Tindakan Ibu Landasan Teori

3. Dukungan instrumental, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan sekitarnya memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, seperti alat-alat atau uang yang dapat meringankan penderitanya. Dukungan seperti ini umumnya berasal dari keluarga. 4. Dukungan Informatif, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang harus diketahuinya. Dukungan informatif ini dapat diperoleh dari dokter, perawat dan juga tenaga kesehatan lainnya.

2.3 Tindakan Ibu

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya dinilai baik. Inilah yang disebut praktek practice begitu juga dengan tindakan practice kesehatan seperti mengimunisasikan anaknya Notoatmodjo, 2003. Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan atau peran serta. Untuk mewujudkan suatu sikap menjadi suatu perbuatan nyata atau peran serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor Universitas Sumatera Utara dukungan dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orangtua atau mertua dan lain-lain Notoatmodjo, 2003. 1. Persepsi perception Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2. Respons terpimpin guided response Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator praktek tingkat dua. 3. Mekanisme mechanism Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengimunisasikan anaknya pada umur-umur tertentu tanpa menunggu ajakan atau perintah.

2.4 Konsep Imunisasi

2.4.1 Definisi Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal bayi pada Universitas Sumatera Utara usia 0-12 bulan untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan Ranuh, 2008. Imunisasi menurut IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan pada antigen serupa, tidak terjadi penyakit. Imunisasi dilakukan dengan memberikan vaksin yang merupakan kuman penyakit yang telah dibuat lemah kepada seseorang agar tubuh dapat membuat antibodi sendiri terhadap kuman penyakit yang sama WHO, 2002 dan IDAI, 2008. Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan imunitas pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak Supartini, 2004. Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap tubuh anak. Caranya dengan pemberian vaksin. Vaksin ini berasal dari bibit penyakit tertentu yang dapat menimbulkan penyakit, tetapi penyakit ini terlebih dahulu dilemahkandimatikan sehingga tidak berbahaya lagi terhadap kelangsungan hidup manusia Riyadi.s Sukarmin, 2009.

2.4.2 Jenis Imunisasi

Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan anak dari berbagai penyakit, diharapkan anak atau bayi tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. a. Imunisasi Aktif Universitas Sumatera Utara Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifikyang akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, seehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya. 1 Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa polisakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan. 2 Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan. 3 Preservatif, stabiliser, antibiotika yang berguna untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen. 4 Adjuvan yang terdiri dari garam alumanium yang berfungsi untuk meningkatkan imonugenitas antigen. b. Imunisasi Pasif Merupakan pemberian zat imunoglobulin yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat bersal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk ke dalam tubuh yang sudah terinfeksi Hidayat, 2005.

2.4.3 Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat 8 Universitas Sumatera Utara populasi atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia, seperti penyakit difteria Matondang, C.S, Siregar, S.P, 2008. Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seeorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau populasi atau bahkan menghilngkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia, seperti misalnya penyakit difteria. Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit- penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan pertusis, campak measles, polio, dan tuberculosis. Notoatmodjo, 2007.

2.4.4 Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh : 1. Untuk Anak Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian. Universitas Sumatera Utara

2. Untuk Keluarga

Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga sejahtera apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong penyiapan keluarga yang terencana, agar sehat dan berkualitas.

3. Untuk Negara

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara. Proverati 2010.

2.4.5 Hepatitis B

Hepatitis B didefinisikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B VHB dan ditandai dengan suatu peradangan yang terjadi pada organ tubuh seperti hati Liver. Penyakit ini banyak dikenal sebagai penyakit kuning, padahal penguningan kuku, mata, kulit hanya salah satu gejala dari penyakit Hepatitis itu Misnadiarly, 2007.

2.4.6 Cara Penularan

Ada dua macam cara penularan Hepatitis B, yaitu transmisi vertikal dan transmisi horisontal. a. Transmisi vertikal Penularan terjadi pada masa persalinan Perinatal. VHB ditularkan dari ibu kepada bayinya yang disebut juga penularan Maternal Neonatal. Penularan cara ini terjadi akibat ibu yang sedang hamil terserang penyakit Hepatitis B akut atau ibu memang pengidap kronis Hepatitis B Dalimartha, 2004. Universitas Sumatera Utara b. Transmisi horisontal Adalah penularan atau penyebaran VHB dalam masyarakat. Penularan terjadi akibat kontak erat dengan pengidap Hepatitis B atau penderita Hepatitis B akut. Misalnya pada orang yang tinggal serumah atau melakukan hubungan seksual dengan penderita Hepatitis B Dalimartha, 2004. Semua orang yang HbsAgnya positif potensial infeksius. Penularan terjadi melalui kontak perkutaneus atau parenteral dan melalui hubungan seksual. Penularan antar anak sering terjadi di negara endemis virus hepatitis B. Virus Hepatitis B dapat melekat dan bertahan dipermukaan suatu benda selama kurang lebih 1 minggu tanpa kehilangan daya tular. Daya tular pasien Virus Hepatitis B kronis sangat bervariasi, sangat infeksius bila HbsAg positif IDAI, 2005. Cara penularan paling utama di dunia ialah dari ibu kepada bayinya saat proses melahirkan. Kalau bayinya tidak divaksinasi saat lahir bayi akan menjadi carrier seumur hidup bahkan nantinya bisa menderita gagal hati dan kanker hati. Selain itu penularan juga dapat terjadi lewat darah ketika terjadi kontak dengan darah yang terinfeksi virus Hepatitis B Misnadiarly, 2007.

2.4.7 Pencegahan Hepatitis B

Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui program imunisasi. Imunisasi adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh yang Universitas Sumatera Utara diharapkan dapat menghasilkan zat antibodi yang pada saatnya nanti digunakan untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh Hadinegoro, 2008. 1. Imunisasi Wajib Imunisasi yang diwajibkan meliputi BCG Bacille Calmette Guerin. Polio, Hepatitis B, DTP Difteria, Tetanus, Pertusis dan Campak. 2. Imunisasi yang Dianjurkan Imunisasi yang dianjurkan diberikan kepada bayianak mengingat beban penyakit Burden of disease namun belum masuk ke dalam program imunisasi nasional sesuai prioritas. Imunisasi dianjurkan adalah HIb Haemophillus Influenza tipe b, Pneumokokus, Influenza, MMR Measles, Mumps, Rubella, Tifoid, Hepatitis A, Varisela, Rotavirus, dan HPV Human Papilloma Virus Hadinegoro, 2008. 2.4.8 Imunisasi Hepatitis B Imunisasi Hepatitis B pasif dilakukan dengan memberikan Hepatitis B Imunoglobulin HBIg yang akan memberikan perlindungan sampai 6 bulan. HBIg tidak selalu tersedia di kebanyakan negara berkembang, disamping itu harganya yang relatif mahal. Imunisasi aktif dilakukan dengan vaksinasi Hepatitis B. Dalam beberapa keadaan, misalnya bayi yang lahir dari ibu penderita Hepatitis B perlu beberapa keadaan, misalnya bayi yang lahir dari ibu penderita Hepatitis B perlu diberikan HBIg mendahului atau bersama-sama dengan vaksinasi Hepatitis B. HBIg yang merupakan antibodi terhadap VHB diberikan secara intra muskular dengan dosis 0,5 ml, selambat-lambatnya 24 jam setelah persalinan Dalimartha, 2004 . Universitas Sumatera Utara Vaksinasi Hepatitis B harus diberikan 3 kali, dengan jarak vaksinasi kedua dan ketiga 5 bulan atau lebih. Efektifitas vaksinasi Hepatitis B sudah terbukti sebesar hampir 100 dan berlangsung seumur hidup. Booster atau vaksinasi ulang sebenarnya tidak diperlukan asalkan penerima vaksin adalah responden, artinya sudah terbentuk antibodi pada saat selesai vaksinasi. Untuk mengetahuinya maka disarankan untuk memeriksa kadar anti HbS, satu minggu setelah vaksinasi terakhir atau vaksinasi ke 3 Unggul, 2009. Vaksin Hepatitis B hepB diberikan selambat-lambatnya 7 hari setelah persalinan. Untuk mendapatkan efektifitas yang lebih tinggi, sebaiknya HBIg dan vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah persalinan Dalimartha, 2004.

2.4.9 Program Imunisasi Hepatitis B

Pedoman nasional di Indonesia merekomendasikan agar seluruh bayi diberikan imunisasi Hepatitis B dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada bulan berikutnya. Program Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari dimulai sejak Tahun 2005 dengan memberikan vaksin heptB-O monovalen dalam kemasan uniject saat lahir, pada Tahun 2006 dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwPheptB pada umur 2-3-4 bulan Hadinegoro, 2008. Tujuan vaksin HepB diberikan dalam kombinasi dengan DTwP Difteria, Tetanus, Pertusis Whole cell untuk mempermudah pemberian dan meningkatkan cakupan hepB-3 yang masih rendah Hadinegoro, 2008. Pada umumnya bayi mendapatkan imunisasi Hepatitis B melalui puskesmas, rumah sakit, praktik dokter dan klinik Dalimartha, 2004. Universitas Sumatera Utara

2.4.10 Jadwal Imunisasi HB0

Pada dasarnya jadwal imunisasi Hepatitis B sangat fleksibel sehingga tersedia berbagai pilihan untuk menyatukannya ke dalam program imunisasi terpadu. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu diingat : 1. Minimal diberikan sebanyak 3 kali 2. Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir 3. Jadwal imunisasi dianjurkan adalah 0, 1, 6 bulan karena respons antibodi paling optimal Hadinegoro, 2008. Jadwal imunisasi Hepatitis B yaitu : 1. Imunisasi hepB-1 diberikan sedini mungkin dalam waktu 12 jam setelah lahir 2. Imunisasi hepB-2 diberikan setelah 1 bulan 4 minggu dari imunisasi hepB-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapat respons imun optimal, interval imunisasi hepB-2 dengan hepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepB-3 diberikan pada umur 3-6 bulan Hadinegoro, 2008. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Jadwal Imunisasi Hepatitis B Umur Bayi Imunisasi Kemasan Saat Lahir HepB-0 Uniject hepB-monovalen 2 Bulan DTwP dan hepB-1 Kombinasi DTwP hepB-1 3 Bulan DTwP dan hepB-2 Kombinasi DTwP hepB-1 4 Bulan DTwP dan hepB-3 Kombinasi DTwP hepB-1 Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008 Pemberian imunisasi Hepatitis B Berdasarkan status HbsAg ibu pada saat melahirkan adalah : Universitas Sumatera Utara 1. Bayi yang lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg nya mendapatkan 5 mcg 0,5 ml vaksin rekombinan atau 10 mcg 0,5 ml vaksin asal plasma dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur 6 bulan. Kalau kemudian diketahui ibu mengidap HbsAg positif maka segera berikan 0,5 ml HBIg sebelum anak berusia satu minggu 2. Bayi yang lahir dari ibu HbsAg positif mendapatkan 0,5 ml HBIg dalam waktu 12 jam setelah lahir dan 5 mcg 0,5 ml vaksin rekombinan. Bila digunakan vaksin berasal dari plasma, diberikan 10 mcg 0,5 ml intramuskular dan disuntikkan pada sisi yang berlainan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur 6 bulan 3. Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg negatif diberi dosis minimal 2,5 mcg 0,25 ml vaksin rekombinan, sedangkan kalau digunakan vaksin berasal dari plasma, diberikan dosis 10 mcg 0,5 ml intramuskular pada saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-4 bulan, sedangkan dosis ketiga pada umur 6- 18 bulan 4. Ulangan imunisasi Hepatitis B diberikan pada umur 10-12 Tahun Wahab, 2002. Universitas Sumatera Utara

2.5 Landasan Teori

Menurut Notoadmodjo 2003, semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada Blum, yang menyatakan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi status kesehatan individumasyarakat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Dari hasil penelitiannya di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang sudah maju, Bloom menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan, kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua, pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai andil yang paling kecil terhadap status kesehatan. Sejalan dengan itu ada beberapa teori yang mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor–faktor yang memengaruhi perilaku yang berhubungan dengan sehat, antara lain teori Lawrence Green 2005, teori Snenandu B.Kar 1983 dan teori WHO 1984. Menurut Green dalam Notoadmojo 2007, kesehatan seseorang itu dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku behavior causes dan faktor di luar perilaku non behavior causes. Selanjutnya perilaku ini di tentukan oleh 3 faktor utama yaitu ; faktor predisposisi predisposing factors, faktor pemungkin enabling factors dan faktor penguat reinforcing factors. Faktor predisposisi predisposing factors, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai– nilai, norma sosial dan sebagainya. Faktor pemungkin enabling factors, yang terwujud dalam lingkungan fisik, akses serta tersedia atau tidaknya fasilitas–fasilitas Universitas Sumatera Utara atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat– obatan, alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. Faktor penguat reinforcing factors, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau masyarakat, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Sebagai contoh model Green ini dapat digunakan untuk menganalisa program imunisasi khususnya di Provinsi Aceh. Seseorang yang tidak mau mengimunisasi anaknya di Puskesmas dapat disebabkan oleh karena orang tersebut tidak mau atau belum tahu manfaat imunisasi bagi anaknyapengetahuan, sikap dan norma Predisposing factors, atau barangkali karena rumahnya jauh dari Posyandu atau Puskesmas tempat mengimunisasi anaknyaakses ke pelayanan kesehatan enabling factors, sebab lain mungkin karena para petugas kesehatan atau masyarakat disekitarnya tidak pernah mengimunisasi anaknya reinforcing factors. Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh niat orang terhadap objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat sekitarnya, ada tidaknya informasi kesehatan, kebebasan dari individu untuk mengambil keputusanbertindak dan situasi yang memungkinkan ia berperilakubertindak atau tidak berperilakutidak bertindak Notoatmodjo, 2007. Adapun skema Teori Green 2005, dipaparkan dan dirangkum dalam suatu landasan teori berikut ini: Universitas Sumatera Utara Sumber : Green, Health Promotion Planning, 1980. Faktor Predisposisi Faktor Pemungkin Faktor Penguat • Sikap • Pengetahuan • Kepercayaan • Nilai • Tradisi • Sosio Demografi • Kemampuan sumberdaya • Ketersediaan sarana • Keterjangkauan jarak,biaya • Kebijakan • Dukungan dari keluarga, tetangga,tokoh masyarakat, provider kesehatan, guru, teman sebaya, pembuat keputusan • Insentif reward PERILAKU KESEHATAN Gambar 2.1. Kerangka Teori Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JELBUK KABUPATEN JEMBER

1 16 67

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 1 18

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 0 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN FREKUENSI IBU DALAM MEMIJATKAN BAYI DI PUSKESMAS 1 Faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi ibu dalam memijatkan bayi di Puskesmas 1 Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 1 16

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2014

0 0 17

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2014

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2014

0 0 8

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2014

0 0 35

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2014

0 1 3

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2014

0 0 22