e. Arus air
Arus air mempengaruhi perkembangan nyamuk Anopheles karena arus air yangt deras dapat merusak tempat perindukan nyamuk. Larva An.maculatus
mempunyai habitat khusus yaitu di parit atau sungai kecil berbatu dengan air mengalir perlahan atau tanpa aliran pada daerah pegunungan Pranoto dan Munif,
1992.
f. Kedalaman Air
Jentik Anopheles mampu berenang pada permukaan air paling dalam 1 meter, maka tempat-tempat dengan kedalaman lebih 1 meter tidak ditemukan jentik
Anopheles spp. Marsaulina, 2002.
2.1.5.2.Lingkungan Kimia
a. Salinitas
Menurut Takken dalam Marsaulina 2002, berbagai spesies nyamuk Anopheles spp. Dapat digolongkan menurut kandungan garam dari air di habitatnya
ada tiga, yaitu spesies air asin, air payau, ataupun air tawar. Salinitas optimum untuk perkembangan Anopheles sundaicus di Indonesia adalah 12-18
00
Berdasarkan penelitian Ompusunggu 1992 di Kabupaten Sikka, Flores menemukan larva Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus hidup pada kadar
garam yang sangat bervariasi antara 2,2-30 . Salinitas
optimum ini tidak selalu sama di berbagai tempat untuk perkembangan Anopheles sundaicus.
00.
Larva An. barbirostris lebih sering
Universitas Sumatera Utara
ditemukan di sungai yang mengalir dan lagun dengan kadar garam berkisar antara 0,2-10,4
00
. Larva An. vagus ditemukan mampu hidup pada lagun dengan kadar garam 0,4-5,0
00
Ompusunggu, 1992. Anopheles sundaicus yang dikenal sebagai vektor malaria disana banyak ditemukan di sawah, kolam-kolam yang tidak
terpelihara dan genangan air di sekitar rumah yang banyak ditumbuhi lumut. Salinitas air sekitar 15-28
00
Bone-Webster dan Swellengrebel dalam Ompusunggu 1992 menyatakan bahwa larva jenis nyamuk An. sundaicus bisa hidup mulai dari air tawar hingga air
payau yang berkadar garam 8,6 Blondini dkk, 2003.
00
b. pH
atau lebih.
pH air mempengaruhi tempat perindukan nyamuk Anopheles spp. Menurut
Marsaulina 2002 derajat keasaman pH air digunakan dalam pengaturan respirasi dan sistem enzim dalam tubuh larva nyamuk. pH air sangat bervariasi dengan
bertambahnya kedalaman, pH cenderung menurun Marsaulina, 2002. Menurut Depkes RI 1990 disebutkan bahwa An. sundaicus mempunyai
tempat perindukan utama di pantai dan air payau berkadar garam antara 12-18
00
c. BOD Biochemical Oxygen Demand
.
BOD Biochemical Oxygen Demand menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-
bahan buangan di dalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan
Universitas Sumatera Utara
yang membutuhkan oksigen tinggi untuk reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel, dan oksidasi sel Fardiaz, 2004.
d. DO Dissolved Oxygen