psikomotor karena disesuaikan dengan masalah yang terjadi di lapangan. Kemampuan kognitif yang diukur meliputi pengetahuan C1,
pemahaman C2, dan penerapan C3. Ranah psikomotor yang diukur dalam penelitian ini meliputi perception atau persepsi P1, set atau kesiapan P2, dan
guided response atau gerakan terbimbing P3. 4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor
yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Faktor-faktor ini dapat berasal dari dalam maupun dari luar diri individu yang sedang melakukan proses belajar.
Seperti yang diungkapkan oleh Sugihartono 2013: 76 terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar, sebagai berikut.
a. Faktor internal faktor dalam diri siswa
1 faktor jasmaniah berkaitan dengan tubuh seseorang, meliputi faktor
kesehatan dan cacat tubuh. 2
faktor psikologis berkaitan dengan mental seseorang, meliputi faktor intelegensi, minat, perhatian, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.
b. Faktor eksternal faktor dari luar siswa
1 faktor keluarga, meliputi faktor cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.
2 faktor sekolah yang mempengaruhi belajar, meliputi faktor metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah,
37 pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
mengajar dan tugas rumah. 3
faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat dan media massa.
Dalyono 2005: 55-60 mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar, yaitu faktor yang berasal dari dalam
diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar, sebagai berikut.
a. Fakror internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, meliputi:
1 Kesehatan
Kesehatan yang dimaksud meliputi kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Apabila jasmani siswa tidak sehat, maka dapat mengakibatkan siswa tidak
semangat dalam belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani kurang baik dapat mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Semangat belajar yang
rendah dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar. 2
Intelegensi dan bakat Aspek intelegensi dan bakat ini besar sekali pengaruhnya terhadap
kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai intelegensi baik IQ-nya tinggi umumnya mudah belajar dan hasil belajarnya cenderung baik. Sebaliknya,
seseorang yang memiliki intelegensi rendah, cenderung mengalami kesulitan belajar, lambat berpikir, sehingga hasil belajarnya pun rendah. Seseorang yang
memiliki bakat, akan lebih mudah belajar dan cepat pandai dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki bakat. Bila seseorang mempunyai intelegensi tinggi
38 dan bakat dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan
sukses. 3
Minat dan motivasi Minat dapat timbul dari luar maupun dari dalam diri siswa. Minat belajar
yang besar cenderung memperoleh hasil belajar yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang rendah akan menghasilkan hasil belajar yang rendah pula. Sesorang
yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Kuat lemahnya motivasi
belajar seseorang turut mempengaruhi hasil belajar. 4
Cara belajar Cara belajar seseorang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya.
Belajar juga perlu untuk memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis dan ilmu kesehatan, supaya dapat memperoleh hasil belajar yang memuaskan.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri, meliputi:
1 Keluarga
Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Salah satu anggota keluarga yang berpengaruh besar terhadap
keberhasilan siswa dalam belajar adalah orang tua. Tinggi rendahnya penghasilan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian dan
bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya dapat mempengaruhi hasil belajar.
2 Sekolah
Faktor-faktor di sekolah yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
39 antara lain, kualitas guru, metode mengajar, kesusaian kurikulum dengan
kemampuan siswa, keadaan fasilitas di sekolah, keadaan ruangan, jumlah siswa dalam masing-masing kelas, pelaksanaan tata tertib dan sebagainya.
3 Masyarakat
Keadaan masyarakat juga dapat menentukan hasil belajar siswa. Bila di sekitar siswa keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang berpendidikan,
maka siswa akan terdorong untuk giat belajar. Tetapi apabila siswa tinggal di daerah yang banyak anak-anak nakal, pengangguran, anak tidak bersekolah, dapat
mengurangi semangat belajar sehingga motivasi dan hasil belajar siswa juga dapat berkurang.
4 Lingkungan sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal dapat sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Bila bangunan rumah penduduk sangat rapat, dapat mengganggu
siswa dalam belajar. Keadan lalu lintas yang bising, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, semuanya akan mempengaruhi semangat belajar. Tempat
yang nyaman, sejuk dan sepi akan menunjang proses belajar siswa. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam
penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar meliputi faktor internal yang meliputi faktor jasmaniah dan faktor rohani. Faktor eksternal
meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar. Penelitian ini peneliti fokuskan pada faktor eksternal yaitu sekolah, lebih khususnya
penggunaan metode mengajar yang digunakan guru untuk menyampaikan materi IPS agar siswa memperoleh pemahaman materi IPS secara lebih bermakna.
40 5.
Pengertian IPS di SD Sapriya 2009: 20 menyatakan istilah IPS di sekolah dasar merupakan
nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial
kehidupan. Hal senada diungkapkan oleh Susanto 2015: 137 bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin
ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada
siswa, khususnya di tingkat dasar. Menurut Hidayati 2002: 13 untuk sekolah dasar, IPS merupakan perpaduan mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial ilmu sejarah, geografi, ilmu
ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi dan psikologi sosial yang disusun melalui
pendekatan pendidikan
dan psikologis
serta kelayakan
dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya Samlawi dan Maftuh 1998: 1.
Winataputra 2008: 1.40 mengartikan IPS sebagai suatu studi masalah- masalah sosial yang dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
interdisipliner dan bertujuan agar masalah-masalah sosial tersebut dapat dipahami siswa. Berdasarkan hal tersebut, siswa dapat menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan pengertian IPS di sekolah
dasar merupakan studi sosial yang mengkaji gejala dan masalah kehidupan sosial di masyarakat yang meliputi kajian sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi dan
41 antropologi. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang
memadukan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi
kehidupan siswa. 6.
Tujuan IPS di SD Tujuan utama IPS menurut Susanto 2015: 146 ialah untuk
mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap positif terhadap segala ketimpangan yang terjadi, dan
terampil menghadapi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang terjadi pada dirinya ataupun yang terjadi pada masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, IPS
bukan hanya memberikan bekal pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan siswa di masayarakat, bangsa
dan negara dalam berbagai karakteristik. Tujuan IPS dalam Sapriya 2009: 194-195 yaitu agar siswa memiliki
kemampuan sebagai berikut. a.
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c.
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetensi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. Menurut Hidayati 2002: 19 tujuan IPS adalah menyiapkan peserta didik
sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik good citizen. Senada dengan Sapriya 2009: 157 yang mengungkapkan bahwa tujuan IPS adalah untuk
mempersiapkan warga negara Indonesia agar dapat berpartisipasi dalam hidup di
42 masyarakat, yang memerlukan bekal kemampuan berupa pengetahuan
knowledge, sejumlah keterampilan skill, sikap dan nilai attitudes and value serta kemampuan berperilaku action sebagai warga negara. Menurut Solehatin
dan Raharjo 2009: 15 tujuan dari IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat,
minat, kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Berdasarkan beberapa tujuan di atas dapat disimpulkan tujuan IPS di SD yaitu memberikan bekal kepada siswa berupa pengetahuan, sikap, nilai dan
keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupan siswa agar dapat menempatkan diri sebagai warga masyarakat yang baik, memahami perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan memiliki sikap mental positif terhadap isu-isu sosial yang berkembang di masyarakat, serta terampil mengatasi setiap masalah
yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa diri siswa sendiri maupun menimpa masyarakat. Pembelajaran IPS pada penelitian ini menekankan pada pemahaman
siswa tentang bagaimana menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia menghargai
jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan dan menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Diharapkan dengan
pemahaman tentang menghargai perjuangan para tokoh dan masyarakat dalam mempertahankan kemerdekaan, siswa dapat meneladani nilai-nilai luhur para
tokoh pejuang kemerdekaan, sehingga siswa dapat meneruskan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
43 7.
Ruang Lingkup IPS Ruang lingkup materi pelajaran IPS di sekolah dasar yang tercantum
dalam kurikulum, menurut Depdiknas 2006 dalam Susanto 2015: 160, sebagai berikut:
a. Manusia, tempat dan lingkungan.
b. Waktu, keberlanjutan dan perubahan.
c. Sistem sosial dan budaya.
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Materi IPS diambil dari penyederhanaan atau pengadaptasian bagian pengetahuan dari ilmu-ilmu sosial, yang terdiri dari Hidayati, 2002: 18:
a. fakta, konsep, generalisasi dan teori,
b. metodologi penyelidikan dari masing-masing ilmu-ilmu sosial, dan
c. keterampilan-keterampilan intelektual yang diperlukan dalam metodologi
penyelidikan ilmu-ilmu sosial. Materi IPS diambil dari konsep-konsep ilmu sosial yang disederhanakan
sesuai dengan tingkat kematangan perkembangan siswa. Tingkat kematangan perkembangan siswa tersebut meliputi kematangan pada ranah kognitif
pengetahuan, ranah afektif sikap dan nilai, dan ranah psikomotor perilaku atau keterampilan. Cakupan materi IPS di kelas V semester II menurut KTSP dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
44
Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar KTSP SD Negeri Bogo tahun pelajaran 20162017
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Materi
2. Menghargai peranan
tokoh pejuang dan masyarakat
dalam mempersiapkan dan
mempertahankan kemerdekaan
Indonesia 2.1
Mendeskripsikan perjuangan para tokoh
pejuang pada
masa penjajahan Belanda dan
Jepang Perjuangan
para pejuang pada masa
penjajahan Belanda
dan Jepang
2.2 Menghargai jasa dan
peranan tokoh
perjuangan dalam
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia
Masa persiapan
kemerdekaan
2.3 Menghargai jasa dan
peranan tokoh dalam memproklamasikan
kemerdekaan Peristiwa
sekitar proklamasi
2.4 Menghargai perjuangan
para tokoh
dalam mempertahankan
kemerdekaan Perjuangan
mempertahankan kemerdekaan
Penelitian ini mengambil Standar Kompetensi 2. Menghargai peranan
tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dengan Kompetensi Dasar 2.3 Menghargai jasa dan
peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan dan 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
Berdasarkan Silabus Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester 2 SD Negeri Bogo, alokasi waktu yang disediakan untuk menyelesaikan materi dalam tiap-tiap
Kompetensi Dasar pada Standar Kompetensi 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia,
dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
45
Tabel 3. Alokasi Waktu Standar Kompetensi 2. Menghargai Peranan Tokoh Pejuang dalam Mempersiapkan dan Mempertahankan Kemerdekaan
Indonesia Kompetensi Dasar
Alokasi Waktu
2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada
masa penjajahan Belanda dan Jepang 4 jp x 35 menit
2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia 5 jp x 35 menit
2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam
memproklamasikan kemerdekaan 5 jp x 35 menit
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan 6 jp x 35 menit
Sumber: Silabus Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester 2 SD Negeri Bogo 8.
Hasil Belajar IPS Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya, yang meliputi perubahan kognitif, afektif dan psikomotor akibat dari kegiatan pembelajaran. Ruang lingkup IPS
disederhanakan dan dimasukkan dalam 4 kompetensi dasar di kelas V. Kompetensi dasar tersebut harus dikuasai oleh siswa supaya siswa dapat
melanjutkan kompetensi dasar selanjutnya. Kompetensi dasar yang diambil dalam penelitian
ini adalah
menghargai jasa
dan peranan
tokoh dalam
memproklamasikan kemerdekaan dan menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah melakukan pembelajaran IPS
dengan materi peristiwa sekitar proklamasi dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang meliputi kemampuan kognitif dan psikomotor. Kemampuan
kognitif yang diukur pada penelitian ini, sebagai berikut.
46 a.
Knowledge atau mengingat C1 Hasil belajar pada tahap ini berkaitan dengan kemampuan siswa untuk
menunjukkan kembali adanya memori mengenai materi yang sebelumya telah dipelajari, yang meliputi fakta-fakta dan konsep-konsep pada materi peristiwa
sekitar proklamasi dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Kata kerja operasional yang digunakan pada tahap ini yaitu, menyebutkan, mengidentifikasi,
menunjukkan, memilih, menyatakan, menulis, memasangkan, menamai, dll. Sebagai contoh, siswa mampu untuk menyebutkan tokoh-tokoh yang terlibat
dalam perumusan teks proklamasi, menyebutkan tanggal dan tempat terjadinya suatu peristiwa sekitar proklamasi, mengidentifikasi peristiwa menjelang
proklamasi, menyebutkan tokoh-tokoh yang terlibat dalam pertempuran Surabaya, mengidentifikasi peristiwa pertempuran Ambarawa, menyebutkan monumen-
monumen perjuangan, dll. b.
Comprehension atau pemahaman C2 Hasil belajar pada tahap ini berkaitan dengan pemahaman siswa tentang
fakta-fakta dan ide-ide dengan mengorganisir, membandingkan, menerjemahkan, menafsirkan, mendeskripsikan dan menyatakan ide utama pada materi peristiwa
sekitar proklamasi dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Kata kerja operasional yang digunakan pada tahap ini yaitu, menjelaskan, menafsirkan,
membandingkan, menguraikan, membedakan dll. Sebagi contoh, siswa mampu menyatakan penyebab terjadinya peristiwa Rengasdengklok, menyatakan alasan
golongan muda tidak setuju kemerdekaan Indonesia dirapatkan dengan PPKI, menyatakan siasat yang digunakan Jendral Sudirman dalam mengadakan serangan
47 terhadap sekutu, menjelaskan alasan kota Bdnung dibumihanguskan oleh rakyat
Bandung, dll. c.
Application atau penerapan C3 Hasil belajar pada tahap ini berkaitan dengan kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah dalam situasi baru dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh, fakta, teknik dan aturan dalam cara yang berbeda atau baru pada materi
peristiwa sekitar proklamasi dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Kata kerja operasional yang digunakan pada tahap ini yaitu, menerapkan,
memanfaatkan, membiasakan, menilai, menyikapi, dll. Sebagai contoh, siswa mampu menunjukkan sikap untuk mengisi kemerdekaan, menerapkan sifat-sifat
yang dapat diteladani dari para pahlawan, menyikapi orang asing yang datang ke Indonesia untuk berwisata, menunjukkan sikap menghargai jasa pahlawan di
sekolah, rumah, dan masayarat, dll. Ranah psikomotor yang diukur dalam penelitian ini, sebagai berikut.
a. Perception Persepsi
Hasil belajar pada tahap ini berkaitan dengan kemampuan siswa yang melibatkan organ indera dan meliputi rangsangan indera, pemilihan stimulus, dan
translasi. Kata kerja operasional yang digunakan pada tahap ini yaitu mendengarkan,
memilih, menjelaskan,
mendeteksi, membedakan,
mengidentifikasi, mengisolasi, menghubungkan, menyampaikan, memilih, dan memisahkan. Sebagai contoh, siswa mau untuk mendengarkan pendapat orang
lain pada saat diskusi dan evaluasi dan menyampaikan pendapat.
48 b.
Set Kesiapan Merupakan kesiapan untuk bertindak, yang meliputi kesiapan mental,
fisik, dan emosional. Ketiga kesiapan ini menentukan respon seseorang terhadap situasi yang berbeda terkadang disebut pola pikir. Kata kerja operasional yang
digunakan pada tahap ini yaitu mematuhi, menjawab, mengikuti, memulai, menampilkan, menjelaskan, bergerak, melanjutkan, bereaksi, merespons, dan
memulai. Sebagai contoh, siswa mengajukan pertanyaan kepada guru, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, mematuhi aturan-aturan yang disepakati
bersama dalam pembelajaran menggunakan metode role playing, menampilkan permainan peran, dan mengikuti role playing.
c. Guided Response Gerakan Terbimbing
Hasil belajar pada tahap ini merupakan tahapan awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks. Hal ini meliputi peniruan atau pengulangan
perbuatan yang telah didemonstrasikan dan trial and error atau penggunaan pendekatan ragam respon untuk mengidentifikasi respon yang tepat. Kata kerja
operasional yang digunakan pada tahap ini yaitu merakit, membuat, mengkalibrasi,
membangun, membongkar,
menampilkan, membedah,
menguatkan, memperbaiki, menggiling, memanaskan, memanipulasi, mengukur, memperbaiki, mencampur, mengatur, membuat sketsa. Sebagai contoh, siswa
menampilkan permainan peran dan siswa memperbaiki permainan peran pada siklus II.
49
B. Metode Role Playing