1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan paling dasar dalam sistem pendidikan formal di Indonesia. Jenjang sekolah dasar ditempuh selama 6 tahun,
yaitu mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Siswa yang menempuh pendidikan di sekolah dasar, diberikan sejumlah keterampilan dasar supaya
menjadi manusia-manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sebagaimana yang diamanatkan dalam UUSPN No. 20 th 2003 Bab II Pasal 3. Salah satu mata pelajaran yang
berkontribusi untuk menjadikan siswa warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan nama mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep disiplin ilmu sosial, konsep tentang manusia dan
kehidupan sosialnya, serta isu-isu yang berkembang di masyarakat Sapriya, 2009: 20. Mata pelajaran IPS di jenjang sekolah dasar mempunyai peranan penting bagi
siswa untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepekaan siswa secara utuh menyeluruh dalam menghadapi perkembangan zaman secara
lebih bijaksana. Sejalan dengan pendapat tersebut, Hidayati 2002: 19 mengungkapkan bahwa tujuan pengajaran IPS adalah menjadikan warga negara
yang baik good citizen. Warga negara yang baik merupakan warga negara yang bertindak sesuai dengan ilmu pengetahuan yang ia miliki, sehingga ia menjadi
2 manusia yang bertanggung jawab dalam menghadapi masalah-masalah sosial di
masyarakat.
Hidup dalam suatu masyarakat tentu memerlukan bekal pengetahuan, untuk dapat menyikapi masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Masalah-
masalah kehidupan masyarakat terus berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan IPTEK, yang menghadapkan kita dengan kehidupan yang penuh
tantangan. Berdasarkan hal tersebut, IPS dirancang tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan saja, akan tetapi juga mengembangkan
keterampilan dan sikap siswa. Hidayati 2002: 16 menambahkan bahwa IPS mendorong kepekaan siswa terhadap hidup dan kehidupan sosial. Dengan
kepekaan hidup dan kepekaan sosial yang dimiliki, diharapkan siswa mampu
menanggapi dan menghadapi masalah-masalah sosial secara rasional.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, idealnya proses pembelajaran IPS dapat memberikan kontribusi untuk menjadikan siswa sebagai manusia-
manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab dalam mengahadapi dan menyikapi masalah-masalah sosial. Namun, untuk mewujudkan pembelajaran IPS yang ideal tersebut tentu
tidak mudah. Mewujudkan pembelajaran IPS yang ideal, tentu memerlukan peran guru yang kompeten. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sapriya dalam
Winataputra, dkk 2008: 8.1 dalam proses belajar mengajar seringkali ditemui seorang guru mengalami kesulitan dalam menentukan, memilih serta
mempertimbangkan materi yang sesuai dengan konsep-konsep IPS SD.
3 Banyaknya cakupan materi IPS yang bersifat teoritis, sering kali menuntut
seorang guru IPS untuk mampu mendesain pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa, mampu melibatkan peran aktif siswa, menempatkan
siswa sebagai subjek belajar, dan senantiasa melakukan evaluasi pembelajaran
untuk memantau kemajuan perkembangan setiap siswanya.
Proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Supaya terjadi komunikasi yang baik dalam kegiatan
pembelajaran, maka siswa perlu diberi stimulus yang dapat memancing partisipasi aktif siswa, seperti dengan menerapkan strategi, metode dan media pembelajaran
yang tepat. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Arsyad 2011: 15 yang mengatakan bahwa dalam suatu proses belajar mengajar, metode dan
media pembelajaran merupakan dua unsur yang amat penting. Lebih lanjut Anitah, dkk 2008: 5.4 juga mengemukakan bahwa metode mengajar merupakan
salah satu komponen yang harus digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran maupun dalam pembentukan kemampuan siswa.
Melalui pemilihan metode mengajar yang tepat, diharapkan guru dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif, dimana terdapat interaksi antara siswa
dengan siswa maupun siswa dengan guru.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajaran di kelas V SD Negeri Bogo Bantul pada tanggal 25 Januari 2017,
diperoleh data bahwa pada saat proses pembelajaran IPA berlangsung, penyampaian materi oleh guru dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab,
demonstrasi, penugasan dan presentasi. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam
4 pembelajaran. Guru juga melakukan mobilitas kelas yang baik saat memberikan
contoh membuat magnet secara induksi dan gosokan. Siswa juga terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan diberikannya contoh secara langsung oleh
guru bagaimana cara membuat magnet secara induksi dan gosokan. Siswa juga aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru terkait materi. Secara
keseluruhan, iklim belajar dapat tercipta dengan baik. Pelajaran selanjutnya adalah pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Metode yang digunakan guru pada
pelajaran ini antara lain metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Guru menyampaikan prosedur pengerjaan tugas yang jelas ketika memberikan
penugasan kepada siswa dan juga memantau pengerjaan tugas siswa. Siswa aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru, namun terdapat beberapa siswa yang
kurang memperhatikan penjelasan guru karena bermain sendiri.
Pada saat pelajaran IPS berlangsung, penyampaian materi oleh guru dilakukan dengan metode ceramah dan metode tanya jawab. Guru terlihat kurang
melibatkan siswa dalam pembelajaran, karena penyampaian materi pembelajaran cenderung didominasi menggunakan metode ceramah. Guru tidak menggunakan
media pembelajaran sehingga penyampaian materi menjadi abstrak. Guru kurang memahami karakteristik siswa sehingga penggunaan metode pembelajaran
sangatlah minim. Karakteristik siswa kelas V yang masih senang bermain tidak dimanfaatkan guru untuk memilih metode pembelajaran yang tepat. Kurangnya
pelibatan siswa dalam pembelajaran, membuat siswa merasa bosan pada saat proses pembelajaran IPS berlangsung. Siswa juga kurang memperhatikan saat
guru menerangkan. Hal tersebut terlihat dengan adanya beberapa siswa yang
5 melakukan aktivitas lain, seperti menggambar, bermain kertas, berbicara dengan
teman, menoleh ke arah teman, dan tiduran. Dengan kondisi yang kurang kondusif tersebut, menyebabkan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru kurang dapat
diterima oleh siswa secara optimal.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajaran di kelas V SD Negeri Bogo Bantul pada tanggal 26 Januari 2017,
diperoleh data bahwa pada saat proses pembelajaran Matematika berlangsung, penyampaian materi oleh guru dilakukan dengan metode ceramah dan penugasan.
Guru menyampaikan materi terlebih dahulu, baru kemudian memberikan soal-soal kepada siswa. Guru mengulangi penjelasan materi bagi siswa yang kurang
mengerti terhadap materi yang disampaikan. Siswa berani untuk bertanya dan fokus saat mengerjakan soal dari guru, sehingga kondisi kelas kondusif untuk
belajar. Pelajaran selanjutnya adalah IPA, yang disampaikan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, percobaan, dan presentasi. Guru membimbing
siswa saat melakukan percobaan membuat elektromagnet dan guru melakukan penguasaan kelas yang baik. Semua siswa antusias dalam membuat
elektromagnet. Siswa yang sudah selesai dengan tugasnya, membantu temannya yang belum berhasil. Pada akhirnya, semua siswa berhasil membuat
elektromagnet. Sedangkan pada pembelajaran IPS, materi yang disampaikan merupakan lanjutan dari materi pada hari sebelumnya. Metode yang digunakan
guru dalam mengajar yaitu metode ceramah dan metode tanya jawab. Guru menyampaikan materi sama persis dengan buku text book. Sesekali guru
mengajukan pertanyaan kepada siswa dan dijawab dengan baik oleh siswa. Guru
6 tidak melakukan mobilitas yang baik, karena guru hanya duduk di tempat
duduknya selama menyajikan materi. Perilaku siswa selama pembelajaran beragam, yaitu terdapat siswa yang fokus pada pembelajaran, bermain sendiri,
bermain penggaris, mengobrol dengan teman dan menggambar.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 25 dan 26 Januari 2017 di kelas V SD Negeri Bogo Bantul, terlihat bahwa proses
pembelajaran IPS kurang menunjukkan adanya komunikasi dan interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Metode yang digunakan juga
kurang bervariasi jika dibandingkan dengan metode yang digunakan pada pembelajaran lainnya. Proses pembelajaran IPS tidak menggunakan media, guru
masih text book dan guru kurang dapat melakukan penguasaan kelas yang baik. Perilaku siswa pada proses pembelajaran IPS juga kurang aktif jika dibandingkan
dengan perilaku siswa pada proses pembelajaran lainnya. Siswa kurang antusias dan melakukan aktifitas lain saat guru menjelaskan. Berdasarkan hal tersebut,
nampak bahwa tedapat permasalahan pada proses pembelajaran IPS.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 25 Januari 2017 dengan beberapa siswa kelas V AYS, DN, LF, RN, FZN, mereka
mengungkapkan bahwa mereka merasa kurang suka dengan pembelajaran IPS karena materinya yang sulit dan banyak materi terkait peristiwa sejarah yang sulit
untuk dihafalkan. Hal tersebut membuat siswa kurang antusias terhadap pembelajaran IPS sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPS.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas V INH pada tanggal 26 Januari 2017, guru mengungkapkan bahwa metode yang digunakan
7 pada proses pembelajaran IPS adalah metode ceramah dan penugasan. Guru juga
memaparkan bahwa pembelajaran IPS selama ini mengandalkan hafalan siswa karena cakupan materinya luas dan materinya terkait sejarah yang tidak langsung
dialami oleh siswa.
Pernyataan di atas diperkuat dengan hasil observasi mengenai hasil belajar
siswa kelas V pada semester gasal diperoleh data sebagai berikut. Tabel 1. Hasil Belajar Penilaian Akhir Semester 1 Siswa Kelas V SD Negeri
Bogo Bantul Tahun Ajaran 20162017 No
Mata Pelajaran Nilai Rata-rata PAS
1. Bahasa Indonesia
73 2.
Matematika 70
3. IPA
74 4.
IPS 68
5. PKn
76 Sumber: Daftar Nilai Siswa Kelas V Tahun Ajaran 20162017
Berdasarkan hasil Penilaian Akhir Semester I di atas, terlihat bahwa hasil belajar mata pelajaran IPS menempati posisi terendah dibandingkan dengan mata
pelajaran lain. Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPS adalah 76. Siswa yang mencapai KKM sebanyak 11
siswa 55, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 9 siswa 45. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPS siswa
kelas V SD Negeri Bogo Bantul masih tergolong rendah. Materi pada kelas V semester 2 terdapat standar kompetensi tentang
menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan kompetensi dasar 2.3
Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan dan 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
8 Pada materi tersebut siswa merasa kesulitan dalam menghafal tanggal-tanggal,
tokoh-tokoh serta peristiwa-peristiwa dalam mempertahankan kemerdekaan. Guru juga mengungkapkan bahwa materi tersebut merupakan materi yang dirasa sulit
oleh siswa. Penyampaian materi dari guru didominasi dengan metode ceramah, kemudian siswa diminta menghafal apa yang disampaikan guru. Hal tersebut
kurang mengoptimalkan kegiatan belajar siswa sehingga akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya perubahan pada cara mengajar guru. Walaupun memiliki tujuan yang baik, kenyataan di lapangan
menunjukkan kualitas pembelajaran IPS seringkali jauh dari apa yang diharapkan. Danim 2011: 224 mengatakan bahwa perilaku yang masih umum dilakukan oleh
guru-guru di sekolah, sebagai berikut. 1.
Komunikasi guru dan siswa cenderung satu arah dan siswa dituntut menjadi pendengar yang baik.
2. Guru mengembangkan sikap “instan” dan “pragmatis”, serta tidak sabar
ingin mencapai hasil akhir. 3.
Guru bekerja untuk memudahkan dirinya. 4.
Guru memosisikan siswa sebagai objek belajar. Perilaku guru tersebut kurang menunjukkan adanya interaksi antara guru
dan siswa. Metode mengajar yang demikian kurang dapat memaksimalkan proses belajar. Penggunaan satu metode serta pemilihan metode pembelajaran yang
kurang tepat, dapat mengakibatkan pembelajaran menjadi membosankan dan menjadi kurang efektif Djamarah Zain, 2002: 83. Guru harus memliki strategi
agar siswa belajar dengan efektif, efisien dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal senada diungkapkan oleh Anitah, dkk 2008: 5.4 bahwa metode yang
digunakan dalam pembelajaran harus bervariasi sehingga tidak menimbulkan
9 kejenuhan aktivitas dalam proses pembelajaran. Kaitannya dengan mengajar IPS,
guru dapat mengembangkan metode pembelajaran dengan tujuan untuk membantu guru lebih mengenal siswa dan menciptakan pembelajaran yang lebih bervariasi.
Guru yang menggunakan metode mengajar secara bervariasi, dapat meminimalisir kekurangaktifan siswa. Kurangnya keaktifan belajar siswa ini,
dapat menghambat perkembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Anitah, dkk 2008: 1.4 bila siswa hanya duduk
sambil melamun saat guru menjelaskan pelajaran, berarti siswa tersebut tidak sedang mencerna pelajaran, yang artinya siswa tidak melakukan proses belajar.
Akibatnya, hasil belajar yang dicapai siswa kurang optimal karena iklim belajar di kelas kurang kondusif. Proses belajar mengajar yang demikian, kurang
memberikan makna bagi siswa, sehingga siswa kurang dapat optimal dalam menerapkan konsep dan pengetahuan IPS yang diperoleh di kehidupan sosialnya.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti dapat mengungkapkan penyebab rendahnya hasil belajar IPS yaitu guru kurang
melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga apa yang disampaikan guru kurang optimal diterima oleh siswa. Selain itu guru juga belum menggunakan
metode yang bervariasi. Maka sangat penting bagi guru untuk melakukan variasi dalam pembelajaran untuk menciptakan pembelajaran yang menarik serta dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, supaya siswa juga memiliki kebebasan untuk berkembang sesuai dengan keinginan dan kemampuan siswa. Salah satunya
adalah dengan merubah cara mengajar guru dengan metode mengajar yang variatif dan memungkinkan siswa belajar secara optimal serta menempatkan siswa
10 sebagai subjek belajar. Perlu adanya tindakan untuk mengatasi permasalahan
tersebut, salah satu tindakan yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan metode role playing atau metode bermain peran dalam
pembelajaran IPS. Metode role playing merupakan salah satu jenis metode simulasi. Anitah,
dkk 2008: 5.23 mengatakan bahwa metode mengajar simulasi banyak digunakan pada pembelajaran IPS, PKn, pendidikan agama dan pendidikan apresiasi. Metode
role playing merupakan metode pembelajaran dengan memperagakan suatu situasi tertentu agar siswa memiliki pemahaman yang lebih terkait materi yang sifatnya
abstrak. Anitah, dkk 2008: 3.17 menambahkan bahwa dengan bermain peran, siswa dapat memahami pengertian perilaku sosial, interaksi sosial, dan cara-cara
memecahkan masalah sosial dengan cara-cara yang lebih efektif. Penyajian materi IPS menggunakan metode role playing dapat membantu siswa untuk
meningkatkan keterampilan sosialnya. Metode role playing dapat dijadikan salah satu cara untuk meningkatkan
hasil belajar IPS. Shaftel Shaftel 1982: 36 menjelaskan bahwa jika di suatu kelas terdapat siswa yang kurang dihargai oleh teman sekelasnya, melalui role
playing siswa tersebut berkesempatan untuk menunjukkan keterampilan dan kemampuan dirinya di luar persepsi teman-temannya selama ini. Unjuk diri yang
dilakukan tersebut dapat berdampak pada peningkatan status individu, konsep diri dan pada akhirnya dapat terjadi perubahan yang siginifikan pada hasil belajarnya.
Kelebihan metode role playing sebagaimana dijelaskan oleh Sudjana 2002: 89 yaitu: 1 dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan
11 siswa, 2 sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi
dinamis dan penuh antusias, 3 membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial
yang tinggi, 4 dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan
penghayatan siswa sendiri, serta 5 dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan atau membuka
kesempatan bagi lapangan kerja. Apabila metode role playing diterapkan dalam pembelajaran IPS, diharapkan siswa dapat lebih memahami isi materi pelajaran.
Hal tersebut senada dengan Baroroh 2011: 162 yang mengatakan bahwa metode role playing yang dilakukan dengan memerankan seseorang atau sesuatu, dapat
membuat siswa lebih mudah memahami dan menghayati isi materi secara keseluruhan. Metode yang demikian juga akan melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran, sehingga kualitas proses pembelajaran dapat meningkat.
Materi pada mata pelajaran IPS di kelas V terkait dengan peristiwa- peristiwa di masa lampau. Materi pelajaran yang berkaitan dengan peristiwa masa
lampau, memerlukan daya imajinasi siswa untuk membayangkan bagaimana peristiwa-peristiwa sejarah itu terjadi. Sedangkan daya imajinasi masing-masing
siswa berbeda. Role playing dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi perbedaan individual tersebut, dengan cara memvisualisasikan materi terkait
peristiwa masa lampau. Hal ini senada dengan Anitah, dkk 2008: 5.25 yang mengatakan bahwa metode role playing lebih menitikberatkan pada tujuan untuk
12 mengingat atau menciptakan kembali gambaran masa silam. Peristiwa sejarah
yang bersifat abstrak, dapat lebih dikonkretkan melalui penerapan metode role playing. Metode role playing atau bermain peran juga sesuai dengan karakteristik
siswa, yaitu karakter suka bermain. Melalui metode role playing, siswa dapat bermain untuk memerankan tokoh dan situasi tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan mengkaji lebih luas permasa
lahan, yaitu dengan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial IPS Menggunakan Metode Role Playing pada Siswa
Kelas V SD Negeri Bogo Wijirejo Pandak Bantul ”. Melalui penerapan metode
role playing ini, diharapkan guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih termotivasi dalam meningkatkan hasil belajarnya. Untuk itu,
penelitian ini perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri Bogo Wijirejo Pandak Bantul.
B. Identifikasi Masalah