Peningkatan pengetahuan kesehatan akan menentukan seseorang untuk berperilaku baik dalam memelihara kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya yang
mungkin dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan adalah promosi kesehatan berupa social suport, antara lain dengan penyebarluasan informasi
kesehatan kepada ibu-ibu di Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen. Adanya pengetahuan ibu tentang konsep penyakit hepatitis B dan imunisasi sebagai upaya
pencegahannya akan menumbuhkan perilaku positif dalam pelaksanaan program imunisasi HB0.
Informasi kesehatan yang disampaikan pada masyarakat khususnya ibu terkait dengan konsep penyakit hepatitis B meliputi: pengertian hepatitis, penyebab hepatitis,
dan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit hepatitis tersebut kepada masyarakat. Untuk peningkatan pengetahuan tentang imunisasi HB0, dapat
pula dilakukan penyebarluasan informasi kesehatan tentang imunisasi HB0 itu sendiri seperti: jadwal pemberian imunisasi, tempat pelayanan imunisasi didapat, dan reaksi
yang muncul setelah diimunisasi HB0 itu diberikan.
5.1.6 Hubungan Norma dengan Tindakan Ibu untuk Mengimunisasikan HB0 pada Bayi
Hubungan norma dengan tindakan ibu untuk mengimunisasikan HB0 pada bayi pada analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara norma dengan tindakan ibu untuk mengimunisasikan HB0 pada bayi. Hal ini disebabkan oleh karena di lapangan masyarakat yang memberikan imunisasi HB0
hari sangat tergantung pada kemampuan para penolong persalinan untuk meyakinkan
Universitas Sumatera Utara
para ibu untuk memberikan imunisasi HB0 dimulai semenjak ibu periksa hamil pertama sekali.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan seluruh responden yang membawa bayinya untuk diimunisasi mempunyai sikap ibu yang percaya dalam imunisasi
dikarenakan pemberian imunisasi sangat penting. Hal ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara norma dengan tindakan ibu mengimunisasikan HB0 pada bayi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Helmi 2008 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kepercayaan dengan perilaku ibu dalam
pemberian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari. Namun penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian survei yang dilakukan
Syamsuddin 2007, yang menyatakan dari hasil uji beda yang dilakukan memperlihatkan adanya perbedaan yang signifikan antara kepercayaan dengan
perilaku ibu dalam pemberian imunisasi. Perbedaan hasil seperti yang dikemukakan itu dapat terjadi sesuai dengan pandangan Krech dalam Sarwono 1997, yaitu
kepercayaan dapat tumbuh jika orang berulang-ulang mendapat informasi. Kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu juga hal yang penting, karena
penggunaan sarana kesehatan oleh anak berkaitan erat dengan perilaku dan kepercayaan ibu tentang kesehatan dan mempengaruhi status imunisasi. Masalah
pengertian dan keikutsertaan orang tua dalam program imunisasi tidak akan menjadi halangan yang besar jika pendidikan kesehatan yang memadai tentang hal itu
diberikan. Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Karenanya
Universitas Sumatera Utara
suatu pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut Muhammad,2002.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Green dalam Notoatmodjo 2010, perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh kepercayaan dari orang
atau masyarakat bersangkutan. Kepercayaan adalah komponen kognitif dari sosio- psikologis. Kepercayaan di sini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang gaib,
tetapi hanyalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kepercayaan sering dapat bersifat rasional dan irasional. Kepercayaan yang rasional apabila kepercayaan
orang terhadap sesuatu tersebut masuk diakal, misalnya orang percaya bahwa dokter pasti dapat menyembuhkan penyakitnya. Hal ini adalah rasional karena memang
dokter tersebut telah bertahun-tahun belajar ilmu kedokteran atau penyembuhan penyakit atau sebaliknya seseorang mempunyai kepercayaan irasional bila ia
mempercayakan air putih yang diberi mantera oleh seorang dukun bisa menyembuhkan penyakitnya Notoatmodjo, 2010.
Kepercayaantradisi erat kaitannya dengan norma, begitu pula kepercayaantradisi yang dianut oleh sebagian masyarakat yang sudah melekat sangat
sulit untuk diubah, misalnya ibu-ibu tidak mau memberikan imunisasi HB0 pada bayi 0-7 hari karena mereka tidak mau membawa bayinya keluar rumah sebelum berusia
40 hari. Hal ini sulit untuk diubah karena ibu-ibu merasa khawatir kalau membawa keluar rumah sebelum 40 hari bayinya akan terkena penyakit yang akan susah untuk
disembuhkan, selain itu ada di beberapa desa yang mempunyai kebudayaan pantang besi sehingga bayi yang baru lahir tidak boleh untuk di imunisasi.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Hubungan Faktor Pendukung