88
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Bab ini memaparkan hasil penelitian yang dilengkapi dengan pembahasan tentang hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri Bogo Bantul. Hasil yang
dipaparkan berupa data pelaksanaan tindakan pada tiap siklus menggunakan metode role playing. Tindakan ini dilakukan dalam 2 siklus, dengan masing-
masing siklus terdiri dari 3 kali pertemuan atau 11 jam pelajaran. 1.
Deskripsi Awal Pra Tindakan Pemberian tindakan dalam penelitian pra tindakan ini dilakukan secara
kolaboratif dengan guru kelas V, yaitu Ida Nur Hayati. Peneliti melakukan dialog dengan guru kelas V tentang permasalahan yang terjadi pada saat pembelajaran
IPS. Setelah mengetahui permasalahan yang terjadi, peneliti berdiskusi dengan guru sehingga diputuskan untuk menerapkan metode role playing sebagai
alternatif dalam mengatasi masalah. Peneliti melakukan pengamatan di kelas yang akan dikenai tindakan yaitu
kelas V dengan melihat aktivitas belajar dan nilai hasil belajar IPS siswa. Pengamatan dilakukan dengan berfokus pada bagaimana keadaan atau perilaku
siswa selama pembelajaran, hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS, dan metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru. Berdasarkan hasil
observasi pra siklus diperoleh data penilaian akhir semester I pada mata pelajaran IPS tahun ajaran 20162017 siswa kelas V SD Negeri Bogo Bantul. Terdapat
beberapa nilai siswa yang belum mencapai KKM yang telah ditetapkan sekolah yaitu ≥ 76. Jumlah siswa yang tuntas adalah 11 siswa 55 sedangkan jumlah
89 siswa yang belum tuntas adalah 9 siswa 45, dengan rata-rata sebesar 68,00.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, yaitu karena pembelajaran IPS dianggap kurang menarik dan kurang variatif. Selain itu,
permasalahan ini juga terjadi karena cakupan materi IPS cukup banyak namun waktu yang tersedia terbatas, sehingga guru lebih fokus untuk mengejar
keterselesaian materi. Penyampaian materi pelajaran didominasi menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, terlihat bahwa pada proses pembelajaran IPS kurang menunjukkan adanya komunikasi dan interaksi
antara siswa dengan guru. Aktivitas belajar siswa pada proses pembelajaran IPS juga kurang aktif jika dibandingkan dengan aktivitas belajar siswa pada proses
pembelajaran lainnya. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Terdapat beberapa siswa yang melakukan aktivitas di luar pembelajaran saat guru
memberikan penjelasan, seperti menggambar, bermain kertas, berbicara dengan teman, dan tiduran.
Peneliti mengambil data hasil belajar yang berupa data awal pra tindakan. Data pra tindakan tersebut diperoleh dari hasil pre-test yang peneliti berikan
sebelum diadakannya tindakan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS sebelum menggunakan metode role
playing. Berikut data yang diperoleh sebelum tindakan dilakukan.
Tabel 6. Hasil Belajar Ranah Kognitif Pra Tindakan Pre-test
Jumlah Siswa
Ketuntasan Persentase
Rata-rata Tuntas
Belum Tuntas Tuntas
Belum Tuntas
20 2
18 10
90 68,55
KKM = 76 Sumber: Lampiran 24
90
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
Tuntas Belum Tuntas
Hasil Belajar IPS Pra Tindakan Pre-test
10 90
Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 20 siswa yang berhasil mencapai ketuntasan hanya 2 siswa 10, sedangkan yang belum tuntas terdapat 18 siswa
90. Rata-rata siswa masih rendah, yaitu 68,55. Untuk lebih jelas, uraian tabel di atas dapat dilihat dalam diagram di bawah ini.
Gambar 3. Diagram Hasil Belajar IPS Pra Tindakan Pre-test
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Deskripsi Tindakan Siklus I
1 Planning Perencanaan Tindakan Siklus I
Peneliti melakukan beberapa kegiatan pada perencanaan siklus I, sebagai berikut.
a Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP menggunakan metode
role playing lihat lampiran 5, 6, 7 halaman 156, 162, 168 b
Menyusun lembar kerja siswa lihat lampiran 20 halaman 215 c
Menyiapkan soal tes lihat lampiran 12 halaman 192 d
Menyiapkan naskah drama lihat lampiran 28 halaman 231
91 e
Menyusun instrumen penelitian lampiran 16, 17, 18 halaman 209, 210, 211 2
Act and Observe Pelaksanaan dan Observasi Tindakan Siklus I Tindakan dilakukan oleh guru dengan cara melaksanakan pembelajaran
menggunakan metode role playing sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Tindakan dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan
pada Kamis, 30 Maret 2017 pukul 09.15 sampai 10.25. Pertemuan kedua dilaksanakan pada Kamis, 6 April 2017 pukul 09.15 sampai 10.25. Pertemuan
ketiga dilaksanakan pada Selasa, 18 April 2017 pukul 09.50 sampai 10.25. Materi pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga sama yaitu peristiwa sekitar
proklamasi. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan satu dan dua dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran 70 menit dan pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan
ketiga dilaksanakan dalam 1 jam pelajaran 35 menit. a
Pertemuan Pertama
Kegiatan Awal
Materi yang diajarkan pada pertemuan pertama adalah materi IPS tentang peristiwa sekitar proklamasi pertemuan di Dalat, peristiwa Rengasdengklok,
perumusan teks proklamasi dan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Pada kegiatan awal, proses pembelajaran diawali dengan mengkondisikan siswa agar
tenang, karena pembelajaran dilaksanakan pada jam 4 dan 5 setelah jam istirahat. Guru mengajak siswa bernyanyi bersama lagu kemerdekaan. Sebagian siswa
bernyanyi dengan antusias. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan lagu kemerdekaan dengan materi peristiwa menjelang proklamasi. Guru mengajukan
pertanyaan mengenai siapa bapak proklamator Indonesia dan kapan Indonesia
92 merdeka. Kemudian guru mengaitkan pertanyaan dengan pengetahuan yang sudah
dimiliki siswa sebelumnya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran IPS kali ini. Kondisi kelas masih kurang kondusif
karena siswa masih gaduh, kemudian guru bertanya kepada siswa apakah pembelajaran akan dilanjutkan atau tidak. Akhirnya siswa dan guru menyepakati
peraturan selama pembelajaran berlangsung, yaitu siswa aktif bertanya, siswa berkonsentrasi mengikuti pembelajaran dan siswa menghargai orang yang sedang
berbicara. Guru menjelaskan pembelajaran menggunakan metode role playing pada siswa. Role playing belum pernah diterapkan dalam pembelajaran IPS di
kelas V, sehingga terdapat beberapa siswa yang memiliki rasa ingin tahu seperti apa metode pembelajarannya.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah role playing. Langkah pertama yang dilaksanakan oleh guru yaitu pemanasan, dilakukan
dengan menceritakan akibat penjajahan Jepang yang mendorong bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Jepang memberikan janji
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia, dengan maksud untuk mengambil hati bangsa Indonesia agar bangsa Indonesia mau membantu Jepang yang makin
terdesak dalam perang melawan sekutu. Janji Jepang tersebut diwujudkan dengan pembentukan BPUPKI yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia. Pembentukan BPUPKI ini diresmikan oleh Jendral Terauchi yang memanggil Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Radjiman Widyodiningrat ke Dalat.
Berita kekalahan Jepang teryata didengar oleh salah satu golongan muda, yang
93 mengakibatkan golongan tua terdesak oleh golongan muda agar memanfaatkan
moment ini untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Golongan muda membawa Ir. Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok untuk
menghindari pengaruh Jepang dan mengamankan kedua tokoh tersebut. Perbedaan pendapat golongan tua dan muda dapat terselesaikan dengan musyawarah demi
kepentingan bangsa lampiran 29 halaman 237. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan cerita yang mereka ketahui berkaitan dengan
penjajahan Jepang. Langkah kedua role playing yaitu memilih siswa yang akan berperan.
Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok yang heterogen. Penentuan kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan siswa dalam belajar, sehingga dalam satu
kelompok terdapat siswa yang pintar, sedang dan kurang. Masing-masing kelompok beranggotakan 10 siswa. Kelompok 1 beranggotakan AYS, RA, RN,
MASP, TPP, DN, FZN, MS, LF, dan MHu. Kelompok 2 beranggotakan FA, AD, HS, MM, RAAP, YIW, ADZ, MHa, LNI, dan IY. Pembagian peran dalam
kelompok 1, yaitu AYS berperan sebagai Ir. Soekarno, RA sebagai Moh. Hatta, RN sebagai Sutan Syahrir, MASP sebagai Ahmad Subarjo, TPP sebagai Chaerul
Shaleh, DN sebagai Sukarni, FZN sebagai Wikana, MS sebagai Dr. Muwardi, LF sebagai Jendral Terauchi, dan MHu berperan sebagai narator. Pembagian peran
dalam kemlompok 2, yaitu FA sebagai Ir. Soekarno, AD sebagai Moh. Hatta, HS sebagai Sutan Syahrir, MM sebagai Ahmad Subarjo, RAAP sebagai Chaerul
Shaleh, YIW sebagai Sukarni, ADZ sebagai Wikana, MHa sebagai Dr. Muwardi, LNI sebagai Jendral Terauchi, dan IY sebagai narator.
94 Siswa mendapatkan naskah drama yang akan mereka mainkan. Siswa
membaca naskah drama sekitar proklamasi dalam kelompoknya. Sembari membaca naskah drama, guru meminta siswa untuk memperhatian gambar tokoh
yang akan mereka perankan di buku paket. Guru dan siswa berdiskusi mengenai watak-watak tokoh yang akan diperankan. Siswa berlatih bermain peran bersama
kelompoknya lampiran 29 halaman 237. Siswa berlatih melakukan role playing di depan kelas setelah berlatih dengan kelompoknya masing-masing lampiran 29
halaman 237. Saat kelompok 1 memainkan role playing, kelompok 2 mengamati dan setelah kelompok 1 selesai memainkan role playing, kelompok 2
menyampaikan kekurangan dalam hal penjiwaan tokoh-tokoh yang diperankan kelompok 1. Kelompok 2 juga berlatih memainkan role playing di depan kelas,
kelompok 1 mengamati permainan yang dilakukan kelompok 2. Setelah permainan selesai, kelompok 1 menyampaikan hasil pengamatannya. Setelah
siswa selesai menyampaikan hasil pengamatannya, siswa menyamaikan hasil evaluasi terhadap permainan kelompok 2. Evaluasi ini bertujuan agar materi
pembelajaran yang hendak disampaikan diterima dengan baik. Evaluasi yang disampaikan terkaiat dengan penjiwaan tokoh yang diperan oleh kelompok 2.
Langkah ketiga role playing yaitu menyiapkan penonton yang akan mengobservasi. Guru menentukan kelompok yang menjadi penonton pada
permainan role playing yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Guru menjelaskan tugas penonton yaitu mengamati permainan role playing yang
dilakukan kelompok lain dan menuliskan hasil pengamatannya dalam lembar observasi LKS yang disediakan. Penonton menuliskan peristiwa yang terjadi,
95 tokoh yang terlibat, dan nilai-nilai yang dapat diteladani dari peristiwa maupun
tokoh-tokoh.
Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dilakukan dengan melakukan tanya jawab mengenai materi yang baru saja dipelajari. Guru melakukan refleksi dan mengharapkan siswa untuk
menghafal naskah drama agar permaian role playing pada pertemuan berikutnya dapat berjalan dengan lancar. Kemudian telah disepakati bahwa pada pertemuan
selanjutnya, kelompok 2 akan memainkan peran pada sesi 1. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk giat belajar. Guru menutup pelajaran dengan salam
penutup. b
Pertemuan Kedua
Kegiatan Awal
Kegiatan awal dimulai dengan berdoa untuk memulai pembelajaran IPS. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang latar belakang pertemuan
golongan tua dan Jendral Terauchi di Dalat, dan dijawab oleh siswa. Guru mengaitkan pengetahuan awal siswa dengan kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran IPS menggunakan metode role playing.
Kegiatan Inti
Guru melaksanakan langkah keempat role playing yaitu mengatur panggung. Meja dan kursi diatur atau dipusatkan di bagian kiri ruang kelas, agar
ruang kelas bagian kanan dapat digunakan untuk ruang gerak siswa selama melakukan permainan role paying. Siswa menyiapkan bendera dan tiang bendera
96 di dalam kelas. Sebelum permainan role playing dilaksanakan, guru membagikan
LKS dan menjelaskan cara mengisi LKS. Lembar Kerja Siswa LKS pada pertemuan kali ini diberi tanggal untuk mempermudah siswa menentukan
peristiwa dan tokoh-tokoh yang terlibat. Langkah kelima yaitu permainan. Permainan diawali dengan pembacaan
narasi oleh IY tentang terdesaknya Jepang oleh Sekutu. Jepang memberikan janji kemerdekaan bagi Indonesia, dengan maksud supaya Jepang mendapatkan
dukungan dari rakyat Indonesia. Terjadilan peristiwa Dalat, ketiga tokoh Indonesia Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Radjiman Widyodiningrat dipanggil
Jendral Terauchi ke Dalat, Vietnam. Narator IY kembali membacakan narasi tentang kekalahan Jepang terhadap sekutu karena kota Hirosima dan Nagasaki
dijatuhi bom atom. Tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah pada sekutu. Berita tersebut didengar oleh Sutan Syahrir HS dan menyebabkan perbedaan
pendapat antara golongan tua dan muda. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di Asrama Baperpi Jalan Cikini No. 71 Jakarta dan disepakati untuk
mengasingkan Ir. Soekarno FA dan Moh. Hatta AD ke Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945 untuk menghindari pengaruh dari Jepang. Setelah terjadi
kesepakatan antara golongan tua dan muda di Rengasdengklok, akhirnya Ir. Soekarno FA dan Moh. Hatta AD dibawa kembali ke Jakarta untuk menyusun
teks proklamasi. Tanggal 17 Agustus 1945 tepat pukul 10.00 WIB di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, Ir. Soekarno FA didampingi Moh. Hatta
AD memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sang saka merah putih
97 dikibarkan oleh Suhud dan Latif Hendraningrat diiringi lagu Indonesia Raya
lampiran 29 halaman 238. Langkah keenam yaitu diskusi dan evaluasi. Setelah permainan role
playing pada sesi 1 tersebut selesai, kemudian dilakukan diskusi dan evaluasi. Kelompok 1 yang berperan sebagai penonton memaparkan hasil pengamatannya.
Pengamatan yang disampaikan meliputi peristiwa, tokoh yang terlibat dan nilai- nilai yang dapat diteladani. Setelah penonton memaparkan hasil penagamatan,
penonton memaparkan saran dan tanggapan terhadap permainan yang dilakukan oleh kelompok 2. Guru juga memberikan masukan terhadap permainan peran dari
kelompok 2. Setelah diskusi selesai, dilanjutkan dengan permainan role playing sesi 2.
Langkah ketujuh yaitu permainan berikutnya. Permainan role playing pada langkah ini dilakukan oleh kelompok 1 yang beranggotakan AYS, RA, RN,
MASP, TPP, DN, FZN, MS, LF dan MHu. Kelompok 2 bertugas sebagai penonton yang mengamati permainan role playing yang dimainkan oleh kelompok
1. Permainan pada sesi 2 ini diawali dengan narasi yang dibacakan oleh MHu. Tokoh-tokoh yang berperan sesuai dengan narasi, segera memasuki panggung
setelah narasi selesai dibacakan. Peristiwa pertama yang dimainkan yaitu peristiwa dipanggilnya Ir. Soekarno AYS, Moh Hatta RA dan Dr. Radjiman
Widyodiningrat oleh Jendral Terauchi LF ke Dalat. Narator MHu membacakan narasi mengenai golongan muda yang
mengadakan rapat setelah mendengar berita kekalahan Jepang. Menurut Sutan Syahrir RN kesempatan ini harus dimanfaatkan supaya Indonesia dapat segera
98 memproklamasikan kemerdekaan. Sebagai tindak lanjut dari rapat tersebut,
akhirnya golongan muda mengasingkan Ir. Soekarno AYS dan Moh. Hatta RA ke Rengasdengklok untuk menghindari pengaruh dari Jepang. Setelah terjadi
kesepakatan antara golongan tua dan muda dalam hal proklamasi kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 16 Agustus 1945 Ir. Soekarno AYS dan Moh. Hatta
RN dibawa kembali ke Jakarta untuk menyusun teks proklamasi. Penyusunan teks proklamasi dilakukan di rumah Laksamana Maeda, yang bertujuan untuk
menghindari kecurigaan dari Jepang. Tanggal 17 Agustus 1945 tepat pukul 10.00 WIB, proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan dan bendera merah
putih dikibarkan oleh Suhud dan Latif Hendraningrat yang diiringi lagu Indonesia Raya lampiran 29 halaman 238.
Langkah kedelapan yaitu diskusi lebih lanjut. Setelah permainan pada sesi 2 selesai, kemudian dilanjutkan dengan diskusi lebih lanjut. Kelompok 2
memaparkan hasil pengamatannya atas permainan role playing yang dilakukan oleh kelompok 1. Pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 2 sudah sesuai
dengan urutan peristiwa, tokoh yang terlibat dan nilai-nilai yang dapat diteladani dari tokoh dan peristiwa sekitar proklamasi tersebut. Setelah penonton
memaparkan hasil penagamatan, penonton menyampaikan saran dan tanggapan terhadap permainan yang dilakukan oleh kelompok 2. Guru juga memberikan
masukan terhadap permainan peran dari kelompok 2.
Kegiatan Akhir
Memasuki kegiatan penutup, guru memberikan motivasi kepada siswa untuk giat belajar. Guru juga memberikan penguatan kepada siswa atas kinerja
99 siswa yang baik selama melaksanakan permainan role playing. Guru dan siswa
bersama-sama membaca doa untuk mengakhiri pembelajaran. c
Pertemuan Ketiga
Kegiatan Awal
Kegiatan awal pembelajaran diawali dengan salam dan doa serta mengkondisikan siswa agar tenang. Guru memberikan apersepsi berupa
pertanyaan-pertanyaan terkait materi peristiwa sekitar proklamasi untuk mengantarkan siswa memasuki kegiatan inti pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
yang guru sampaikan, sebagian besar dijawab oleh siswa yang memiliki kemampuan kognitif tinggi.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti dari pembelajaran pada pertemuan ini adalah melaksanakan langkah role playing yang terakhir, yaitu generalisasi. Siswa dan guru
meyimpulkan materi yang dipelajari dari permainan role playing yang telah dilaksanakan. Guru dan siswa menyimpulkan urutan peristiwa yang berupa
tanggal-tanggal peristiwa, tokoh-tokoh yang terlibat dan nilai-nilai yang dapat diteladani dari peristiwa sekitar proklamasi. Guru menuliskan kesimpulan di
papan tulis, yang kemudian dicatat oleh siswa lampiran 29 halaman 239. Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan materi yang belum
mereka pahami.
Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pada pembelajaran ini digunakan untuk mengerjakan evaluasi hasil belajar siklus I lampiran 29 halaman 239. Setelah semua siswa
100 selesai mengerjakan evaluasi hasil belajar, guru memberikan motivasi kepada
siswa untuk selalu giat belajar. Guru menutup pembelajaran dengan salam penutup.
Observasi dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan pembelajaran pada siklus I. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas siswa.
Adapun hasil observasi aspek psikomotor siswa pada saat proses pembelajaran IPS menggunakan metode role playing siklus I diperoleh dari hasil pengamatan
yang dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran dengan mengisi lembar observasi aspek psikomotor siswa. Berdasarkan hasil observasi siklus I, pada
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pembelajaran IPS masih rendah. Pada kegiatan inti, sebagian besar siswa kurang memperhatikan cerita pengantar
yang disampaikan oleh guru. Masih banyak siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya. Siswa sudah dapat berlatih permainan dengan baik ketika berlatih
dengan kelompoknya, namun ketika siswa berlatih permainan di depan kelas, siswa masih kurang percaya diri dan suaranya kurang terdengar jelas ketika
berdialog. Pada pertemuan kedua, permainan belum dapat terlaksana dengan baik.
Beberapa siswa ada yang percaya diri ketika bermain peran, namun ada pula siswa yang tidak bersungguh-sungguh dan tidak menghayati peran yang dibawakannya.
Terdapat siswa yang melaksanakan permainan dengan senang hati, namun ada pula siswa yang memainkan permainan dengan terpaksa. Ada beberpa siswa yang
kurang senang dengan peraturan yang telah disepakati, yaitu siswa tidak mau untuk menggunakan nomor punggung. Ketika salah satu kelompok bermain peran,
101 siswa yang bertugas sebagai penonton kurang memperhatikan jalannya
permainan. Masih ada beberapa siswa yang mengobrol dengan temannya, bermain sendiri dan ada pula yang tiduran. Saat diskusi berlangsung, terdapat hasil
pengamatan siswa yang kurang tepat, karena siswa masih mengalami kesulitan untuk menentukan nilai-nilai yang dapat diteladani dari peristiwa dan tokoh-
tokoh. Siswa yang tidak sedang menyampaikan hasil pengamatannya kurang menyambut baik pendapat dari temannya, karena kurang mendengarkan apa yang
disampaikan oleh temannya. Pada kegiatan evaluasi, saran dan tanggapan untuk kelompok yang bermain didominasi oleh siswa yang memiliki tingkat kemampuan
akademik tinggi saja. Pada pertemuan ketiga, masih terdapat beberapa siswa yang cenderung
diam saat melaksanakan generalisasi. Ada pula siswa yang aktif bertanya namun bukan terkait dengan materi pembelajaran yang sedang dipelajari. Kegiatan pada
langkah ini masih didominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi. Berikut ini hasil belajar ranah psikomotor siklus I.
Tabel 7. Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siklus I Kriteria Perilaku
Jumlah Siswa
Sangat Baik SB Baik B
4 20
Cukup C 14
70 Kurang K
2 10
Kurang Sekali KS Sumber: Lampiran 22 halaman 219
Berdasarkan data di atas sebanyak 0 siswa 0 mencapai kriteria perilaku kurang sekali, sebanyak 2 siswa 10 mencapai kriteria perilaku kurang, 14
siswa 70 mencapai kriteria perilaku cukup, 4 siswa 20 mencapai kriteria perilaku baik dan 0 siswa 0 mencapai kriteria perilaku sangat baik.
102 Tes atau evaluasi juga digunakan sebagai alat pengumpul data pada
penelitian ini. Adapun tes yang berupa pemberian soal pada akhir siklus I, berguna bagi peneliti untuk mengetahui seberapa besar persentase ketuntasan
siswa dalam melaksanakan pembelajaran IPS menggunakan metode role playing. Nilai yang diperoleh siswa setelah mengerjakan tes pada akhir siklus ini termasuk
dalam hasil belajar kognitif yang dapat dinyatakan dalam bentuk persentase, sehingga diperoleh persentase perolehan hasil belajar kognitif pascatindakan
siklus I yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 8. Hasil Belajar Ranah Kognitif Post-test Siklus I
Jumlah Siswa
Ketuntasan Persentase
Keterangan Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas Belum
Tuntas
20 11
9 55
45 Nilai Tertinggi
87,5 Nilai Terendah
67,5 Rata-rata Nilai Siswa
77,50 Sumber: Lampiran 25 halaman 222
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa post-test siklus I diikuti oleh 20 siswa. Siswa yang tuntas atau telah mencapai K
KM ≥76 sebanyak 11 siswa atau jika dipersentasekan sebesar 55. Siswa yang belum tuntas sebanyak 9 siswa
atau jika dipersentasekan sebesar 45. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 87,5 dan nilai terendah yang diperoleh siswa yaitu 67,5. Rata-rata nilai siswa pada
tes hasil belajar siklus I ini sebesar 77,50. Berikut adalah perbandingan hasil belajar ranah kognitif pra tindakan dengan siklus I.
103 2
11 18
9 5
10 15
20
Pratindakan Siklus I
Peningkatan Hasil Belajar IPS Ranah Kognitif pada Pratindakan dan Siklus I
Tuntas Belum Tuntas
Gambar 4. Histogram Peningkatan Hasil Belajar IPS Ranah Kognitif pada Pratindakan dan Siklus I
Tabel 9. Perbandingan Hasil Belajar Ranah Kognitif pada Pratindakan dan Siklus I
Ketuntasan
Pra Tindakan Siklus I
T BT
T BT
2 18
11 9
10 90
55 45
Rata-rata Kelas
Pra Tindakan Siklus I
68,55 77,50
Keterangan: T = Tuntas BT = Belum Tuntas Sumber: Lampiran 25 halaman 222
Data pada tabel di atas jika disajikan dalam bentuk histogram peningkatan hasil belajar ranah kognitif pada pratindakan dan siklus I menjadi seperti berikut.
Berdasarkan data di atas, pada hasil belajar IPS ranah kognitif pra tindakan dapat
diketahui bahwa siswa yang tuntas atau telah mencapai KKM ≥76 sebanyak 2 siswa 10 dan siswa yang belum tuntas sebanyak 18 siswa 90.
Setelah dilakukan tindakan siklus I, terjadi kenaikan jumlah siswa yang tuntas. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas sebanyak 11 siswa 55, sedangkan
104 jumlah siswa yang belum tuntas berkurang yaitu menjadi 9 siswa 45.
Kenaikan persentase ketuntasan siswa pada pra tindakan dan setelah tindakan siklus I sebesar 45 dari 10 menjadi 55.
Kemudian untuk mengetahui tingkat hasil belajar IPS ranah kognitif siswa kelas V digunakanlah klasifikasi kecakapan akademik. Klasifikasi hasil belajar
IPS kelas V pada siklus I dapat disajikan dalam tabel berupa frekuensi perolehan nilai dengan rentang nilai sebagai berikut.
Tabel 10. Klasifikasi Kecakapan Akademik Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus I
No Nilai
Kategori Frekuensi
Persentase 1
– 55 Kurang
2 56
– 70 Cukup Baik
3 15
3 71
– 85 Baik
16 80
4 86
– 100 Sangat Baik
1 5
Sumber: Lampiran 25 halaman 222 Berdasarkan data hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Bogo di atas,
perolehan nilai hasil belajar tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 87,5 sedangkan nilai terendah yang diperoleh siswa yaitu 67,5, dengan rata-rata kelas sebesar
77,50. Siswa yang memperoleh nilai antara 50 – 70 sebanyak 3 siswa, siswa yang
memperoleh nilai antara 71 – 85 sebanyak 16 siswa, dan siswa yang memperoleh
nilai antara 86 – 100 sebanyak 1 siswa. Berdasarkan data tersebut, diketahui
bahwa jumlah siswa yang sudah memenuhi KKM atau siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 76 yaitu sebanyak 11 siswa 55.
Berdasarkan data-data yang diperoleh di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS kelas V SD Negeri Bogo menggunakan metode pembelajaran
role playing sudah cukup baik meskipun hasilnya masih kurang maksimal. Oleh karena itu, hasil ini digunakan sebagai perbaikan tindakan selanjutnya
105 menggunakan metode role playing guna meningkatkan hasil belajar IPS siswa
kelas V SD Negeri Bogo. 3
Reflect Refleksi Siklus I Proses refleksi peneliti lakukan bersama dengan guru, dengan tujuan untuk
mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar IPS siswa menggunakan metode role playing. Secara keseluruhan, pembelajaran IPS menggunakan metode
role playing pada siswa kelas V SD Negeri Bogo sudah cukup baik meskipun kurang maksimal. Berdasarkan hasil observasi, kendala-kendala yang dialami
siswa selama pembelajaran IPS menggunakan metode role playing, sebagai berikut.
1. Langkah 1 Pemanasan
Siswa terlihat kurang tertarik dan kurang memperhatikan cerita pengantar yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa kurang memahami kegiatan pembelajaran
yang dilakukan. 2.
Langkah 2 Memilih siswa yang akan berperan Masih terdapat peran yang kurang sesuai dengan karakter siswa. Hal tersebut
mengakibatkan siswa kurang menghayati peran yang dibawakannya. 3.
Langkah 3 Menyiapkan penonton yang akan mengobservasi Langkah ini sudah dapat dilaksanakan dengan baik. Siswa yang bertugas sebagai
penonton sudah memahami tugasnya. 4.
Langkah 4 Mengatur panggung Langkah ini sudah dapat dilaksanakan dengan baik. Dibantu dengan arahan guru,
siswa mengatur panggung dengan cara menyusun meja dan kursi secara terpusat
106 di bagian kiri ruang kelas sehingga menyisakan ruang yang cukup luas di bagian
kanan ruang kelas, yang digunakan untuk bermain peran. Konsep panggung menggunakan konsep sederhana.
5. Langkah 5 Permainan
Terdapat beberapa siswa yang lupa dengan dialognya, kurang percaya diri dalam memerankan tokoh, kurang menjiwai peran dan kurang memahami kapan
gilirannya masuk dalam setting cerita, sehingga terjadi kemacetan pada saat memainkan peran. Perlu tambahan waktu bagi siswa untuk berlatih memainkan
peran bersama kelompoknya, agar kemacetan pada saat role playing dapat diminimalisir.
6. Langkah 6 Diskusi dan evaluasi
Siswa belum seluruhnya berpartisipasi secara aktif. Penyampaian hasil observasi dan hasil evaluasi masih didominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan
akademik tinggi. Siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah cenderung diam pada pelaksanaan langkah ini. Siswa juga masih mengalami kesulitan dalam
menentukan nilai-nilai yang dapat diteladani dari tokoh. 7.
Langkah 7 Permainan berikutnya Hasil pada langkah ini sama dengan hasil pada langkah permainan. Terdapat
beberapa siswa yang lupa dengan dialognya, kurang percaya diri dalam memerankan tokoh, kurang menjiwai peran dan kurang memahami kapan
gilirannya masuk dalam setting cerita, sehingga terjadi kemacetan pada saat memainkan peran.
107 8.
Langkah 8 Diskusi lebih lanjut Siswa belum seluruhnya berpartisipasi secara aktif. Penyampaian hasil observasi
dan hasil evaluasi masih didominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi. Siswa juga masih mengalami kesulitan dalam menentukan nilai-
nilai yang dapat diteladani dari tokoh. 9.
Langkah 9 Generalisasi Terdapat beberapa siswa yang cenderung diam saat langkah ini dilaksanakan.
Kegiatan menyimpulkan pembelajaran masih didominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi.
10. Kriteria ketuntasan belum tercapai
Siswa yang mencapai KKM belum mencapai 75 dari total seluruh siswa kelas V. Siswa yang tuntas atau mencapai KKM sebanyak 11 siswa 55. Sedangkan
siswa yang belum tuntas sebanyak 9 siswa 45. Berdasarkan hasil observasi, hasil tes yang diperoleh, dan refleksi siklus I,
hasil belajar kognitif dan hasil belajar psikomotor belum tercapai secara maksimal. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian sampai dengan siklus
I belum berhasil. Untuk itu disusunlah rencana perbaikan yang dilaksanakan pada siklus selanjutnya, yakni siklus II sehingga diharapkan penelitian ini dapat
mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. b.
Deskripsi Tindakan Siklus II 1
Planning Perencanaan Tindakan Siklus II Peneliti dan guru kelas V melakukan beberapa kegiatan pada perencanaan
siklus II, sebagai berikut.
108 a
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP menggunakan metode role playing tentang materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Peneliti lebih memperhatikan keterlibatan siswa sebagai pemeran dalam role playing lihat lampiran 8, 9, 10 halaman 173, 179, 185.
b Menyusun dan menyiapkan lembar kerja siswa lihat lampiran 20 halaman
215. c
Menyiapkan soal tes. Tes akan diberikan pada akhir siklus II ini, untuk mengetahui adakah peningkatan hasil belajar siswa lampiran 14 halaman
202. d
Menyiapkan naskah drama lihat lampiran 28 halaman 231. e
Menyiapkan sarana yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan siklus II.
f Menyusun instrumen penelitian berupa lembar observasi untuk memperoleh
data hasil belajar psikomotor siswa lihat lampiran 16, 17, 18 halaman 209, 210, 211.
Perencanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II ini yang berkaitan dengan perbaikan pelaksanaan role playing, sebagai berikut.
1. Langkah 1 Pemanasan
Guru mempertegas aturan yang telah disepakati bersama. Kesepakatan yang telah disepakati bersama yaitu, siswa menggunakan nomor punggung, siswa yang
mengganggu pembelajaran dipersilakan untuk tidak mengikuti pembelajaran, dan saat permainan role playing berlangsung penonton tidak boleh berkomentar. Pada
saat menyampaikan cerita pengantar, guru menggunakan nada bicara yang lebih
109 beragam nada suara keras, lirih, marah, menggebu-gebu, sedih, semangat, dll
agar dapat menghidupkan suasana cerita. Cerita pengantar juga disampaikan secara perlahan agar siswa dapat memahami cerita yang disampaikan oleh guru.
2. Langkah 2 Memilih siswa yang akan berperan
Diadakan pemilihan peran secara terbuka melalui seleksi supaya mendapatkan pemeran yang sesuai dengan tokoh yang akan diperankan. Narator juga dipilih
berdasarkan kemampuan membaca siswa, supaya dapat menghidupkan suasana permainan. Diberikan juga tambahan waktu bagi siswa untuk berlatih bermain
peran bersama kelompoknya untuk meminimalisir kemacetan pada saat permainan peran. Pada saat siswa berlatih bermain peran menggunakan teks, guru lebih
mengarahkan dan membimbing permainan dengan tujuan agar siswa lebih memahami cara memainkan perannya.
3. Langkah 3 Menyiapkan penonton yang akan mengobservasi
Guru memberikan penjelasan ulang terkait tugas penonton untuk mengobservasi. Guru juga memberikan contoh nilai-nilai yang dapat diteladani dari tokoh, karena
pada siklus I siswa masih kesulitan dalam menentukan nilai-nilai yang dapat diteladani dari tokoh. Nilai yang dicontohkan, antara lain nilai kepemimpinan,
pantang menyerah, cinta tanah air, rela berkorban, semangat yang teguh, dan perjuangan yang gigih.
4. Langkah 4 Mengatur panggung
Penataan meja dan kursi diubah menjadi terpusat di bagian belakang ruang kelas. Hal ini bertujuan agar panggung menjadi lebih luas dan agar setting panggung
tidak terkesan monoton.
110 5.
Langkah 5 Permainan Memberikan tambahan waktu bagi siswa untuk berlatih memainkan peran
bersama kelompoknya dan memberikan penjelasan lebih rinci tentang karakter masing-masing tokoh.
6. Langkah 6 Diskusi dan evaluasi
Guru lebih memprioritaskan siswa yang cenderung diam untuk menyampaikan hasil observasi, menjawab pertanyaan dari guru, mengemukakan pendapat, dan
mengevaluasi permainan yang telah dilakukan oleh kelompok pemain. Guru memprioritaskan siswa yang cenderung diam dengan alasan supaya semua siswa
memiliki kesempatan yang sama dalam meyampaikan pendapatnya, sehingga proses pembelajaran tidak hanya didominasi oleh siswa yang aktif saja. Hal ini
juga bertujuan agar tidak terjadi kesenjangan yang terlalu besar antara hasil belajar ranah psikomotor siswa yang cenderung aktif dan siswa yang cenderung
diam. 7.
Langkah 7 Permainan berikutnya Tindakan perbaikan pada langkah ini sama dengan tindakan yang diberikan pada
langkah permainan, yaitu dengan memberikan tambahan waktu bagi siswa untuk berlatih memainkan peran bersama kelompoknya dan memberikan penjelasan
lebih rinci tentang karakter masing-masing tokoh. 8.
Langkah 8 Diskusi lebih lanjut Tindakan perbaikan pada langkah ini sama dengan tindakan yang diberikan pada
langkah diskusi dan evaluasi, yaitu guru lebih memprioritaskan siswa yang cenderung diam untuk menyampaikan hasil observasi, menjawab pertanyaan dari
111 guru, mengemukakan pendapat, dan mengevaluasi permainan yang telah
dilakukan oleh kelompok pemain. 9.
Langkah 9 Generalisasi Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan pancingan kepada siswa supaya siswa
ikut berpartisipasi aktif untuk menyimpulkan pembelajaran. Siswa yang cenderung kurang aktif juga diberikan kesempatan lebih untuk menyampaikan
pendapat. 2
Act and Observe Pelaksanaan dan Observasi Tindakan Siklus II Tahap kedua dari siklus II ini adalah pelaksanaan tindakan dan
pengamatan tindakan yang merupakan implementasi dari RPP. Proses pelaksanaan tindakan dan pengamatan tindakan siklus II pertemuan 1
dilaksanakan pada Kamis, 20 April 2017 dengan waktu 2 jam pelajaran 2 x 35 menit. Siklus II pertemuan 2 dilaksanakan pada Selasa, 25 April 2017 dengan 2
jam pelajaran 2 x 35 menit. Siklus II pertemuan 3 dilaksanakan pada Kamis, 27 April 2017 dengan waktu 2 jam pelajaran 2 x 35 menit. Berikut ini deskripsi
pelaksanaan tindakan siklus II. a
Pertemuan Pertama Pertemuan pertama pada siklus II ini merupakan tindak lanjut, perbaikan
dan penyempurnaan proses pembelajaran pada siklus I. Siklus II ini dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Siklus II pertemuan I dilaksanakan pada Kamis, 20
April 2017 mulai pukul 9.15 – 10.25 selama 2 jam pelajaran 2 x 35 menit.
Materi yang diajarkan yaitu tentang perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan
KD. 2.4
Menghargai Perjuangan
Para Tokoh
dalam
112 Mempertahankan Kemerdekaan, yang meliputi peristiwa pertempuran di
Surabaya, pertempuran di Ambarawa dan pertempuran di Bandung, tokoh-tokoh yang terlibat dan nilai-nilai yang dapat diteladani dari peristiwa dan tokoh.
Kegiatan Awal
Kegiatan awal dibuka guru dengan ucapan salam dan mengajak siswa untuk berdoa bersama. Guru juga melakukan presensi dan menanyakan kabar
siswa. Apersepsi guru lakukan dengan mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal apa saja yang sudah siswa lakukan untuk bangsa Indonesia yang kemudian
dikaitkan dengan materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pertemuan ini. Guru
dan siswa membuat kesepakatan tentang peraturan yang diterapkan dalam pembelajaran, yaitu siswa harus tetap menjaga ketertiban, kedisiplinan, tanggung
jawab, siswa mengenakan nomor punggung, siswa yang mengganggu pembelajaran dipersilakan untuk tidak mengikuti pembelajaran, dan selama
permainan berlangsung penonton tidak boleh berkomentar. Guru lebih mempertegas aturan yang telah disepakati bersama tersebut.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan implementasi dari metode role playing. Langkah pertama yang dilakukan guru, yaitu pemanasan. Pada langkah pemanasan, guru
menyampaikan cerita pengantar tentang peristiwa-peristiwa setelah proklamasi kemerdekaan. Dalam menyampaikan cerita pengantar, guru menggunakan nada
bicara yang lebih beragam agar dapat menghidupkan suasana cerita. Cerita pengantar juga disampaikan secara perlahan agar siswa dapat memahami cerita
113 yang disampaikan oleh guru. Penyampaian cerita pengantar ini diselingi dengan
tanya jawab antara guru dengan siswa, sehingga siswa terlihat aktif mengikuti pembelajaran. Guru juga memberikan penjelasan bagaimana karakter tokoh-tokoh
yang terlibat dalam peritiwa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, supaya nantinya siswa dapat lebih menghayati peran yang dimainkannya. Guru juga
memberikan penjelasan ulang tentang pembelajaran IPS menggunakan metode role playing, supaya siswa tidak merasa kebingungan dengan pembelajaran yang
sedang mereka lakukan. Langkah kedua adalah memilih siswa yang akan berperan. Pemilihan
peran dilakukan dengan cara seleksi siswa, supaya sesuai dengan karakter tokoh yang akan diperankan. Narator juga dipilih dari siswa yang memiliki kemampuan
membaca yang baik dan suara yang lantang agar suasana role playing dapat lebih hidup. Guru melakukan seleksi siswa secara singkat, berdasarkan kemampuan
siswa yang telah teramati pada role playing siklus I. Kemudian siswa dibagi menjadi dua kelompok, dengan masing-masing kelompok beranggotakan 10
siswa. Kelompok 1 memerankan peristiwa pertempuran di Surabaya, sedangkan kelompok 2 memerankan peristiwa pertempuran di Ambarawa dan Bandung.
Kelompok 1 beranggotakan AYS, FA, RA, AD, RN, HS, MM, MASP, TPP, RAAP, dan LF. Kelompok 2 beranggotakan YIW, LNI, ADZ, MHa, DN, FZN,
LF, MHu, IY, MS, dan AYS. Pembagian peran dalam kelompok 1 yaitu, AYS sebagai Ir. Soekarno, FA sebagai anggota 1 dan rakyat, RA sebagai anggota 2 dan
rakyat, AD sebagai Mh. Hatta, RN sebagai Otto Iskandar Dinata, HS sebagai Brigjend Mallaby, MM sebagai TKR, MASP sebagai Letnan Cristison, TPP
114 sebagai Gubernur Suryo, RAAP sebagai Bung Tomo, dan LF sebagai narator.
Pembagian peran dalam kelompok 2, yaitu YIW sebagai Kolonel Sarbini, LNI sebagai Kolonel Isdiman, ADZ sebagai prajurit, MHa sebagai Kolonel Suharto,
DN sebagai Jendral Sudirman, FZN sebagai Moh. Toha, LF sebagai Ramdan, MHu sebagai Ir. Soekarno, IY sebagai Sri Sultan HB, MS sebagai Lovink, dan
AYS sebagai narator. Setelah seluruh siswa mendapatkan peran, guru membagikan naskah
drama yang akan dimainkan oleh siswa. Siswa berlatih bermain peran secara berkelompok lampiran 29 halaman 240. Guru memberikan tambahan waktu bagi
siswa untuk berlatih bersama kelompoknya, supaya siswa dapat lebih menghayati peran yang akan dimainkannya serta tau kapan bagiannya untuk masuk ke dalam
setting saat permainan dilaksanakan. Penambahan waktu berlatih ini juga dimaksudkan supaya kemacetan pada saat permainan dapat diminimalisir.
Sembari membaca naskah drama, guru meminta siswa untuk memperhatian gambar tokoh yang akan mereka perankan di buku paket. Guru dan siswa
berdiskusi mengenai watak-watak tokoh yang akan diperankan. Siswa berlatih melakukan role playing di depan kelas setelah berlatih dengan kelompoknya
masing-masing lampiran 29 halaman 240. Pada saat siswa berlatih bermain peran menggunakan teks, guru lebih mengarahkan dan membimbing permainan
dengan tujuan agar siswa lebih memahami cara memainkan perannya. Saat kelompok 1 memainkan role playing, kelompok 2 mengamati dan setelah
kelompok 1 selesai memainkan role playing, kelompok 2 menyampaikan kekurangan dalam hal penjiwaan tokoh-tokoh yang diperankan kelompok 1.
115 Kelompok 2 juga berlatih memainkan role playing di depan kelas, kelompok 1
mengamati permainan yang dilakukan kelompok 2. Setelah permainan selesai, kelompok 1 menyampaikan hasil pengamatannya. Evaluasi penjiwaan tokoh yang
diperankan siswa bertujuan agar siswa dapat mengetahui kekurangannya dalam memainkan peran dan agar materi pembelajaran yang hendak disampaikan dapat
diterima dengan baik oleh penonton. Langkah ketiga role playing yaitu menyiapkan penonton yang akan
mengobservasi. Guru menentukan kelompok yang menjadi penonton pada permainan role playing yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Guru
memberikan penjelasan ulang terkait tugas penonton untuk mengobservasi, yaitu mengamati permainan role playing yang dilakukan kelompok lain dan menuliskan
hasil pengamatannya dalam lembar observasi LKS yang disediakan. Penonton menuliskan peristiwa yang terjadi, tokoh yang terlibat, dan nilai-nilai yang dapat
diteladani dari peristiwa maupun tokoh-tokoh. Guru memberikan contoh nilai- nilai yang dapat diteladani dari tokoh, karena pada siklus I siswa masih kesulitan
dalam menentukan nilai-nilai yang dapat diteladani dari tokoh. Nilai-nilai yang dicontohkan, antara lain nilai kepemimpinan, pantang menyerah, cinta tanah air,
rela berkorban, semangat yang terguh, dan perjuangan yang gigih.
Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dilakukan dengan melakukan tanya jawab mengenai materi yang baru saja dipelajari. Guru melakukan refleksi dan mengharapkan siswa untuk
menghafal naskah drama agar permaian role playing pada pertemuan berikutnya dapat berjalan dengan lancar. Guru juga memberikan penguatan atas kinerja siswa
116 selama melaksanakan pembelajaran menggunakan metode role playing.
Kemudian telah disepakati bahwa pada pertemuan selanjutnya, kelompok 1 akan memainkan peran pada sesi 1 dan kelompok 2 akan memainkan peran pada sesi 2.
Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk giat belajar. Guru menutup pelajaran dengan salam penutup.
b Pertemuan Kedua
Kegiatan Awal
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengajak siswa untuk berdoa bersama. Guru juga melakukan presensi untuk mengecek
kehadiran siswa. Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan, “Adakah diantara siswa kelas V yang suka berkelahi?” Guru mengaitkan
pertanyaan dan tanggapan siswa dengan pertempuran-pertempuran yang dilakukan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan. Contoh pertempuran
yang dilakukan bangsa Indonesia adalah pertempuran di Surabaya yang diabadikan menjadi Hari Pahlawan Nasional, pertempuran di Ambarawa yang
diabadikan dengan Monumen Palagan Ambarawa, dan pertempuran di Bandung yang kita kenal sebagai peristiwa Bandung Lautan Api. Guru juga menyampaikan
tujuan pembelajaran pada pertemuan kali ini, yaitu siswa akan melaksanakan role playing sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan pada pertemuan
sebelumnya. Guru memberikan penjelasan ulang mengenai langkha-langkah metode role playing, khususnya langkah-langkah role playing yang akan
dilaksanakan pada pertemuan kali ini, yaitu menyiapkan panggung, permainan, diskusi dan evaluasi, dan permainan berikutnya.
117
Kegiatan Inti
Kegiatan pertama yang dilakukan pada kegiatan inti ini, yaitu mengatur panggung langkah ke 4. Guru dan siswa bersama-sama mengatur kelas untuk
dijadikan panggung untuk bermain peran. Meja dan kursi dipusatkan di bagian belakang ruang kelas, sehingga bagian depan ruang kelas dapat digunakan oleh
siswa untuk bermain peran. Siswa juga menyiapkan sapu dan tongkat yang difungsikan sebagai alat yang digunakan untuk berperang melawan penjajah.
Pengaturan panggung dan persiapan telah selesai, kemudian dilanjutkan dengan langkah role playing kelima yaitu langkah permainan. Permainan pertama
dilakukan oleh kelompok 1 terlebih dahulu, sedangkan kelompok 2 bertugas sebagai penonton yang mengamati jalannya permainan peran dari kelompok 1.
Permainan dimulai dengan dibacakannya narasi oleh LF tentang telah diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, yang
menandakan bahwa bangsa Indonesia telah menjadi bangsa yang merdeka dan bebas dari belenggu penjajahan. Sebagai tindak lanjut atas kemerdekaan yang
telah diraih bangsa Indonesia, Ir. Soekarno AYS, anggota 1 FA, anggota 2 RA, Moh. Hatta AD, dan Otto Iskandardinata RN melakukan rapat dalam
forum PPKI. Rapat tersebut membahas mengenai peraturan dasar untuk mengatur bangsa Indonesia yang baru saja merdeka supaya Belanda tidak lagi menjajah
bangsa Indonesia. Kemudian RN mengusulkan agar AYS menjadi presiden dan AD menjadi wakil presiden Republik Indonesia. Semua anggota rapat, termasuk
AYS dan AD menyetujui keputusan hasil rapat PPKI lampiran 29 halaman 240. Rapat PPKI ini menghasilkan keputusan bahwa UUD 1945 menjadi aturan dasar
118 negara, Ir. Soekarno dan Moh Hatta menjadi presiden dan wakil presiden, dan
KNIP menggantikan MPRS sebelum terbentuk. Narasi kembali dibacakan oleh LF, yang menjelaskan bahwa Belanda
belum rela dengan kemerdekaan Indonesia. Melalui berbagai cara, Belanda tetap ingin menjajah Indonesia. Tanggal 25 Oktober 1945 tentara sekutu di bawah
pimpinan Brigjend Mallaby HS dengan diboncengi NICA mendarat di Tanjung Perak Surabaya. HS meminta agar seluruh senjata yang dimiliki rakyat diserahkan
pada sekutu, namun rakyat menolak atas apa yang diucapkan oleh HS. Atas sikap penolakan rakyat tersebut, maka Inggris melancarkan serangan-serangan di
Surabaya dan terjadilah pertempuran antara sekutu melawan TKR MM dan rakyat FA dan RA. Akhirnya dalam pertempuran tersebut Brigjend Mallaby
HS tewas, kemudian Letnan Cristison MASP mengultimatum rakyat Indonesia untuk menyerahkan pembunuh Brigjend Mallaby HS. Namun meskipun telah
diultimatum oleh Sekutu, rakyat FA dan RA dan Gubernur Suryo TPP tidak menyerah dan tetap akan mempertahankan Surabaya. Akhirnya tanggal 10
November 1945, Surabaya digempur dari darat, laut dan udara oleh Sekutu. Kemudian Bung Tomo RAAP mengobarkan semangat rakyat Surabaya untuk
tetap mempertahankan Surabaya. Langkah selanjutnya adalah langkah ke enam, yaitu langkah diskusi dan
evaluasi. Setelah permainan role playing pada sesi 1 tersebut selesai, kemudian dilakukan diskusi dan evaluasi. Kelompok 2 yang berperan sebagai penonton
memaparkan hasil pengamatannya. Guru lebih memprioritaskan siswa yang cenderung diam untuk menyampaikan hasil observasi, menjawab pertanyaan dari
119 guru, mengemukakan pendapat, dan mengevaluasi jalannya permainan kelompok
1. Guru memilih siswa yang cenderung diam yaitu FZN untuk memaparkan hasil pengamatannya. Hasil pengamatan yang disampaikan meliputi peristiwa, tokoh
yang terlibat dan nilai-nilai yang dapat diteladani, serta memberikan saran dan tanggapan terhadap permainan dari kelompok 1. Guru menindaklanjuti pemaparan
hasil pengamatan dari kelompok 2 dengan cara melakukan tanya jawab terkait peristiwa sejarah yang telah diperankan. Pertanyaan ditujukan bagi penonton
maupun bagi pemeran. Dengan adanya tanya jawab ini, diskusi dapat lebih hidup jika dibandingkan dengan diskusi pada siklus I.
Langkah ketujuh adalah permainan berikutnya. Kelompok 2 bertugas untuk memainkan peran tentang pertempuran di Ambarawa dan Bandung,
sedangkan kelompok 1 bertugas sebagai penonton yang mengobservasi jalannya permainan peran yang dilakukan oleh kelompok 2. Permainan dimulai dengan
narasi yang dibacakan oleh AYS tentang perbincangan antara Kol. Sarbini YIW, Kol. Isdiman LNI, dan Kol. Suharto MHa yang dilakukan di markas TKR.
Saat ketiga tokoh tersebut membicarakan apa maksud kedatangan Belanda datang ke Indonesia lagi, tiba-tiba datanglah seorang prajurit ADZ yang membawa
kabar bahwasannya Belanda dan NICA sudah mendarat di Magelang untuk mengurus tawanan perang tentara Jepang di Jawa Tengah. Namun kenyataannya,
Belanda justru mempersenjatai tawanan perang dan melakukan penyerangan. Akhirnya pasukan perang di bawah pimpinan Jendral Sudirman DN mampu
mengusir Belanda dan NICA dari Magelang lampiran 29 halaman 241. Akhirnya terjadilah pertempuran di Ambarawa yang menyebabkan Kol. Isdiman LNI
120 gugur. Jendral Sudirman DN kemudian menggunakan strategi Supit Urang
untuk mengalahkan Belanda dan NICA. Narator AYS membacakan narasi tentang belum berakhirnya petempuran
yang terjadi di Indonesia. Petempuran juga terjadi di kota Bandung, karena adanya ultimatum dari Inggris agar rakyat Bandung segera meninggalkan kota Bandung.
Moh. Toha FZN dan Ramdan LF berunding, apakah mereka harus menuruti keinginan Inggris atau tidak. Mereka berpikir bahwa Bandung memang harus
segera dikosongkan, namun mereka tidak rela jika Bandung dikuasai Inggris. Mereka sepakat untuk membakar habis kota Bandung. Karena kondisi yang sudah
tidak aman di Jakarta dan beberapa tempat, maka ibu kota Indonesia pada awal Januari 1946 dipindahkan ke Yogyakarta. Terjadilah pertemuan antara Ir.
Soekarno MHu dan Sri Sultan Hamengkubuwono IY untuk membahas pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta. Akhirnya tanggal 23 Maret 1946
kota Bandung dibumihanguskan oleh rakyat. Moh. Toha FZN dan Ramdan LF gugur dalam insiden tersebut. Setelah melalui berbagai perjuangan dan
pertumpahan darah, akhirnya pada tanggal 27 Desember 1949 ditandatangani penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, yang dilakukan oleh Sri Sultan
HB IY dan Lovink MS. Akhirnya Indonesia mampu melalui perjuangan berat untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Kegiatan Akhir
Memasuki kegiatan penutup, guru menyampaikan bahwa diskusi lebih lanjut akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya. Guru dan siswa bersama-sama
membaca doa untuk mengakhiri pembelajaran.
121 c
Pertemuan Ketiga
Kegiatan Awal
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengajak siswa untuk berdoa bersama. Guru juga melakukan presensi untuk mengecek
kehadiran siswa. Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan, “Pertempuran apa sajakah yang terjadi antara Indonesia dan sekutu setelah
Indonesia merdeka?” Guru mengaitkan pertanyaan dan tanggapan siswa dengan kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan kali ini, yaitu siswa akan
melaksanakan diskusi lebih lanjut, generalisasi dan mengerjakan post-test. Guru memberikan penjelasan ulang mengenai langkah-langkah metode role playing,
khususnya langkah-langkah role playing yang akan dilaksanakan pada pertemuan kali ini, yaitu diskusi lebih lanjut dan generalisasi.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti ini merupakan lanjutan dari langkah-langkah role playing pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan pertama adalah melaksanakan langkah
kedelapan role playing, yaitu diskusi lebih lanjut. Guru membimbing diskusi siswa supaya diskusi dapat lebih hidup lampiran 29 halaman 241. Kelompok 1
menyampaikan hasil observasinya mengenai permainan role playing yang telah dilakukan oleh kelompok 2 pada pertemuan sebelumnya. Siswa yang berinisial
RN ditunjuk oleh guru untuk mengemukakan hasil observasinya, karena RN terlihat cenderung diam pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan
yang disampaikan RN meliputi urutan peristiwa, tokoh yang terlibat, dan nilai-
122 nilai yang dapat diteladani dari tokoh, dan menyampaikan saran dan tanggapan
terhadap permainan dari kelompok 2. Langkah terakhir role playing yaitu, generalisasi. Guru dan siswa bersama-
sama menyimpulkan materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang telah dipelajari dari permainan role playing yang telah dilaksanakan. Guru juga
memberikan pertanyaan-pertanyaan pancingan supaya siswa aktif untuk mengemukakan pendapat. Tanya jawab ini juga bertujuan untuk menggali ingatan
siswa tentang materi yang telah mereka pelajari pada pertemuan sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru meliputi nama peristiwa, tanggal
terjadinya peristiwa, sebab terjadinya peritiwa, tokoh-tokoh yang terlibat, dan nilai-nilai yang dapat diambil hikmahnya atau diteladani oleh siswa. Guru
menuliskan hasil kesimpulan di papan tulis, supaya siswa juga dapat mencacat kesimpulan yang telah mereka buat lampiran 29 halaman 241.
Kegiatan Akhir
Memasuki kegiatan penutup, siswa mengerjakan soal evaluasi post-test. Siswa terlihat fokus dan jujur ketika mengerjakan soal evaluasi. Setelah siswa
selesai mengerjakan soal evaluasi, guru memberikan apresiasi atas kinerja dan kerjasama siswa yang baik selama pembelajaran IPS menggunakan metode role
playing berlangsung. Guru dan siswa bersama-sama membaca doa untuk mengakhiri pembelajaran.
Observasi dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan pembelajaran pada siklus II. Pengamatan dilakukan terhadap siswa. Adapun hasil
observasi aspek psikomotor siswa pada saat proses pembelajaran IPS
123 menggunakan metode role playing siklus II diperoleh dari hasil pengamatan yang
dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran dengan mengisi lembar observasi aspek psikomotor siswa. Berdasarkan hasil observasi siklus II, pada
pertemuan pertama perhatian siswa terhadap pembelajaran IPS menggunakan metode role playing menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan perhatian siswa
pada siklus I. Siswa terlihat lebih fokus saat guru memberikan penjelasan ulang langkah-langkah metode role playing. Siswa melaksanakan perintah guru dengan
kesadaran sendiri bukan hanya sekedar mengikuti temannya. Semua siswa melaksanakan perintah guru dengan senang hati. Siswa sangat bersemangat ketika
pemilihan peran secara terbuka dilaksanakan. Siswa berebut ingin memainkan peran yang disukainya, namun untuk peran-peran tertentu pemilihan dilakukan
oleh guru berdasarkan kemampuan siswa yang teramati pada permainan siklus I. Setelah siswa terbagi menjadi 2 kelompok, siswa berlatih dengan kelompoknya
masing-masing dengan antusias. Suasana latihan pada siklus II ini terlihat lebih hidup. Siswa yang cenderung pasif saat pembelajaran juga mulai berkurang, dan
mau berpartisipasi aktif ketika kegiatan diskusi dilakukan karena guru lebih memberikan kesempatan bagi siswa yang cenderung pasif untuk menjawab dan
mengajukan pertanyaan. Pada saat melaksanakan langkah menyiapkan penonton, siswa mendengarkan dengan seksama penjelasan guru mengenai tugas apa yang
harus dilakukan oleh siswa. Guru juga menjelaskan cara menuliskan hasil observasi di lembar observasi LKS. Secara keseluruhan, suasana kelas kondusif
dan semua siswa mematuhi peraturan yang telah disepakati bersama.
124 Pada pertemuan kedua, siswa berinisiatif sendiri untuk menyiapkan
panggung. Tanpa bantuan dari guru, semua siswa bekerja sama untuk memusatkan meja dan kursi di bagian belakang ruang kelas. Permainan pertama
dilakukan oleh kelompok 1, yang bertugas memerankan perististiwa pertempuran di Surabaya. Siswa terlihat antusias dan senang dengan permainan yang
dilakukan, karena banyak adegan pertempuran yang diperankan. Siswa lebih bersungguh-sungguh dan mendalami peran yang dibawakannya. Kemacetan saat
bermain peran sudah berkurang jika dibandingkan dengan kemacetan yang terjadi pada permainan siklus I. Suasana permainan pada siklus II ini lebih hidup.
Kelompok 2 yang bertugas sebagai penonton juga memperhatikan permainan kelompok 1 dengan seksama sembari menuliskan hasil pengamatannya.
Pada pertemuan ketiga, saat diskusi lebih lanjut berlangsung guru memberikan kesempatan pertama bagi FZN untuk mengemukakan pendapatnya
karena FZN cenderung diam dan memiliki kemampuan akademik rendah. FZN menyampaikan pendapatnya dengan suara yang lirih dan kurang percaya diri.
Kemudian guru memberikan motivasi kepada FZN untuk lebih percaya diri. Guru lebih memprioritaskan siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah dan
sedang untuk menyampaikan pendapat, meskipun banyak siswa yang juga ingin menyampaikan pendapatnya. Saat diskusi ini berlangsung, siswa lebih aktif
menyampaikan pendapat. Siswa lebih menyambut baik pendapat teman, hal ini ditunjukkan dari siswa yang lebih mendengarkan pendapat teman dengan
seksama. Siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah dan sedang sudah mulai berani untuk mengajukan pertanyaan kepada guru terkait materi perjuangan
125 mempertahankan kemerdekaan yang belum mereka pahami. Siswa yang memiliki
kemampuan akademik tinggi lebih banyak menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan kepada guru. Kegiatan diskusi pada siklus II ini menjadi
lebih hidup. Berikut ini perilaku siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan metode
role playing pada siklus II.
Tabel 11. Kkasifikasi Kecakapan Akademik Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siswa pada Siklus II
Kriteria Perilaku Jumlah Siswa
Sangat Baik SB Baik B
15 75
Cukup C 5
25 Kurang K
Kurang Sekali KS Sumber: Lampiran 23
Berdasarkan data perilaku siswa saat pembelajaran IPS menggunakan metode role playing pada siklus II di atas, dapat dijelaskan bahwa terdapat
sebanyak 0 siswa 0 mencapai kriteria perilaku KS kurang sekali, sebanyak 0 siswa 0 mencapai kriteria perilaku K kurang, 5 siswa 25 mencapai
kriteria C cukup, 15 siswa 75 mencapai kriteria B baik, dan 0 siswa 0 siswa mencapai kriteria SB sangat baik. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar ranah psikomotor siswa yang mencapai kriteria ≥B sebanyak 15 siswa 75.
Berikut disajikan peningkatan hasil belajar ranah psikomotor dari siklus I ke siklus II yang dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
126 2
14
5 4
15
2 4
6 8
10 12
14 16
Siklus I Siklus II
Peningkatan Hasil Belajar Ranah Psikomotor dari Siklus I ke Siklus II
Kurang Sekali Kurang
Cukup Baik
Sangat Baik
Gambar 5. Histogram Peningkatan Hasil Belajar Ranah Psikomotor dari Siklus I ke Siklus II
Siklus II ini diakhiri dengan diberikannya tes hasil belajar kepada siswa tentang materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tes ini
digunakan sebagai pengukur keberhasilan belajar siswa dalam ranah kognitif. Hasil belajar kognitif dapat dinyatakan dalam bentuk persentase , sehingga
akan diperoleh persentase perolehan hasil belajar kognitif pascatindakan siklus II. Berikut ini persentase perolehan hasil belajar kognitif siswa pascatindakan siklus
II dalam pembelajaran IPS menggunakan metode role playing.
Tabel 12. Hasil Belajar Ranah Kognitif Post-test Siklus II
Jumlah Siswa
Ketuntasan Persentase
Keterangan Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas Belum
Tuntas
20 19
1 95
5 Nilai Tertinggi
90 Nilai Terendah
73 Rata-rata Nilai Siswa
83,70 Sumber: Lampiran 25
127 Berdasarkan data di atas, masih terdapat 1 siswa yang belum tuntas atau
belum mencapai KKM ≥76. Persentase ketuntasan pada siklus II ini sebesar
95. Rata-rata nilai siswa pada tes hasil belajar kognitif siklus II ini sebesar 83,70.
Untuk mengetahui tingkat hasil belajar ranah kognitif siswa kelas V pada siklus II maka digunakan klasifikasi kecakapan akademik, yang dapat disajikan
dalam tabel berupa frekuensi perolehan nilai dengan rentang nilai sebagai berikut.
Tabel 13. Klasifikasi Kecakapan Akademik Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus II
No Nilai
Kategori Frekuensi
Persentase 1
– 55 Kurang
2 56
– 70 Cukup Baik
3 71
– 85 Baik
11 55
4 86
– 100 Sangat Baik
9 45
Sumber: Lampiran 25 Berdasarkan data hasil belajar IPS ranah kognitif siswa kelas V SD Negeri
Bogo di atas, setelah dilakukan tindakan pada siklus II perolehan nilai hasil belajar tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 90 sedangkan nilai terendah yang
diperoleh siswa yaitu 73 dengan rata-rata kelas sebesar 83,70. Siswa yang memperoleh nilai antara 71
– 85 sebanyak 11 siswa dan siswa yang memperoleh nilai antara 86
– 100 sebanyak 9 siswa. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah memenuhi KKM atau siswa yang memperoleh
nilai lebih dari atau sama dengan 76 sebanyak 19 siswa 95. Berdasarkan data- data yang telah diperoleh tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS
kelas V SD Negeri Bogo menggunakan metode pembelajaran role playing telah berhasil.
128 2
11 19
18
9
1 2
4 6
8 10
12 14
16 18
20
Pratindakan Siklus I
Siklus II
Peningkatan Hasil Belajar IPS Ranah Kognitif dari Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
Tuntas Belum Tuntas
Gambar 6. Histogram Peningkatan Hasil Belajar IPS Ranah Kognitif dari Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
Berikut disajikan peningkatan hasil belajar ranah kognitif dari pratindakan, siklus I, dan siklus II yang dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
3 Reflect Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil observasi dan tes hasil belajar yang telah dilakukan pada siklus II, diketahui bahwa perilaku psikomotor siswa dalam pembelajaran IPS
meningkat jika dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Peningkatan perilaku psikomotor tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
a Langkah 1 Pemanasan
Hampir seluruh siswa telah mematuhi peraturan yang disepakati bersama dengan kesadaran sendiri dan tanpa paksaan. Pada saat guru menyampaikan cerita
pengantar, siswa lebih tertarik dan memperhatikan penjelasan dari guru.
129 b
Langkah 2 Memilih siswa yang akan berperan Sebagian besar peran yang dibawakan oleh siswa sesuai dengan karakter masing-
masing siswa. Tambahan waktu yang diberikan kepada siswa juga dapat digunakan dengan maksimal untuk berlatih bermain peran.
c Langkah 3 Menyiapkan penonton yang akan mengobservasi
Siswa yang bertugas sebagai penonton sudah memahami tugasnya dengan baik. Siswa sudah memahami cara menentukan nilai-nilai yang dapat diteladani, setelah
adanya contoh dari guru. d
Langkah 4 Mengatur panggung Panggung menjadi lebih luas dan siswa dapat lebih leluasa memanfaatkan
panggung untuk bermain peran. e
Langkah 5 Permainan Sebagian besar peran yang dibawakan oleh siswa sesuai dengan karakter masing-
masing siswa. Pemilihan narator juga tepat, karena dapat lebih menghidupkan suasana permainan peran. Siswa sudah dapat bersungguh-sungguh dan
menghayati peran yang dibawakannya. Kemacetan masih terjadi, namun sudah berkurang jika dibandingkan dengan permainan peran pada siklus I. Sebagian
besar siswa mau melaksanakan permainan dengan senang hati. Siswa mau menaati peratuan yang telah disepakati bersama dengan tanpa paksaan.
f Langkah 6 Diskusi dan evaluasi
Siswa yang cenderung diam mulai mau untuk menyampaikan pendapat dan mengajukan pertanyaan kepada guru. Suasana diskusi juga menjadi lebih hidup
karena adanya tanya jawab yang dilakukan antara guru dengan siswa. Siswa juga
130 lebih mendengarkan dan menghargai pendapat temannya. Sebagian besar siswa
sudah dapat mengerjakan LKS dengan benar dan sudah dapat menentukan nilai- nilai yang dapat diteladani dari tokoh. Siswa yang memiliki tingkat akademik
rendah sudah berani untuk menyampaikan evaluasi jalannya permainan peran dari kelompok pemain.
g Langkah 7 Permainan berikutnya
Hasil yang ditunjukkan pada langkah ini sama dengan hasil pada langkah permainan. Sebagian besar peran yang dibawakan oleh siswa sesuai dengan
karakter masing-masing siswa. Pemilihan narator juga tepat, karena dapat lebih menghidupkan suasana permainan peran. Siswa sudah dapat bersungguh-sungguh
dan menghayati peran yang dibawakannya. Kemacetan masih terjadi, namun sudah berkurang jika dibandingkan dengan permainan peran pada siklus I.
Sebagian besar siswa mau melaksanakan permainan dengan senang hati. Siswa mau menaati peratuan yang telah disepakati bersama dengan tanpa paksaan.
h Langkah 8 Diskusi lebih lanjut
Hasil yang ditunjukkan pada langkah ini sama dengan hasil pada langkah diskusi dan evaluasi. Siswa yang cenderung diam mulai mau untuk menyampaikan
pendapat dan mengajukan pertanyaan kepada guru. Suasana diskusi juga menjadi lebih hidup karena adanya tanya jawab yang dilakukan antara guru dengan siswa.
Siswa juga lebih mendengarkan dan menghargai pendapat temannya. Sebagian besar siswa sudah dapat mengerjakan LKS dengan benar dan sudah dapat
menentukan nilai-nilai yang dapat diteladani dari tokoh. Siswa yang memiliki
131 tingkat akademik rendah sudah berani untuk menyampaikan evaluasi jalannya
permainan peran dari kelompok pemain. i
Langkah 9 Generalisasi Kegiatan menyimpulkan dapat berjalan dengan baik. Siswa ikut berpartisipasi
dengan aktif untuk menyimpulkan pembelajaran. Pertanyaan-petanyaan yang guru berikan juga dapat dijawab dengan baik oleh siswa. Kegiatan ini sudah tidak
didominasi oleh siswa yang memiliki tingkat kemampuan akademik tinggi saja. Berdasarkan rincian peningkatan perilaku psikomotor siswa tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan metode role playing pada siklus II ini dapat membuat suasana kelas menjadi lebih hidup, hampir seluruh siswa
bersemangat dan menyukai pembelajaran IPS, lebih menghargai pendapat teman, lebih fokus, berani mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan guru dengan
baik, dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. Permasalahan yang muncul dalam siklus I juga dapat teratasi. Berikut peningkatan perilaku siswa
pada siklus I dan siklus II.
Tabel 14. Peningkatan Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siswa dalam Pembelajaran IPS Siklus I dan II
Kriteria Perilaku Siklus I
Siklus II Jumlah Siswa
Jumlah Siswa
Sangat Baik SB Baik B
4 20
15 75
Cukup C 14
70 5
25 Kurang K
2 10
Kurang Sekali KS Sumber: Lampiran 26
Berdasarkan tabel peningkatan hasil observasi perilaku siswa di atas terjadi peningkatan hasil pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I siswa yang
mencapai kriteria ≥ B sebanyak 4 siswa 20, sedangkan pada siklus II siswa
132 yang m
encapai kriteria ≥ B sebanyak 15 siswa 75. Persentase peningkatan perilaku siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 55 dari 20 menjadi 75.
Berdasarkan hasil tes siklus II, jumlah siswa yang mendapatkan nilai tuntas telah mencapai peningkatan setelah diterapkannya metode role playing
dalam pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Bogo. Jumlah siswa yang belum tuntas yaitu sebanyak 1 siswa 5 dan jumlah siswa yang tuntas yaitu sebanyak
19 siswa 95 dan telah melebihi kriteria yang ditentukan oleh pen eliti yaitu ≥
75 siswa tuntas. Berikut adalah peningkatan hasil belajar IPS pra tindakan, siklus I, siklus II.
Tabel 15. Perbandingan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Kelas V Ketuntasan
Pra Tindakan Siklus I
Siklus II T
BT T
BT T
BT 2
18 11
9 19
1 10
90 55
45 95
5
Rata-rata Kelas
Pra Tindakan Siklus I
Siklus II 68,55
77,50 83,70
Keterangan: T = Tuntas BT = Belum Tuntas Sumber: Lampiran 25
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada pratindakan siswa yang tuntas
sebanyak 2 siswa 10, pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 11 siswa 55, dan pada siklus II meningkat menjadi 19 siswa 95. Sedangkan siswa
yang belum tuntas pada pra tindakan sebanyak 18 siswa 90, pada siklus I berkurang menjadi 9 siswa 45, dan pada siklus II masih ada 1 siswa 5 yang
belum tuntas.
133
B. Pembahasan