panas. Pada musim hujan dapat bersarang pada semua macam genangan air, tetapi genangan yang dapat dijadikan sarang tidak banyak, dengan sendirinya jumlah
nyamuk pada musim kemarau juga sedikit. Nyamuk dewasa aktif pada malam hari, tetapi mau menggigit pada siang hari
bila udara tidak cerah. Di beberapa daerah mereka menggigit manusia, tanpa menghiraukan sama sekali adanya binatang ternak di daerah itu. Di tempat yang satu
banyak terdapat di dalam rumah, sedangkan di tempat yang lain hinggap di luar rumah.
Natural Infection Rate pernah terdapat di 12,7 dari Irian. Sangat susceptible terhadap infeksi dan tergolong spesies yang domestik, disamping itu juga
antropophilik, sehingga merupakan vektor yang sangat efisien. Nyamuk mempunyai banyak noda-noda pada sayap, shaltor putih pada
pangkalnya dan hitam pada ujungnya. Probiscia seluruhnya hitam sedangkan A.koliensis ada noda-noda putih. Jentiknya susah dibedakan dengan jentik A.
koliensis.
6. Anopheles kochi Donitz
Tersebar di seluruh Indonesia kecuali Irian. Jentiknya terdapat dalam macam- macam genangan air, baik yang jernih maupun yang keruh, tetapi tidak pernah dalam
air payau. Lebih suka tempat yang terbuka, misalnya genangan air dalam lumpur bekas tapak kaki kerbau, kubangan, sawah yang akan ditanami. Juga terdapat di
dalam parit, mata air, saluran dalam perkebunan tebu, kolam. Mudah sekali
Universitas Sumatera Utara
menyesuaikan diri dari keadaan. Mengingat sifatnya bersarang dalam musim hujan mencapai jumlah yang terbanyak.
Nyamuk dewasa terdapat di dalam rumah maupun kandang. Termasuk nyamuk yang domestik dan lebih menyukai darah binatang daripada manusia.
Sebagai vektor malaria tidak begitu penting artinya kecuali bila terdapat dalam jumlah yang besar. Natural Infection Rate-nya 0,4 - 11,5, biasanya rendah, tetapi di
tempat-tempat tertentu dan pada waktu ada epidemi ratenya tinggi. Tanda pengenal nyamuk dewasa adalah 6 pasang kumpulan bersisik pada
abdomen bagian ventral. jentiknya mempunyai innerclype, as yang panjang dengan cabang-cabang yang sangat halus, inner shoulder hair bercabang 2-9, natural hair
simple.
7. Anopheles koliensis Owen
Hanya terdapat di Irian, di tempat-tempat yang tingginya lebih dari 500 m di atas permukaan air. Genangan air temporair di padang rumput di tepi hutan dan kena
sinar matahari lebih disukai oleh jentik-jentiknya daripada yang terlindung. Selama musim kering jarang dijumpai, demikian pula nyamuk dewasanya.
Sangat antropophilik dan suka hinggap di dalam rumah sesudah menggigit sampai malam berikutnya. Mulai aktif jam 09.00 malam sampai pagi hari, puncak
kegiatannya setelah tengah malam.
8. Anopheles letifer Gater
Terdapat di Sumatera dan Kalimantan, di dataran rendah dekat pantai. Sarang jentiknya adalah genangan air yang coklat tua dengan pH 5-8. Tidak di dalam hutan
Universitas Sumatera Utara
tetapi di daerah hutan yang sudah dibuka, dalam air yang terlindung oleh semak belukar.
Nyamuk dewasa masuk rumah dari senja sampai pagi hari. Tempat hinggapnya di luar rumah, sangat antropophilik, hidupnya lebih dekat dengan
kediaman manusia daripada A. umbrosus. Nyamuk besar, palpi kurang begitu lebat, tidak ada propleural setae, kaki
depan tidak ada hubungan putih, sedangkan hubungan putih kaki belakang sempit. Jentiknya berbeda dengan spesies Umbrosus Group lainnya pada rambut-rambutnya
yang bercabang, jumlah cabang lebih sedikit inner clypeals 4-7 cabangnya; posterior Clypeals pendek, tidak mencapai pangkal Inner Clypeals, bercabang 3-4; lateral hair
ruas abdomen ke-3 dengan 3-4 cabang.
2.1.5. Faktor Lingkungan Yang Memengaruhi Perkembangbiakan Nyamuk Anopheles spp.
2.1.5.1. Lingkungan Fisik a. Suhu
Suhu udara mempengaruhi panjang pendeknya siklus perkembangbiakan nyamuk. Menurut Thomson dalam Marsaulina 2002, waktu tetas telur Anopheles
sangat dipengaruhi oleh suhu air pada tempat perindukannya, makin tinggu suhu air maka waktu tetas akan semakin singkat.
b. Kelembaban
Kelembaban dapat mempengaruhi perkembangan nyamuk Anopheles karena kelambaban yang rendah dapat memperpendek umur nyamuk. Di Punjab, India
Universitas Sumatera Utara
kelembaban paling rendah 63 untuk memungkinkan terjadinya penularan. Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit,
istirahat nyamuk. Rata-rata kelembaban minimal adalah 60, relatif kelembaban tertinggi bagi hidup nyamuk memungkinkan lebih lama dalam mentransmisi infeksi
pada beberapa orang Marsaulina, 2002.
c. Hujan
Hujan mempengaruhi terjadinya breeding places. Curah hujan yang berlebihan dapat mengubah aliran kecil air menjadi aliran deras hingga banyak larva
dan pupa serta telur terbawa oleh arus air. Menurut Depkes RI dalam Marsaulina 2002 nyamuk Anopheles berkembangbiak dalam jumlah besar.
d. Sinar Matahari
Menurut penelitian Ompusunggu dkk 1992 larva An.sundaicus dan An. subpictus hampir selalu ditemukan bersama-sama di lagun yang berjarak 0-10 meter
dari pantai. Kondisi lagun pada saat penemuan kedua spesies ini adalah sebagai berikut: lebih sering ditemukan di air bersih daripada air kotor, hampir selalu ada
algae, lebih sering dengan bahan-bahan terapung, hampir selalu ada sinar matahari langsung Ompusunggu dkk, 1992.
Menurut Depkes dalam Marsaulina 2002 pengaruh sinar matahari terhadap larva nyamuk berbeda-beda. An. sundaicus lebih suka tempat yang sedikit cahaya
matahari sebaliknya An. hyrcanus lebih menyukai tempat terbuka, An. barbirostris dapat hidup baik di tempat teduh maupun terang. Cahaya matahari langsung akan
membuat keadaan yang tidak meyenangkan bagi aktivitas nyamuk.
Universitas Sumatera Utara
e. Arus air
Arus air mempengaruhi perkembangan nyamuk Anopheles karena arus air yangt deras dapat merusak tempat perindukan nyamuk. Larva An.maculatus
mempunyai habitat khusus yaitu di parit atau sungai kecil berbatu dengan air mengalir perlahan atau tanpa aliran pada daerah pegunungan Pranoto dan Munif,
1992.
f. Kedalaman Air
Jentik Anopheles mampu berenang pada permukaan air paling dalam 1 meter, maka tempat-tempat dengan kedalaman lebih 1 meter tidak ditemukan jentik
Anopheles spp. Marsaulina, 2002.
2.1.5.2.Lingkungan Kimia
a. Salinitas
Menurut Takken dalam Marsaulina 2002, berbagai spesies nyamuk Anopheles spp. Dapat digolongkan menurut kandungan garam dari air di habitatnya
ada tiga, yaitu spesies air asin, air payau, ataupun air tawar. Salinitas optimum untuk perkembangan Anopheles sundaicus di Indonesia adalah 12-18
00
Berdasarkan penelitian Ompusunggu 1992 di Kabupaten Sikka, Flores menemukan larva Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus hidup pada kadar
garam yang sangat bervariasi antara 2,2-30 . Salinitas
optimum ini tidak selalu sama di berbagai tempat untuk perkembangan Anopheles sundaicus.
00.
Larva An. barbirostris lebih sering
Universitas Sumatera Utara
ditemukan di sungai yang mengalir dan lagun dengan kadar garam berkisar antara 0,2-10,4
00
. Larva An. vagus ditemukan mampu hidup pada lagun dengan kadar garam 0,4-5,0
00
Ompusunggu, 1992. Anopheles sundaicus yang dikenal sebagai vektor malaria disana banyak ditemukan di sawah, kolam-kolam yang tidak
terpelihara dan genangan air di sekitar rumah yang banyak ditumbuhi lumut. Salinitas air sekitar 15-28
00
Bone-Webster dan Swellengrebel dalam Ompusunggu 1992 menyatakan bahwa larva jenis nyamuk An. sundaicus bisa hidup mulai dari air tawar hingga air
payau yang berkadar garam 8,6 Blondini dkk, 2003.
00
b. pH
atau lebih.
pH air mempengaruhi tempat perindukan nyamuk Anopheles spp. Menurut
Marsaulina 2002 derajat keasaman pH air digunakan dalam pengaturan respirasi dan sistem enzim dalam tubuh larva nyamuk. pH air sangat bervariasi dengan
bertambahnya kedalaman, pH cenderung menurun Marsaulina, 2002. Menurut Depkes RI 1990 disebutkan bahwa An. sundaicus mempunyai
tempat perindukan utama di pantai dan air payau berkadar garam antara 12-18
00
c. BOD Biochemical Oxygen Demand
.
BOD Biochemical Oxygen Demand menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-
bahan buangan di dalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan
Universitas Sumatera Utara
yang membutuhkan oksigen tinggi untuk reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel, dan oksidasi sel Fardiaz, 2004.
d. DO Dissolved Oxygen
Menurut Warren dalam Marsaulina 2002 bahwa kandungan oksigen terlarut yang sangat rendah mengurangi jenis invertebrata berukuran lebih besar sedangkan
caing Tubifex, larva-larva nyamuk dan sebagainya masih ditemukan. Biasanya pada air yang cukup dangkal persediaan O
2
Penurunan oksigen terlarut di dalam air adalah menurunnya kehidupan hewan dan tanaman air. Hal ini disebabkan karena mahluk hidup tersebut banyak yang mati
atau melakukan migrasi ke tempat yang konsentrasi oksigennya masih tinggi Fardiaz, 2004.
masih banyak ditemukan Marsaulina, 2002.
e. CO
2
Penurunan pH diduga berhubungan dengan kandungan CO
Karbondioksida
2
Karbondioksida, karena setiap pertambahan kedalaman air konsentrasi CO
2
Karbondioksida juga akan bertambah. Pada perairan yang telah tercemar oleh bahan organik kandungan CO
2
Menurut Bates dalam Marsaulina 1992 CO Karbondioksida ini semakin tinggi sehingga meracuni
kehidupan organisme perairan.
2
Karbondioksida di tempat perindukan larva Anopheles umumnya tidak ada korelasinya secara langsung terhadap
kehidupan larva. Hal ini disebabkan oleh larva Anopheles hidup di permukaan air dengan spirakelnya selalu berontak dengan udara bebas, sehingga larva mengambil
oksigen untuk pernafasannya langsung dari udara bebas.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.3.Lingkungan Biologi a. Vegetasi air
Vegetasi air dapat mempengaruhi kehidupan larva seperti pohon bakau, ganggang. Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain
dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena dapat menghalangi sinar matahari Irsanya, 2005.
Menurut Rao dalam Marsaulina 2002 tumbuhan air di tempat perindukan sangat berperan terhadap keberadaan larva nyamuk Anopheles. Hal ini disebabkan
oleh tumbuhan air dapat berfungsi sebagai tempat penambatan diri bagi larva nyamuk saat beristirahat di atas permukaan air, tempat berlindung dari arus air dan serangan
predator Marsaulina, 2002.
b. Hewan Predator
Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah panchax spp., gambusia, nila, mujahir dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di
suatu daerah. Coelentarata adalah hidra air tawar yang dapat menghancurkan larva instar pertama dan instar kedua di tempat perkembangbiakan nyamuk dalam air
tergenang. Serangga pemangsa di air, larva Dyscidae dan Hydrophilidae Coleoptera adalah musuh dari nyamuk Marsaulina, 2002.
c. Makanan
Lingkungan tempat perindukan nyamuk, khususnya larva nyamuk Anopheles banyak ditemukan di perairan dangkal karena berhubungan dengan cara makan dan
ketersediaan bahan makanan yang terdapat di permukaan air Marsaulina, 2002. Di
Universitas Sumatera Utara
alam, larva nyamuk bergantung pada mikroorganisme yang menjadi makanannya, zooplankton dan fitoplankton.
Pada stadium pupa tidak memerlukan makanan, karena pupa merupakan stadium yang inaktif. Meskipun demikian, proses kehidupan tetap ada karena pupa
tetap memerlukan zat asam O
2
yang masuk ke dalam tubuhnya melalui corong nafas. Stadium ini memerlukan waktu kira-kira 1-2 hari.
2.2. Survei Entomologi Malaria 2.2.1. Survei Nyamuk Anopheles Dewasa
Survei nyamuk Anopheles dewasa meliputi beberapa hal di bawah ini : 1.
Penangkapan nyamuk dengan umpan orang human bite. 2.
Penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding rumah pada malam hari. 3.
Penangkapan nyamuk di sekitar ternak pada malam hari. 4.
Penangkapan nyamuk di dalam rumah atau bangunan lain pada malam hari. 5.
Penangkapan nyamuk pada pagi hari di alam luar. 6.
Penangkapan pagi hari di dalam rumahbangunan lain dengan space spraying.
2.2.2 Survei Jentik a. Tujuan Survei Jentik
Tujuan dilakukan survei jentik adalah untuk mengetahui perilaku berkembang biak dan inventarisasi tempat perindukan atau tempat berkembang biak nyamuk yang
sangat diperlukan dalam upaya tindakan anti larva.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa tujuan lain dalam melakukan survei jentik adalah : 1.
Mengetahui habitatbreeding places dari suatu spesies 2.
Mengetahui distribusi geografi dari spesies-spesies yang ada 3.
Mengetahui hubungan larva dengan hewan atau tanaman air lainnya.
b. AlatBahan
1. Pipet larvae besar dan kecil.
2. dipper
3. vialbottle
c. Cara Melakukan Survei Jentik
1. Pada setiap tempat masing-masing 1 m2 diambil 10 cidukan bila arealnya luas
diambil beberapa sampel.
2. Penangkapan dengan menggunakan dipper : dilakukan pada berbagai macam
genangan air di daerah lokasi, misalnya sawah, rawa-rawa, pinggir-pinggir parit, kubangan atau jejak kerbau, dll. Genangan air di sekitar rumah, misalnya
tempurung, bekas ban mobil, dll
3. Larva di dipper diambil dengan pipet dan dipindahkan ke dalam vial botol
kecil.
4. Vial diberi label sesuai dengan tempat dimana larvanya diambil: tanggal,
tempat, type tempat penangkapan, nama collector.
5. Selanjutnya akan diproses kemudian.
Survei dilakukan dengan menggunakan alat cidukan jentik. Kepadatan dapat dihitung untuk tiap ciduk atau tiap 10 ciduk. Banyaknya cidukan disesuaikan dengan
Universitas Sumatera Utara
luasnya tempat perindukan serta penyebaran jentik. Dalam survei ini perlu dicatat luas tempat perindukan, flora dan fauna yang ada, baik yang ada di tempat
perindukan maupun di sekitarnya.
2.2.3. Etiologi Malaria
Di Indonesia dikenal empat macam spesies parasit malaria yaitu : 1.
Plasmodium Vivax sebagai penyebab Malaria Tertiana. 2.
Plasmodium falciparum sebagai penyebab Malaria Tropika, yang sering menyebabkan malaria otak dengan kematian.
3. Plasmodium malariae sebagai penyebab malaria Quartana.
4. Plasmodium ovale sebagai penyebab malaria ovale yang sudah sangat jarang
ditemukan Depkes RI, 1999 ; Depkes RI, 2000.
2.2.3.1. Sumber dan Cara Penularan
Sumber penyakit adalah manusia sebagai host intermidiate dan nyamuk Anopheles betina yang infected sebagai host devinitive. Penyakit malaria ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang siap menularkan infected dimana sebelumnya nyamuk tersebut telah menggigit penderita malaria yang dalam darahnya
mengandung gametosit gamet jantan dan betina.
2.2.3.2. Masa Inkubasi
Masa inkubasi pada tubuh manusia masa inkubasi intrinsik, yaitu waktu manusia digigit nyamuk yang infected, dengan masuknya sporozoit, sampai timbul
gejala klinis demam. Kurang lebih 12 hari untuk Plasmodium falciparum. 15 hari
Universitas Sumatera Utara
untuk Plasmodium vivax, 28 hari untuk Plasmodium malariae, dan 17 hari untuk Plasmodium ovale Depkes, 2006.
2.2.3.3. Gejala dan Tanda Klinis
Gejala klinis yang ditimbulkan penyakit malaria yang klasik adalah : menggigil, demam suhu antara 37,5
o
C – 40
o
Pada penyakit malaria dengan komplikasi malaria berat gejala yang timbul dapat berupa, gangguan kesadaran, kejang, panas tinggi hingga 40
C; dan berkeringat. Gejala lain yang mungkin timbul adalah sakit kepala, mual atau muntah dan diare serta nyeri otot atau
pegal-pegal pada orang dewasa.
o
2.2.4. Siklus Hidup Plasmodium dan Patogenesis Malaria
C, anemia, mata dan tubuh menguning ikterus, serta perdarahan hidung, gusi atau saluran
pencernaan, jumlah kencing berkurang oliguri, muntah terus menerus sehingga tidak dapat makan dan minum, warna urine seperti teh coklat tua sampai kehitaman
black water fever, dan pernafasan cepat.
2.2.4.1.Siklus Hidup Plasmodium
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara
alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Species plasmodium pada manusia adalah Plasmodium falciparum, P. vivax,
P. ovale dan P. Malariae. Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P. falciparum dan P. vivax, sedangkan P. malariae dapat ditemukan di
Universitas Sumatera Utara
beberapa propinsi antara lain : Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Papua. P. ovale pernah ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan Papua.
2.2.4.2. Siklus Hidup Plasmodium
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk anopheles betina.
1. Siklus Hidup pada Manusia Aseksual
Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama
lebih kurang ½ jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000-
30.000 merozoit hati tergantung spesiesnya. Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer yang berlangsung selama lebih
kurang 2 minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut
hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi
aktif sehingga dapat menimbulkan relaps kambuh. Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran
darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon 8-30 merozoit, tergantung
spesiesnya. Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
eritrosit yang terinfeksi skizon pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.
Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual gametosit jantan dan betina.
2. Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina Seksual