53
demikian pula sebaliknya. Dengan syarat APT tersebut dipakai secara disiplin dan benar oleh pekerja.
Tipe APT yang sering digunakan saat ini adalah tipe insertplug dan muff. Tipe insertplug digunakan dengan cara
memasukkannya ke lubang telinga, sedangkan tipe muff digunakan dengan cara menutupmengurung enclose daun
telinga. Efektifitas dari pemakaian APT bergantung pada beberapa faktor yang berhubungan dengan cara bunyi
ditansmisikan melalui atau disekitar APT tersebut. Menurut John J. Standard dalam buku Fundamentals of Industrial
Hygiene 5th Edition, jenis APT dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi, yaitu enclosure entire head, aural insert,
superaural dan circumaural Standard, 2002. Berdasarkan hasil penelitian Miristha 2009 terhadap
operator alat berat, didapatkan hasil bahwa penggunaan APT berhubungan sangat signifikan dengan keluhan pendengaran
berat pada pekerja, dengan nilai pvalue 0,0001.
2.2.5 Riwayat Merokok
Berdasarkan PP No. 19 tahun 2003, rokok merupakan hasil olahan tembakau yang dibungkus, termasuk cerutu ataupun
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nocotiana Rustica, dan spesies lainnya, atau
sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa
54
bahan tambahan. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup melalui mulut
pada ujung lainnya Aula, 2010. Rokok merupakan salah satu zat yang paling sering ditemui
dan memberikan efek ototoksik pada fungsi sel rambut dan menimbulkan nicotine-like receptors pada sel rambut. Secara
tidak langsung merokok mempengaruhi suplai pembuluh darah ke koklea. Tembakau mengandung hidrogen sianida dan bahan
asfiksian yang dapat mengganggu fungsi stria vaskularis bila terpapar dengan jumlah yang besar Tantana, 2014.
Merokok memberikan implikasi sebagai bahan ototoksik langsung dikarenakan efek dari nikotin atau menyebabkan
iskemia melalui produksi karboksi-hemoglobin, spasme pembuluh darah, kekentalan darah atau juga melalui
arteriosklerotik. Insufiensi sistem sirkulasi darah pada organ koklea yang disebabkan oleh merokok inilah penyebab
gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi yang progresif dan paling sering timbul pada usia tua presbycusis.
Efek rokok terhadap pendengaran juga terjadi melalui mekanisme anti oksidatif yang ditimbulkan atau melalui
gangguan suplai darah ke sistem auditori. Banyak penelitian klinis yang membuktikan bahwa merokok berhubungan
signifikan terhadap gangguan pendengaran Istantyo, 2011.
55
Penelitian yang dilakukan oleh Tandiabang dkk 2010 untuk melihat risiko kebiasaan merokok dan terhadap gangguan
fungsi pendengaran pekerja di PT. X Provinsi Sulawesi Selatan menemukan bahwa ada hubungan antara kelompok perokok
dengan gangguan pendengaran. Sedangkan melalui analisis multivariat diketahui bahwa perokok berat paling berisiko
terhadap timbulnya gangguan fungsi pendengaran pekerja di PT. X Provinsi Sulawesi Selatan.
2.2.6 Penggunaan Obat Ototoksik