Hubungan Antara Hobi Terkait Bising Dengan Gangguan Pendengaran

129 Seseorang yang pernah merokok kemungkinan dapat menyimpan residu dari zat-zat toksik di dalam tubuhnya, hal ini memungkinkan adanya bias dalam penelitian. Penelitian yang akan datang sebaiknya memperhatikan hal tersebut. Saran pengendalian yang dapat diberikan kepada perusahaan yaitu dengan memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan terkait bahaya yang ditimbulkan oleh rokok. Upaya penyuluhan merupakan suatu usaha dalam memberikan sikap selamat, sikap konstruktif dan menghilangkan prasangka yang merugikan. Selama ini perusahaan belum memberlakukan larangan merokok di tempat kerja, sehingga perusahaan dapat memberlakukan peraturan mengenai larangan merokok di tempat kerja dan memberikan sanksi tegas pada pekerja yang melanggar larangan tersebut. Dengan demikian, selama 8 jam kerja pekerja akan terbebas dari rokok sehingga diharapkan akan mengurangi konsumsi rokok pekerja.

6.8 Hubungan Antara Hobi Terkait Bising Dengan Gangguan Pendengaran

Hobi atau kebiasaan memberikan kontribusi pada status pendengaran pekerja. Hobi terkait bising atau kebiasaan yang menambah pajanan bising pada pekerja pastinya akan meningkatkan penurunan pendengaran. Selain hobi atau kebiasaan yang menambah pajanan bising, ada beberapa hobi atau kebiasaan lain yang meningkatkan penurunan pendengaran yaitu hobi atau kebiasaan yang mempengarusi fungsional telinga, diantaranya adalah diving atau menyelam. Berdasarkan analisis univariat pada tabel 5.3, dapat diketahui bahwa 52 dari 66 pekerja 78,8 memiliki hobi terkait bising, sedangkan 14 dari 66 130 pekerja 21,2 tidak memiliki hobi terkait bising. Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa hobi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia tahun 2015. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Akbar 2012, yang mendapatkan hasil bahwa ada perbedaan proporsi penurunan pendengaran dengan hobi terkait bising pekerja ada hubungan yang signifikan antara penurunan pendengaran dengan hobi pekerja. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai PR=1.579, artinya pekerja yang memiliki hobi terkait bising mempunyai peluang 1.579 kali lebih besar untuk mengalami penurunan pendengaran. Ketidaksesuaian hasil penelitian ini kemungkinan karena usia pekerja yang relatif masih muda. Sebagian besar pekerja di PT. Dirgantara Indonesia berusia kurang dari 40 tahun yaitu sebanyak 46 pekerja. Usia merupakan faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran. Semakin tua usia maka akan semakin banyak dosis kebisingan yang diterima pekerja baik itu dari pajanan pekerjaan atau pun karena hobi terkait bising. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa hobi terkait bising seperti mendengarkan musik keras-keras, clubbing, karaoke, menyelam, dan menembak dapat mengakibatkan ketulian. Royal National Institute For Deaf People RNID dalam Djunafar 2010, sebuah lembaga kehormatan Inggris yang meneliti masalah ketulian, melakukan survei pada sejumlah klub malam, ternyata klub tersebut memiliki tingkat kebisingan mencapai 120 dB. Dalam 131 Krismadies 2013 disebutkan bahwa puncak bising dari menembak bisa mencapai 140 sampai 160 dB dan level kebisingan bisokop bisa sekitar 100 sampai 110 dB bahkan terkadang lebih tinggi. Melalui kuesioner diketahui bahwa sebagian besar pekerja memiliki hobi terkait dengan bising, diantaranya adalah mendengarkan musik 72,13, menonton di bioskop 11,47, divingmenyelam 6,56, karaoke 4,92, berbelanja 3,21 dan menembak 1,64. Berdasarkan observasi penulis ada kebiasaan pekerja yang kurang baik saat mereka bekerja, yaitu mereka sering sekali mendengarkan musik secara keras melalui alat pemutar musik yang ada di tempat kerja. Hal ini dapat terlihat pada beberapa unit dalam departemen Metal Forming dan Heat Treatment. Dengan kebiasaan tersebut, sebenarnya pekerja telah menambah pajanan kebisingan yang mereka terima. Jika selama ini kebisingan di tempat kerja mampu mencapai 103 dB, kemudian ditambah dengan suara pemutar musik yang harus lebih keras dari kebisingan yang ada di tempat kerja agar terdengar oleh telinga, maka risiko pekerja untuk mengalami gangguan pendengaran akan semakin tinggi. Gangguan pendengaran tak lepas dari faktor-faktor yang dapat memicunya. Tingkat paparan bising Laeq, 8h dalam mendengarkan musik menggunakan headset merupakan faktor penting sebagai pencetus terjadinya gangguan pendengaran Muslim, 2012. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis ditemukan bahwa banyak pekerja yang menggunakan headset untuk mendengarkan musik pada saat bekerja di tempat bising. 132 Terkait dengan tingkat keseringan dalam mendengarkan musik menggunakan headset, dalam penelitian yang dilakukan oleh Vogel 2009, menyatakan bahwa keseringan mendengarkan musik mempunyai keterkaitan erat terhadap prilaku beresiko Risky Behaviors yang dapat memicu terjadinya gangguan pendengaran daripada prilaku protektif Protective Behaviours. Prilaku beresiko yang berpotensial memicu gangguan pendengaran diantaranya adalah mendengarkan musik menggunakan headset dengan volume ¾ dari volume maksimal, menaikkan volume alat pemutar musik setelah mendengarkan dan menggunakan jenis headset tipe earbud. Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melarang pekerja untuk menghidupkan alat pemutar musik di lingkungan kerja, karena hal ini dapat mengganggu proses kerja dan berpengaruh terhadap gangguan pendengaran. Selain itu perusahaan juga dapat memberikan promosi kesehatan pendengaran pada pekerja agar mereka menyadari bahaya dari hobi-hobi yang terkait dengan bising tersebut. 133

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014.

0 10 121

Gambaran Faktor-Faktor Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja di Departemen Metalforming PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2014

1 12 100

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Pendengaran Pada Pekerja di Departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2015

1 18 177

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (NPB) pada Pekerja di PT. Bakrie Metal Industries tahun 2015

3 27 292

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Pabrik Beton PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

1 8 104

Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gangguan Pendengaran Pada Pekerja Penggilingan Padi di Desa Wiradesa Kabupaten Pekalongan Tahun 2011,.

0 0 1

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Pabrik Beton PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 17

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Pabrik Beton PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 2

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Pabrik Beton PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 24

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Pabrik Beton PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 3