pertolongan persalinan akan berpindah dari dukun beranak ke bidan. Dengan demikian, amgka kematian ibu dan bayi diharapkan dapat diturunkan dengan
mengurangi risiko yang mungkin terjadi bila persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dengan menggunakan pola
kemitraan bidan dengan dukun bayi.
Di dalam kemitraan ini, bidan dan dukun beranak mempunyai peran dan tanggung jawab masing-masing. Maka dari itu, perlu diberi pengertian bahwa peran
dukun bayi tidak kalah penting dibandingkan perannya dahulu. Proses perubahan peran dukun menuju peran barunya yang berbeda, memerlukan suatu adaptasi dan
hubungan interpersonal yang baik antara bidan dan dukun. Di dalam konsep sosialisasi kemitraan antara bidan dan dukun beranak
ini, dukun beranak perlu diberikan wawasan dan pengetahuan dalam bidang kesehatan
ibu dan bayi baru lahir, terutama tentang tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, nifas hingga pemberian imunisasi HB0, serta persiapan yang harus dilakukan oleh
keluarga dalam menyongsong kelahiran bayi.
5.2.2 Hubungan Tempat Persalinan
dengan Tindakan Ibu untuk
Mengimunisasikan HB0 pada Bayi
Hubungan tempat persalinan dengan tindakan ibu untuk mengimunisasikan HB0 pada bayi pada analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara tempat persalinan dengan tindakan ibu untuk mengimunisasikan HB0 pada bayi. Hal ini sesuai dengan penelitian Pielak Hilton 2003, namun
berbeda dengan hasil penelitian Laila Kusumawati 2006 yang menyatakan ada
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara tempat persalinan dengan pemberian imunisasi HB 0-7 hari. Biasanya ditempat persalinan selalu dijumpai petugas kesehatan yang akan membantu
para ibu untuk memeriksa kehamilan dan melahirkan. Pelayanan petugas kesehatan dinilai oleh ibu sejak kontak pertama sewaktu pemeriksaan antenatal care. Pemberian
informasi sejak awal secara terus menerus dan konsisten tentang perlunya pencegahan penyakit hepatitis B yaitu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7
hari akan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu. Pada saat persalinan merupakan waktu yang tepat untuk menganjurkan
pemberian imunisasi HB 0-7 hari dalam masa post partum. Keadaan psikologis ibu sangat tergantung pada sumber-sumber di sekitarnya antara lain keluarga dan petugas
kesehatan, sehingga tempat persalinan di mana para petugas kesehatan berada menjadi penting dalam pemberian imunisasi HB 0-7 hari.
Dalam penelitian ini meskipun 52,6 ibu melahirkan ditempat persalinan namun tidak berhubungan dengan pelaksanaan pemberian imunisasi HB0. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh kurang pahamnya para petugas kesehatan untuk memberikan vaksin HB0 atau adanya penolakan para ibu dan keluarga bila bayinya
untuk disuntik. Sebagian persalinan ibu 47,4 terjadi di rumah dengan alasan kepercayaan,
mitos, budaya, dan ekonomi. Oleh karena itu, persalinan banyak ditolong oleh dukun beranak yang menyebabkan terjadinya beberapa komplikasi, seperti perdarahan,
infeksi, serta sering terlambatnya pemberian imunsasi HB0 pada bayi nya.
Universitas Sumatera Utara
Keberadaan dukun beranak di tengah masyarakat pada saat itu, terutama masyarakat Munjungan, masih sangat dipercaya sebagai pemberi kekuatan spiritual
bagi ibu yang hamil, melahirkan, maupun nifas serta anak yang baru lahir. Meskipun sebagian besar dari dukun beranak tersebut tidak memiliki kemampuan medis untuk
manangani kasus-kasus yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi. Dukun beranak di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di
anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun beranak dianggap
murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi..
Agar dukun beranak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Diharapkan mereka terlibat secara aktif di posyandu setempat. Jenis dan derajat keterlibatan
dukun bayi di posyandu diserahkan kepada dukun bayi sendiri dan pengaturan dukun beranak di masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk didalamnya
penurunan kematian bayi dan anak, akan lebih berhasil bila mengikutsertakan masyarakat. dukun bayi adalah salah satu warga masyarakat yang sangat potensial
dalam upaya tersebut. Menurut Green 2005, ketersedian sarana dan prasarana serta keterjangkauan
sumberdaya kesehatan merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap perilaku kesehatan.
Sarana dan prasarana merupakan salah satu penunjang kegiatan kesehatan, hal ini dikuatkan oleh pendapat Handoko 1995, yang menyatakan ketersediaan sarana
Universitas Sumatera Utara
dan prasarana berpengaruh terhadap kinerja individu. Atas teori di atas, jika dikaitkan dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun sarana dan prasarana sudah
memadai, namun masih banyaknya ibu yang memiliki bayi usia ≥ 7 hari-6 bulan
belum memberikan imunisasi HB0. Hal ini dikarenakan ibu yang memiliki bayi usia usia
≥ 7 hari-6 bulan tidak tega melihat bayinya masih kecil disuntik pada bagian pahanya yang menyebabkan demam.
Persalinan di sarana kesehatan praktek swasta, RS ataupun puskesmas memiliki peralatan dan fasilitas yang lebih lengkap. Selain itu pemberian imunisasi
kepada bayi pasca kelahiran juga lebih besar untuk diberikan. Berbeda dengan persalinan di sarana non kesehatan misalnya di rumah, ada kelebihan dan
kekurangannya. Kelebihannya, suasana di rumah membuat tingkat stress ibu lebih sedikit karena berada dekat dengan keluarganya dan juga suasana lebih akrab. Tetapi
kekurangannya karena penolong persalinan bidan dukun beranak atau tenaga lainnya umumnya hanya satu. Selain itu untuk tindakan ibu untuk mengimunisasikan
HB0 tidak bisa maksimal karena minimnya kesediaan vaksin maupun peralatan persalinan. Menurut peneliti sarana kesehatan merupakan tempat yang paling
potensial untuk mendapatkan imunisasi HB0.
5.3 Hubungan Faktor Pendorong