5.2.2. Langkah Awal Perbaikan Rancangan dengan Metode DFMA
Langkah-langkah perbaiakan terhadap rancangan stopcontact dilakukan dengan menggunakan metode DFMA Design for Manufacturing and Assembly
adalah sebagai berikut:
5.2.2.1.Struktur Produk
35
Dalam hal ini struktur produk menjelaskan secara diagram bagaimana produk akhir stopcontact 754 yang akan dirakit dari komponen-komponen
penyusunnya. Berdasarkan pada struktur produk tersebut maka akan dapat diketahui komponen-komponen apa saja yang berdiri dengan sendirinya dan
komponen-komponen apa saja yang merupakan bagian dari subassembly. Tujuannya adalah untuk mempermudah perancang dalam menentukan komponen
mana yang dapat dikembangkan, dikombinasi dan dieliminasi. Struktur produk pada umumnya dibuat oleh bagian desain dan rekayasa. Gambar 5.3. merupakan
struktur dari produk stopcontact 754 yang terdapat 17 jenis komponen penyusun produk dan terbagi kedalam 5 level.
35
Browne, Jimmie, dkk. 1996. Production Management System: An Integrated Perspective. 2
nd
edition. Iowa: Addison-Wesley Publisher Ltd. p. 103-105
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.3. Struktur Produk Stopcontact 754
FP Stopkontak 754
1 A-2
Body Bawah 1
A-1 Body Atas
1 B-3
Baut 3323-A 3
B-2 Rangkaian Listrik
1 B-1
Body 754-A 1
C-2 Rangkaian Saklar
1 C-1
Rangkaian Stopkontak 1
D-3 Kawat Tembaga 7547
1 D-2
Kawat Tembaga 7546 1
D-1 Kawat Tembaga 7548
1 D-6
Rangkaian Lempeng Tembaga
1 D-5
Rangkaian Fixture Steker
1 D-4
Lempeng Tembaga 7543
3
E-3 Kaleng Fixture 7545
2 E-2
Kaleng Fixture 7544 4
E-1 Kaleng Fixture 7540
2 E-4
Paku Keling 4404 6
E-6 Lempeng Tembaga
7541 4
E-5 Lempeng Tembaga
7542 4
E-7 Paku Keling 4404
4 D-9
Kabel 1
D-8 Saklar 814
1 D-7
Steker 754-K 1
B-5 Baut 3323-AP
5 B-4
Body 754-B 1
Level 5 Level 4
Level 3 Level 2
Level 1 Level 0
Universitas Sumatera Utara
Untuk keterangan lebih lanjut tentang rincian komponen-komponen apa
saja yang berdiri dengan sendirinya dan komponen-komponen apa saja yang merupakan bagian dari subassembly berdasarkan pada struktur produk, maka
dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10. Rincian Perakitan Komponen No
Level Nama Komponen
Keterangan
1 FP
Stopkontak 754 Subassembly
2 A-1
Body Atas Subassembly
3 A-2
Body Bawah Subassembly
4 B-1
Body 754-A -
5 B-2
Rangkaian Listrik -
6 B-3
Baut 3323-A -
7 B-4
Body 754-B -
8 B-5
Baut 3323-AP -
9 C-1
Rangkaian Stopkontak Subassembly
10 C-2
Rangkaian Steker Subassembly
11 D-1
Kawat Tembaga 7548 -
12 D-2
Kawat Tembaga 7546 -
13 D-3
Kawat Tembaga 7547 -
14 D-4
Lempeng Tembaga 7543 -
15 D-5
Rangkaian Fixture Steker Subassembly
16 D-6
Rangkaian Lempeng Tembaga Subassembly
17 D-7
Steker 754-K -
18 D-8
Saklar 814 -
19 D-9
Kabel -
20 E-1
Kaleng Fixture 7540 -
21 E-2
Kaleng Fixture 7544 -
22 E-3
Kaleng Fixture 7545 -
23 E-4
Paku Keling 4404 -
24 E-5
Lempeng Tembaga 7542 -
25 E-6
Lempeng Tembaga 7541 -
26 E-7
Paku Keling 4404 -
Universitas Sumatera Utara
5.2.2.2.Evaluasi Komponen Penyusun Produk Serta Pengembangan DFMA Worksheet dari Desain Awal Produk
36
Stopcontact atau outlet adalah komponen listrik yang berfungsi sebagai muara hubungan antara alat listrik dengan aliran listrik.
37
Tabel 5.11. Komponen Penyusun Produk Stopcontact 754
Produk ini terdiri dari 17 komponen berbeda yang telah merangkum 47 total komponen penyusun
stopcontact. Adapun komponen penyusun produk stopcontact 754 tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.11.
No. Nama
Komponen
Gambar Komponen Fungsi
Komponen Masalah
Perakitan
1 Body 754-A
Sebagai sarangan atau
nesting dari komponen-
komponen yang akan dirakit
Menggunakan 5 unit fastener
baut
2 Body 754-B
Sebagai penutup
rangkaian stopcontact
Menggunakan 5 unit fastener
baut
36
Boothroyd, G., Dewhurst, P. dan Knight, W. 2002. “Product Design for Manufacture and Assembly” 2nd Edition. New York: Marcel Dekker.
37
Wikipedia. Stopkontak Open Dictionary Wikipedia, http:id.wikipedia.orgwikiStop_kontak
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.11. Komponen Penyusun Produk Stopcontact 754 Lanjutan
No. Nama
Komponen
Gambar Komponen Fungsi
Komponen
Masalah Perakitan
Komponen
3 Kawat tembaga
7546 Sebagai
penghantar arus listrik
pada rangkaian listrik
Tidak ada
4 Kawat tembaga
7547 Sebagai
penghantar arus listrik
pada rangkaian listrik
Tidak ada
5 Kawat tembaga
7548 Sebagai
penghantar arus listrik
pada rangkaian listrik
Tidak ada
6 Lempeng
tembaga 7541 Sebagai
penghantar arus dan
pencengkram steker dari alat
listrik yang digunakan
Tidak ada
7 Lempeng
tembaga 7542 Sebagai
penghantar arus dan
pencengkram steker dari alat
listrik yang digunakan
Tidak ada
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.11. Komponen Penyusun Produk Stopcontact 754 Lanjutan
No. Nama
Komponen
Gambar Komponen Fungsi
Komponen Masalah
Perakitan
8 Lempeng
tembaga 7543 Sebagai
penghantar listrik pada rangkaian
listrik Menggunakan 3
unit fastener baut
9 Kaleng Fixture
7540 Sebagai tempat
berdirinya kaleng fixture 7544 dan
7545 Tidak ada
10 Kaleng Fixture
7544 Menempatkan
dan mencekam steker selama
stopkontak digunakan
Menggunakan paku keling dan melalui
banyak proses
11 Kaleng Fixture
7545 Menempatkan
dan mencekam steker selama
stopkontak digunakan
Menggunakan paku keling dan melalui
banyak proses
12 Paku Keling
4404 Sebagai
penyambung lempengan 7541
dengan 7542 Ukuran komponen
kecil
13 Steker 754-K
dan Kabel 1,5 m Menyambung
peralatan listrik atau elektronik
agar terkoneksi dengan listrik
PLN Tidak ada
14 Saklar 814
Untuk memutuskan
maupun menghubungkan
arus listrik Tidak ada
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.11. Komponen Penyusun Produk Stopcontact 754 Lanjutan
No. Nama
Komponen
Gambar Komponen Fungsi
Komponen Masalah
Perakitan
15 Kabel
Untuk mentransmisikan
arus dari satu tempat ke tempat
lain Tidak ada
16 Baut 3323-A
Sebagai pengikat fastener untuk
menahan lempeng tembaga 7543
Sulit pada saat insertion
sehingga memperpanjang
waktu perakitan
17 Baut 3323-AP
Sebagai pengikat fastener untuk
menahan body 754-A dan 754-B
Sulit pada saat insertion
sehingga memperpanjang
waktu perakitan
Komponen-komponen dari desain awal produk stopcontact 754 seperti pada Tabel 5.10. tersebut diatas kemudian dikembangkan ke dalam lembar kerja
DFMA Design for Manufacturing and Assembly berdasarkan pada urutan proses perakitan atau urutan elemen kegiatan perakitan seperti yang terdapat pada Tabel
5.2. Pada pengembangan lembar kerja DFMA terdapat elemen kegaitan, nomor elemen, waktu perakitan dan biaya perakitan.
38
38
Boothroyd, G., Dewhurst, P. dan Knight, W. 2002. “Product Design for Manufacture and Assembly” 2nd Edition. New York: Marcel Dekker.
Biaya perakitan yang dibutuhkan untuk merakit setiap unit stopcontact 754 diperoleh dari estimasi upahgaji
operator perakitan Stopcontact 754 dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5 orang.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga untuk merakit setiap unit produk biaya yang dibutuhkan adalah sebesar Rp. 7500,- untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12. Lembar Kerja DFMA dari Desain Awal Produk
Elemen Kegiatan No
Elemen Waktu
Perakitan menit
Biaya Perakitan
Rp
Dirakit lempeng tembaga 7543 pada body atas 754-A menggunakan baut 3323-A dengan
obeng angin 1
0,622 300,54
Dirakit kaleng fixture 7540 dan 7544 menggunakan paku keling 4404 dengan hand
press 2
1,938 936,41
Dirakit kaleng fixture 7540 dan 7545 menggunakan paku keling 4404 dengan hand
press menjadi rangkaian fixture steker 3
1,052 508,31
Dirakit rangkaian fixture steker pada body atas 754-A secara manual
4 0,336
162,35 Dirakit lempeng tembaga 7541 dan 7542
menggunakan paku keling 4404 dengan hand press menjadi rangkaian lempeng tembaga
5 1,023
494,30 Dirakit rangkaian lempeng tembaga pada
body atas 754-A secara manual 6
0,460 222,27
Dirakit kawat tembaga 7547 pada body atas secara manual
7 0,385
186,03 Dirakit kawat tembaga 7546 pada body atas
secara manual 8
0,421 203,42
Dirakit kawat tembaga 7548 pada body atas secara manual
9 0,514
248,36 Disolder kawat tembaga 7546, 7547 dan 7548
pada lempeng tembaga dan lempeng 7543 secara manual
10 2,624
1267,88 Disolder kabel hijau dan biru pada saklar dan
body atas secara manual 11
2,291 1106,98
Dirakit saklar 814 pada body atas 754-A secara manual
12 0,243
117,41 Disolder kabel steker ke saklar dan lempeng
7543 secara manual 13
2,434 1176,07
Diinspeksi dengan menggunakan VOA meter 14
0,434 209,70
Dirakit body atas 754-A dan body bawah 754- B dengan baut 3323 secara manual dengan
menggunakan obeng angin 15
0,745 359,97
Total 15,522
7500
Universitas Sumatera Utara
5.2.2.3.Identifikasi Part yang dapat di Kembangkan, Kombinasi dan Eliminasi
Ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam melakukan perancangan untuk memperbaiki suatu proses perakitan antara lain adalah menyederhanakan
dan mengurangi jumlah komponen, standarisasi dan menggunakan komponen dengan bahan yang seragam, desain untuk kemudahan pada penanganan dan
orientasi komponen, meminimalkan komponen yang fleksibel dan interkoneksi, desain untuk kemudahan perakitan dengan memanfaatkan pola sederhana dari
gerakan dan meminimalkan jumlah sumbu perakitan, desain untuk gabungan dan efisien fastener serta desain produk modular untuk perakitan.
39
Berdasarkan pada prinsip-prinsip tersebut maka dilakukan suatu perbaikan rancangan dengan
menggunakan metode Design for Manufacturing and Assembly DFMA. Perbaikan desain dengan DFMA dapat dilakukan melalui pengembangan terhadap
komponen, melakukan kombinasi atau elminasi komponen yang tidak diperlukan ataupun komponen yang tidak mengandung nilai tambah.
40
Pada Tabel 5.13. akan diuraikan komponen-komponen yang dapat dikembangkan, kombinasi ataupun
dieliminasi dari produk Stopcontact 754.
39
Magrab, Edward B. 2010. Integrated Product and Process Design and Development: The Product Realization Process. London : Taylor and Francis Group. p. 147-148
40
Boothroyd, G., Dewhurst, P. dan Knight, W. 2002. Ibid
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.13. Identifikasi Komponen Penyusun Produk Stopcontact 754
No. Nama
Komponen
Gambar Komponen Fungsi
Komponen Masalah
Perakitan
1 Body 754-A
Sebagai tempat atau nesting dari
komponen- komponen yang
akan dirakit Menggunakan 5
unit fastener baut
2 Body 754-B
Sebagai penutup rangkaian
stopcontact Menggunakan 5
unit fastener baut
Pada konsep desain awal produk stopcontact 754, komponen body atas 754-A dan komponen body bawah 754-B menggunakan fastener untuk mengikat kedua komponen
tersebut. The Society of Manufacturing Engineers SME merekomendasikan untuk menggunakan prinsip dari design for assembly yaitu
“
merancang komponen dengan fitur penambat snap-fits, press-fit dan merancang komponen yang sesuai dengan lokasi fitur”
41
. Berdasarkan pada prinsip perancangan tersebut, maka untuk perbaikan rancangan
komponen body atas 754-A dan komponen body bawah 754-B yang pada awalnya menggunakan fastener maka akan diganti dengan konsep snap-fits sehingga tidak
memerlukan proses pengencangan yang dapat menyebabkan waktu perakitan menjadi panjang.
41
Eggert, Rudolph J. 2005. Engineering Design. Amerika : Pearson Prentice Hall. p. 159
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.13. Identifikasi Komponen Penyusun Produk Stopcontact 754 Lanjutan
No. Nama
Komponen
Gambar Komponen Fungsi Komponen
Masalah Perakitan
10 Kaleng Fixture
7544 Menempatkan dan
mencekam steker selama stopkontak
digunakan Menggunakan
paku keling dan melalui banyak
proses
11 Kaleng Fixture
7545 Menempatkan dan
mencekam steker selama stopkontak
digunakan Menggunakan
paku keling dan melalui banyak
proses Berdasarkan rekomendasi dari The Society of Manufacturing Engineers SME untuk
memperbaiki rancangan dari komponen kaleng fixture 7544 dan 7545, ada beberapa prinsip yang dapat digunakan. Adapun prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah “meminimalkan
jumlah komponen, menggunakan perakitan modular atau menggunakan komponen standar sehingga tidak banyak variasi komponen”.
42
Maka berdasarkan pada prinsip tersebut dilakukan perbaikan terhadap rancangan komponen kaleng fixture 7544 dan 7545 dengan
cara mengkombinasikan antara kedua komponen tersebut, sehingga dapat mengurangi jumlah serta variasi dari komponen yang akan dirakit yang bertujuan agar dapat
mempermudah operator pada saat perakitan.
43
Pada konsep desain awal, jumlah komponen tersebut digunakan sebanyak 6 unit. Namun, setelah dilakukan perbaikan terhadap
desainnya komponen yang dibutuhkan berkurang menjadi 4 unit.
42
Eggert, Rudolph J. 2005. Ibid. p. 159
43
Boothroyd, G., Dewhurst, P. dan Knight, W. 2002. “Product Design for Manufacture and Assembly” 2nd Edition. New York: Marcel Dekker
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.13. Identifikasi Komponen Penyusun Produk Stopcontact 754 Lanjutan
No. Nama
Komponen
Gambar Komponen Fungsi Komponen
Masalah Perakitan
16 Baut 3323-A
Sebagai pengikat fastener untuk
menahan lempeng tembaga 7543
Sulit pada saat insertion
sehingga memperpanjang
waktu perakitan
17 Baut 3323-AP
Sebagai pengikat fastener untuk
menahan body 754- A dan 754-B
Sulit pada saat insertion
sehingga memperpanjang
waktu perakitan Pada konsep awal desain, komponen baut 3323-A dan baut 3323-AP digunakan untuk
mengikat body atas 754-A dan body bawah 754-B serta lempeng tembaga 7543. Namun, penggunaan fastener pada proses perakitan memerlukan banyak waktu
44
. Untuk mengatasi hal tersebut ada beberapa solusi yang dapat diberikan antara lain adalah “menggunakan
pengencang besar lebih banyak daripada pengencang kecil, menggunakan variasi jenis pengencang yang minimum, dan merancang komponen dengan konsep fitur penambat snap-
fit, press-fit
45
. Dengan demikian berdasarkan pada solusi yang tersebut komponen baut 3323-A dan baut 3323-AP akan dieliminasi dan kemudian akan digantikan dengan
menggunakan fitur penambat snap-fit.
44
Boothroyd, G., Dewhurst, P. dan Knight, W. 2002. “Product Design for Manufacture and Assembly” 2nd Edition. New York: Marcel Dekker. p. 94-95
45
Magrab, Edward B. 2010. Integrated Product and Process Design and Development: The Product Realization Process. London : Taylor and Francis Group. p. 149
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pada identifikasi terhadap komponen penyusun produk stopcontact 754 yang telah dilakukan, ternyata ada beberapa komponen yang
dapat diperbaiki, dikombinasi maupun dieliminasi untuk mengoptimalkan proses perakitan dari segi waktu dan biaya. Hal ini sejalan dengan metode kerja perakitan
stopcontact 754 yang belum optimal karena masih ada beberapa elemen kegiatan yang sebenarnya tidak diperlukan pada saat proses perakitan berlangsung.
Sehingga perlu dilakukan suatu perbaikan terhadap peta proses perakitan stopcontact 754.
5.2.2.4.Perbaikan Assembly Process Chart
5.2.2.4.1. Assembly Process Chart Desain Awal
Dari data waktu proses elemen kegiatan perakitan pada Tabel 5.9 dan data urutan proses perakitan stopcontact pada Tabel 5.2 maka dapat digambarkan
dalam peta proses perakitan Assembly Process Chart seperti yang dapat dilihat
pada Gambar 5.4.
Universitas Sumatera Utara
O-2 I-1
Kaleng Fixture 7540
Kaleng Fixture 7544
Paku Keling 4404
O-5 I-3
Lempeng Tembaga 7541
Lempeng Tembaga 7542
Paku Keling 4404 Body Atas
754-A
O-4 Dirakit menggunakan paku keling 4404 dengan
alat hand press dan diinspeksi secara manual
Kaleng Fixture 7545
O-3 I-2
Dirakit menggunakan paku keling 4404 dengan alat hand press menjadi rangkaian
fixture steker dan diinspeksi secara manual Paku Keling 4404
Dirakit rangkaian fixture steker pada body atas secara manual
Dirakit lempeng tembaga 7541 dan 7542 menggunakan paku keling 4404
dengan mesin hand press menjadi rangkaian lempeng tembaga
O-6
Dirakit rangkaian lempeng tembaga pada body atas secara manual
O-1
Dirakit menggunakan baut 3323-A dengan obeng angin
Lempeng Tembaga 7543
Baut 3323-A
O-11 I-5
Saklar 814 Kabel
Hijau Disolder secara manual dan
diinspeksi secara visual Kabel biru
O-12 I-6
Disolder secara manual dan diinspeksi secara visual
T-1
Dibawa ke meja perakitan 2 secara manual
T-2
Dibawa ke meja perakitan 2 secara manual
Kawat tembaga 7548 Kawat tembaga 7546
Kawat tembaga 7547
O-7
Dirakit pada body atas secara manual
O-8
Dirakit pada body atas secara manual
O-9
Dirakit pada body atas secara manual
O-10 I-4
Disolder komponen 7548, 7547 dan 7546 pada lempeng 7543 secara
manual dan diinspeksi secara visual
O-13
Dirakit pada body atas 754-A secara manual
Steker 754-K Body bawah 754-B
O-14 I-7
Disolder steker 754-K secara manual dan diinspeksi secara visual
I-8
Diinspeksi dengan menggunakan VOA meter
O-15 I-9
Dirakit Body bawah dan body atas menggunakan baut 3323-AP dengan
obeng angin dan diinspeksi secara manual
Baut 3323-AP Dibawa ke tempat penyimpanan
sementara sebelum di kemas
T-3
Disimpan Sementara
S-1
NAMA OBJEK : STOPCONTACT ART.754
NOMOR PETA : 1
DIPETAKAN OLEH : YOGI KHAIRI HASIBUAN
TANGGAL : 8 DESEMBER 2012
SEKARANG USULAN
KEGIATAN JUMLAH
WAKTU MENIT
Operasi 7
2,981 Inspeksi
1 0,434
Operasi dan Inspeksi 8
12,107 Transportasi
3 -
0,622
0,336 1,938
1,052
0,460 0,385
0,421 0,514
1,023 1,145
1,146
2,624 0,243
2,434 0,434
0,745
JUMLAH 15,522
Gambar 5.4. Assembly Process Chart Desain Aktual
Universitas Sumatera Utara
5.2.2.4.2. Analisis Proses Perakitan dengan Menggunakan 5W dan 1H
46
Untuk memperbaiki assembly process chart dalam proses perakitan stopcontact 754, hal yang perlu dilihat adalah aspek ergonomis dengan
menggunakan analisis 5W dan 1H yaitu what, who, where, when, why dan how. Adapun analisis proses perakitan stopcontact 754 adalah sebagai berikut:
1. What
Pada proses perakitan stopcontact yang dilakukan terdapat beberapa pemborosan, sehingga metode kerja pada saat proses perakitan stopcontact
saat ini perlu dilakukan perbaikan. Adapun sumber pemborosan yang terdapat dalam perakitan stopcontact 754 antara lain adalah:
a. Mengubah posisi benda
b. Penggunaan fasteners dan mengarahkan fasteners ke lubang insertion
c. Penundaan pada subassembly yang telah dirakit
2. Why
Seperti yang dijelaskan pada pertanyaan pertama what terdapat 3 jenis pemborosan. 3 jenis pemborosan yang terjadi ini memberikan dampak negatif
dari segi waktu perakitan, biaya perakitan dan tenaga yang dikeluarkan pekerja lebih besar untuk hasil yang sama dan tentunya akan mengurangi
kemampuan pekerja untuk memproduksi lebih banyak produk. Jadi, mengapa perbaikan perlu dilakukan adalah untuk dapat mengoptimasi sistem produksi
yang telah ada agar menghasilkan produk dalam jumlah yang maksimal namun dengan tenaga yang minimal.
46
Barnes, Ralph M. 1980. Motion and Time Study Design and Measurement of Work. 7
th
edition. New York: John Wiley Sons
Universitas Sumatera Utara
3. Who
Dalam penelitian ini telah diketahui bahwa terjadi 3 jenis pemborosan dan kesemuanya itu terjadi pada lantai produksi dan langsung berhubungan
dengan pekerja pada work center 1 dan work center 2. Perbaikan dapat dilakukan oleh pekerja yang diberikan instruksi bagaimana ia seharusnya
bekerja dan menata sistem kerjanya. 4.
Where Dari penjelasan sebelumnya perbaikan dapat dilakukan pada lantai produksi
terdiri dari gerakan tubuh pekerja dan tata letak kerja. Berikut detail dimana perbaikan perlu dilakukan:
a. Mengubah posisi benda perbaikan dilakukan pada metode kerja yang
dilakukan b.
Penggunaan fasteners dan mengarahkan fastener ke lubang perbaikan dilakukan pada metode kerja dan gerakan tubuh pekerja
c. Penundaan pada subassembly yang telah dirakit perbaikan dilakukan pada
metode kerja yang dilakukan 5.
How Perbaikan dapat dilaksanakan dengan menyesuaikan pemborosan yang ada.
Perbaikan dilakukan dengan melakukan memperbaiki metode kerja operator perakitan. Berikut 3 jenis pemborosan dan langkah perbaikan yang dapat
dilakukan :
Universitas Sumatera Utara
a. Mengubah posisi benda
Perbaikan yang dilakukan pada sumber pemborosan mengubah posisi benda atau komponen-komponen penyusun produk adalah dengan
membuat urutan pengerjaan standar dalam pengerjaan perakitan. Urutan pengerjaan ini disetai dengan kondisiposisi komponen telungkup ke
bawah atau terbuka keatas hingga pasa saat perakitan pekerja tidak perlu lagi mengubah posisi benda.
b. Penggunaan fasteners dan mengarahkan fastener ke lubang insertion.
Perbaikan yang dilakukan terhadap sumber pemborosan tersebut adalah dengan memperbaiki gerakan tubuh pekerja serta metode kerja.
Pemborosan pada masalah ini seperti halnya pada pemborosan pada masalah sebelumnya. Yakni dapat dihindari dengan membuat urutan
pengerjaan standar dalam pengerjaan perakitan. Urutan pengerjaan ini disertai dengan kondisiposisi komponen telungkup ke bawah atau
terbuka keatas hingga pasa saat perakitan pekerja tidak merasa kesulitan dalam mengarahkan fasteners ke lubang insertion.
c. Penundaan pada subassembly yang telah dirakit
Perbaikan yang dilakukan terhadap sumber pemborosan tersebut adalah dengan memperbaiki metode kerja yang dilakukan. Sehinggga
subassembly yang tertunda dapat diminimalisasi. 6.
When Perbaikan dapat dilakukan setelah terlebih dahulu mendapatkan data yang
akurat dan telah menjawab 5 pertanyaan sebelumnya what, why, who, where
Universitas Sumatera Utara
dan how. Setelah data analisis lengkap, maka hasil analisis dijadikan penentu kapan perbaikan dapat dilakukan. Perbaikan dapat dimulai dari desain produk
sehingga metode kerja yang digunakan oleh para pekerja dapat diperbaiki.
5.2.2.4.3. Menggambarkan Assembly Process Chart Usulan
Setelah melakukan analisis terhadap proses perakitan dengan menggunakan 5W dan 1H untuk membuat peta proses perakitan usulan ditemukan
beberapa sumber pemborosan pada proses perakitan. Kemudian sumber pemborosan tersebut diperbaiki dengan cara memperbaiki metode kerja dan
membuat urutan pengerjaan yang standar pada proses perakitan. Adapun urutan perakitan usulan dari produk stopcontact 754 beserta waktu perakitan dapat dilihat
pada Tabel 5.14.
Tabel 5.14. Urutan Proses Perakitan Produk Syopcontact 754 Usulan
No Elemen
Elemen Kegiatan Waktu
Menit
1 Dirakit kaleng fixture 7540 dan 7545 menggunakan paku
keling 4404 dengan hand press menjadi rangkaian fixture steker
1,052
2 Dirakit lempeng tembaga 7541 dan 7542 menggunakan paku
keling 4404 dengan hand press menjadi rangkaian lempeng tembaga
1,023 3
Dirakit rangkaian fixture steker pada body atas 754-A secara manual
0,336 4
Dirakit rangkaian lempeng tembaga pada body atas 754-A secara manual
0,460 5
Dirakit lempeng tembaga 7543 pada body atas 754-A secara manual
0,167 6
Dirakit kawat tembaga 7546 pada body atas secara manual 0,421
7 Dirakit kawat tembaga 7547 pada body atas secara manual
0,385 8
Dirakit kawat tembaga 7548 pada body atas secara manual 0,514
9 Disolder kawat tembaga 7546, 7547 dan 7548 pada lempeng
tembaga dan lempeng 7543 secara manual 2,624
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.14. Urutan Proses Perakitan Produk
Syopcontact 754 Usulan Lanjutan No
Elemen Elemen Kegiatan
Waktu Menit
10 Disolder kabel hijau dan biru pada saklar dan body atas
secara manual 2,291
11 Dirakit saklar 814 pada body atas 754-A secara manual
0,243 12
Disolder kabel steker ke saklar dan lempeng 7543 secara manual
2,434 13
Diinspeksi dengan menggunakan VOA meter 0,434
14 Merakit body atas 754-A dan body bawah 754-B secara
manual 0,100
Total 12,484
Dari data urutan proses perakitan produk syopcontact 754 usulan pada Tabel 5.14 tersebut di atas, dapat diketahui bahwa untuk merakit setiap unit
produk stopcontact 754 dibutuhkan waktu selama 12,484 menit dengan 14 elemen kegiatan proses perakitan yang kemudian akan dikembangkan ke dalam worksheet
DFMA untuk dapat melihat perbandingan antara elemen kegiatan, waktu dan biaya perakitan yang dibutuhkan. Setelah diketahui urutan perakitan dan waktu
perakitan dari desain perbaikan, maka dapat digambarkan peta proses perakitan assembly process chart usulan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.5.
Universitas Sumatera Utara
O-1 I-1
Kaleng Fixture 7540
Kaleng Fixture 7545
Paku Keling 4404 O-2
I-2 Lempeng
Tembaga 7541 Lempeng
Tembaga 7542 Paku Keling 4404
Body Atas 754-A
O-3 Dirakit menggunakan paku keling
4404 dengan alat hand press dan diinspeksi secara manual
Dirakit rangkaian fixture steker pada body atas secara manual
Dirakit lempeng tembaga 7541 dan 7542 menggunakan paku
keling 4404 dengan mesin hand press menjadi rangkaian lempeng
tembaga
O-4 Dirakit rangkaian lempeng tembaga
pada body atas secara manual O-5
Dirakit menggunakan dengan obeng angin
Lempeng Tembaga 7543
O-10 I-4
Saklar 814 Kabel Hijau
Disolder secara manual dan diinspeksi secara visual
Kabel biru
O-11 I-5
Disolder secara manual dan diinspeksi secara visual
T-1 Dibawa ke meja perakitan 2 secara
manual Dibawa ke meja perakitan 2
secara manual
Kawat tembaga 7546 Kawat tembaga 7547
Kawat tembaga 7548 O-6
Dirakit pada body atas secara manual O-7
Dirakit pada body atas secara manual O-8
Dirakit pada body atas secara manual O-9
I-3 Disolder komponen 7546, 7547 dan 7548
pada lempeng 7543 secara manual dan diinspeksi secara visual
O-12
Dirakit pada body atas 754-A secara manual
T-2
Steker 754-K
Body bawah 754-B O-3
I-6 Disolder steker 754-K secara manual dan
diinspeksi secara visual I-8
Diinspeksi dengan menggunakan VOA meter
O-14 I-7
Dirakit Body bawah dan body atas menggunakan baut 3323-AP dengan obeng
angin dan diinspeksi secara manual Dibawa ke tempat penyimpanan sementara
sebelum di kemas T-3
Disimpan Sementara S-1
NAMA OBJEK : STOPCONTACT ART.754
NOMOR PETA : 1
DIPETAKAN OLEH : YOGI KHAIRI HASIBUAN
TANGGAL : 8 DESEMBER 2012
SEKARANG USULAN
KEGIATAN JUMLAH
WAKTU MENIT
Operasi 7
2,526 Inspeksi
1 0,434
Operasi dan Inspeksi 6
9,542 Transportasi
3 -
0,167 0,336
1,052
0,460
0,421 0,385
0,514 1,023
1,145 1,146
2,624 0,243
2,434 0,434
0,100
JUMLAH 12,484
Gambar 5.5. Assembly Process Chart Hasil Rancangan
Universitas Sumatera Utara
5.2.2.5.Pengembangan Lembar Kerja DFMA dari Produk Hasil Rancangan
Setelah dilakukan identifikasi terhadap komponen-komponen penyusun produk stopcontact 754 dan analisis terhadap peta proses perakitan assembly
process chart, ada beberapa komponen yang akan dikembangkan, dikombinasi dan dieliminasi seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5.13. Berdasarkan pada
perbaikan rancangan tersebut, maka akan dikembangkan suatu worksheet DFMA Design for Manufacturing and Assembly dari produk hasil rancangan, untuk
dapat melihat perbandingan antara elemen kegiatan, waktu perakitan dan biaya peraktian setelah dilakukannya perbaikan terhadap rancangan. Adapun worksheet
DFMA dari desain perbaikan dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15. Lembar Kerja DFMA dari Desain Perbaikan
Produk Syopcontact 754
Elemen Kegiatan No
Elemen Waktu
Perakitan menit
Biaya Perakitan
Rp
Dirakit kaleng fixture 7540 dan 7545 menggunakan paku keling 4404 dengan hand
press menjadi rangkaian fixture steker 1
1,052 508,31
Dirakit lempeng tembaga 7541 dan 7542 menggunakan paku keling 4404 dengan hand
press menjadi rangkaian lempeng tembaga 2
1,023 494,30
Dirakit rangkaian fixture steker pada body atas 754-A secara manual
3 0,336
162,35 Dirakit rangkaian lempeng tembaga pada
body atas 754-A secara manual 4
0,460 222,27
Dirakit lempeng tembaga 7543 pada body atas 754-A secara manual
5 0,167
80,69 Dirakit kawat tembaga 7546 pada body atas
secara manual 6
0,421 203,42
Dirakit kawat tembaga 7547 pada body atas secara manual
7 0,385
186,03 Dirakit kawat tembaga 7548 pada body atas
secara manual 8
0,514 248,36
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.15. Lembar Kerja DFMA dari Desain Perbaikan
Produk Syopcontact 754 Lanjutan
Elemen Kegiatan No
Elemen Waktu
Perakitan menit
Biaya Perakitan
Rp
Disolder kawat tembaga 7546, 7547 dan 7548 pada lempeng tembaga dan lempeng 7543
secara manual 9
2,624 1267,88
Disolder kabel hijau dan biru pada saklar dan body atas secara manual
10 2,291
1106,98 Dirakit saklar 814 pada body atas 754-A
secara manual 11
0,243 117,41
Disolder kabel steker ke saklar dan lempeng 7543 secara manual
12 2,434
1176,07 Diinspeksi dengan menggunakan VOA meter
13 0,434
209,70 Merakit body atas 754-A dan body bawah
754-B secara manual 14
0,100 48,32
Total 12,484
6.032,08
Dari tabel 5.15. di atas dapat diketahui bahwa waktu perakitan yang dibutuhkan untuk merakit setiap unit produk stopcontact 754 hasil rancangan
adalah 12,484 menit dan dengan biaya perakitan sebesar Rp 6.032,08unit. Jika dibandingkan dengan desain awal produk, untuk merakit setiap unit produk
stopcontact waktu yang dibutuhkan adalah 15,522 menitunit dan dengan biaya perakitan sebesar Rp 7.500unit. Hal ini berarti bahwa perbaikan terhadap desain
stopcontact 754 mengalami penghematan waktu perakitan sebesar 3,038 menitunit produk dan penghematan biaya perakitan sebesar Rp. 1467,92unit
produk stopcontact 754.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3. Effisiensi Desain dan Jumlah Produk Standar