BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja Depkes RI, 2008. Malaria adalah penyakit yang
disebabkan oleh parasit plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles spp. Penduduk yang berisiko malaria sekitar 2,3 miliar atau 41 dari jumlah penduduk
dunia. Setiap tahun jumlah kasus malaria berjumlah 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5 sd 2,7 juta kematian, terutama di Afrika Subsahara Harijanto, 2000
Sutherland dan Wayne 2000 mengatakan bahwa larva nyamuk Aedes dapat ditemukan pada genangan air bersih dan tidak mengalir, sedangkan larva Culex dan
Anopheles spp. dapat ditemukan di segala jenis air, termasuk perairan sawah dan kolam yang dangkal. Larva nyamuk Anopheles spp. dapat ditemukan di perairan
sawah yang ditumbuhi padi berumur satu bulan maupun perairan sawah yang ditumbuhi tanaman air Munif, 1990.
Batas dari penyebaran malaria adalah 61 LU Rusia dan 32
LS Argentina. Ketinggian yang dimungkinkan adalah 100 meter di bawah permukaan laut Laut
Mati dan Kenya dasn 2000 meter di atas permukaan laut Bolivia. P. vivax
Universitas Sumatera Utara
mempunyai distribusi geographis yang paling luas, mulai dari daerah yang beriklim dingin, sub tropik sampai ke daerah tropik Depkes RI, 1990.
Keberadaan spesies nyamuk di suatu daerah sangat tergantung pada jenis atau tipe perairan yang ada dan letak geografis daerah tersebut. Nyamuk yang ada di
daerah pantai kemungkinannya berbeda dengan di daerah pedalaman, demikian pula nyamuk yang ada di sekitar daerah persawahan kemungkinannya berbeda dengan di
daerah non persawahan Jastal, 2001. Perilaku nyamuk Anopheles sebagai host defenitive, sangat menentukan
proses penularan malaria, seperti tempat hinggapistirahat yang eksofilik senang hinggap di luar rumah dan endofilik suka hinggap di dalam rumah, tempat
menggigit yakni eksofagik menggigit diluar rumah dan endofagik lebih suka menggigit didalam rumah, obyek yang digigit yakni antrofilik manusia dan zoofilik
hewan. Sedangkan faktor lingkungan yang cukup memberi pengaruh antara lain lingkungan fisik seperti suhu udara, kelembaban, hujan, angin, sinar matahari, arus
air, lingkungan kimiawi, lingkungan biologi flora dan fauna dan lingkungan sosial budaya. Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain dapat
mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena ia dapat menghalangi sinar matahari Irsanya, 2005.
Penularan malaria berpengaruh juga dengan cara hidup, misalnya tidur dengan kelambu relatif lebih aman dari infeksi parasit. Sosial ekonomi masyarakat yang
biasanya memiliki imunitas alami sehingga lebih tahan. Sedangkan orang dengan
Universitas Sumatera Utara
status gizi rendah juga bisa lebih rentan terkena infeksi parasit di bandingkan orang berstatus gizi baik Irsanya, 2005.
Penyakit malaria pada saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara-negara tropis yang biasanya negara yang sedang berkembang
termasuk Indonesia. Nyamuk merupakan vektor yang bertanggung jawab atas berbagai penyakit yang disebabkan oleh parasit dan virus, terutama di daerah tropis
dan subtropis. Di Indonesia malaria masih merupakan masalah kesehatan yang serius.
Kejadian luar biasa KLB malaria telah menyerang di 15 propinsi yang meliputi 84 desa endemis dengan jumlah penderita 27.000 dan 368 kematian Depkes RI, 2003.
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2001, terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Diperkirakan 35 penduduk
Indonesia tinggal di daerah yang berisiko tertular malaria. Dari 484 KabupatenKota yang ada di Indonesia, 338 KabupatenKota merupakan wilayah endemis malaria
Depkes RI, 2008. Dari beberapa laporan yang ada, menunjukkan bahwa malaria telah menjadi
salah satu masalah kesehatan masyarakat sejak lama di beberapa daerah Sumatera Utara. Diantaranya dilaporkan dari daerah wilayah Kabupaten Dairi yang terletak
diantara Bukit Barisan pada ketinggian 700 m sampai 1200 m di atas permukaan laut yang berbatasan dengan Danau Toba Tuti dkk, 2003.
Pada tahun 1981 masalah malaria juga dilaporkan dari daerah asahan yang merupakan daerah pantai dengan Parasite Rate 8,2 . Survei di pantai barat daerah
Universitas Sumatera Utara
Sibolga dan Spleen Rate SR sebesar 5,1 yang menunjukkan bahwa daerah tersebut hipoendemik. Survei di pantai barat daerah Sibolga pada tahun yang sama
melaporkan PR sebesar 23 dan SR sebesar 31,7 Sudomo dan Idris, 1994. Pada tahun 1992, di desa sihepeng kecamatan siabu, kabupaten Tapanuli
Selatan merupakan salah satu daerah endemis malaria. Kejadian luar biasa KLB terjadi pada bulan Mei pada tahun yang sama menimbulkan korban jiwa yaitu 38
orang meninggal dalam waktu seminggu dengan jumlah penduduk desa sebanyak 3000 jiwa. Sudomo dkk 1993 melaporkan bahwa prevalensi malaria di Desa
Sihepeng adalah sebesar 7,2 Sudomo dan Idris, 1994. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Samosir malaria masih menjadi
salah satu penyakit menular yang terdapat di daerah Kabupaten Samosir. Pada tahun 2007 ditemukan 97 kasus malaria per 1000 penduduk Dinkes Kab. Samosir, 2008.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Tuti dkk 2003 di Pulau Samosir ditemukan kasus malaria di daerah tersebut yang tersebar di beberapa desa.
Mengingat letaknya yang terisolir di tengah Danau Toba dengan ketinggian sekitar 1000 meter di atas permukaan air laut Pulau Samosir selama ini dianggap bebas
malaria dan belum pernah dilaporkan adanya penderita penyakit tersebut Tuti dkk, 2003.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Marsaulina 2002 di Desa Sihepeng Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal menunjukkan bahwa tumbuhan air
vegetasi air yang bersifat fitoplankton yang terdapat di persawahan mempengaruhi perkembangbiakan larva nyamuk sampai dewasa Marsaulina, 2002. Enceng gondok
Universitas Sumatera Utara
merupakan tumbuhan yang dapat hidup mengapung bebas di atas permukaan air dan berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Orang lebih banyak mengenal
tumbuhan ini tumbuhan pengganggu gulma di perairan karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Awalnya didatangkan ke Indonesia pada tahun 1894 dari Brazil
untuk koleksi kebun raya Bogor. Ternyata dengan cepat menyebar ke beberapa perairan di Pulau Jawa Muhtar, 2008.
Pulau Samosir merupakan pulau yang dikelilingi Danau Toba dimana Danau Toba pada saat ini banyak ditumbuhi tumbuhan enceng gondok yang berpotensi
sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles karena dengan adanya tumbuhan enceng gondok tersebut dapat mengalangi masuknya sinar matahari ke
dalam air sehingga baik untuk perkembangbiakan larva Anonimous, 2005.
1.2. Permasalahan