113
Saran bagi perusahaan yaitu sebaiknya perusahan mengurangi keterpaparan kebisingan kepada para pekerja yang sudah berusia lebih dari 40
tahun, yakni dengan membatasi waktu kerja mereka di area kebisingan tinggi sehingga tidak melebihi nilai ambang batas yang diizinkan. Sedangkan untuk
mencegah gangguan pendengaran pada bekerja kurang dari 40 tahun, perusahaan dapat memberikan alat pelindung diri yang disertai dengan
pelatihan APT tersebut. Pengendalian lain yang dapat perusahaan lakukan yaiu pengukuran dosis kebisingan secara teratur agar paparan kebisingan yang
diterima pekerja bisa terawasi dengan baik di bawah NAB. Hasil pengukuran tersebut kemudian disajikan dalam bentuk grafik dan dijadikan
media analisis dalam proses evaluasi dan perencanaan penanggulangan tingkat kebisingan.
6.5 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Gangguan Pendengaran
Masa kerja merupakan salah satu faktor yang menentukan derajat penurunan pendengaran. Masa kerja berpengaruh besar terhadap kondisi
temporary threshold shift TTS yang dialami pekerja. Ketika kelompok pekerja yang menderita TTS banyak dengan masa kerja pekerja yang lama
maka akan meningkatkan jumlah gangguan pendengaran pada pekerja. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3, dapat diketahui bahwa 52 dari
66 78,8 responden memiliki masa kerja ≥5 tahun, dan 14 dari 66 21,2
responden memiliki masa kerja 5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah bekerja di tempat yang bising selama lebih
dari sama dengan 5 tahun. Sedangkan berdasarkan analisis bivariat dapat
114
diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan gangguan pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming
dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia tahun 2015 pvalue=0,753. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pratiwi 2012 yang meneliti penerbang TNI AU, dalam penelitiannya didapatkan hubungan yang bermakna antara lama kerja 5 tahun dengan
kejadian NIHL p=0,015, dengan risiko terjadinya NIHL 3,48 kali lebih besar pada penerbang dengan lama kerja 5 tahun dibandingkan dengan penerbang
dengan lama kerja 5 tahun. Berdarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja
memiliki masa kerja yang cukup lama yakni 5 tahun. Pekerja juga cenderung melakukan pekerjaan yang sama dari waktu ke waktu, jarang sekali
perusahaan melakukan mutasi kepada para pekerjanya. Hal ini dikarenakan untuk suatu proses kerja diperlukan keahlian yang mumpuni dari seorang
pekerja sehingga tidak mungkin pekerjaan tersebut dilakukan oleh orang lain yang belum terbiasa. Bahkan pada sebagian besar pekerja telah melakukan
pekerjaan yang sama selama puluhan tahun. Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara masa
kerja dan gangguan pendengaran. Jika dilihat dari variabel usia diketahui bahwa sebagian besar pekerja
berusia ≤40 tahun yaitu sebanyak 46 pekerja 69,7 dari 66 pekerja. Hal ini memungkinkan bahwa tidak adanya
hubungan antara masa kerja dengan gangguan pendengaran disebabkan karena
115
sebagian besar pekerja masih berusia di bawah 40 tahun. Sehingga pekerja tersebut masih memiliki pendengaran yang baik.
Selain karena variabel usia, hubungan yang tidak bermakna antara masa kerja dan gangguan pendengaran mungkin terjadi karena keterbatasan garpu
tala yang digunakan dalam proses pemeriksaan gangguan pendengaran. Garpu tala memiliki sensitifitas yang kurang baik jika dibandingkan dengan tes
audiometrik. Garpu tala tidak dapat mendeteksi penurunan pendengaran kurang dari 30 dB. Pada tes rinne tuli konduktif 30 dB masih dianggap
positif normal. Padahal secara teori penurunan antara 25 dB – 40 dB sudah
termasuk ke dalam derajat ketulian ringan. Pada masa kerja ≥5 tahun dan usia
sekitar 40 tahun lebih kemungkinan penurunan yang terjadi adalah penurunan pendengaran ringan yaitu sekitar 25 dB
– 40 dB. Jadi sebagian pekerja dengan masa kerja ≥5 tahun dan berusia lebih dari 40 tahun yang telah mengalami
gangguan pendengaran ringan tidak terdeteksi menderita gangguan pendengaran Kusumawati, 2012.
Faktor usia merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya gangguan pendengaran, walaupun bukan merupakan faktor yang
terkait langsung dengan kebisingan di tempat kerja. Beberapa perubahan yang terkait dengan pertambahan usia dapat terjadi pada telinga. Membran yang ada
di telinga bagian tengah, termasuk di dalamnya gendang telinga menjadi kurang fleksibel karena bertambahnya usia. Selain itu, tulang-tulang kecil
yang terdapat di telinga bagian tengah juga menjadi lebih kaku dan sel-sel rambut di telinga bagian dalam dimana koklea berada juga mulai mengalami
116
kerusakan. Rusak atau hilangnya sel-sel rambut inilah yang menyebabkan seseorang sulit untuk mendengar suara. Perubahan-perubahan pada telinga
bagian tengah dan dalam inilah yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan sensitifitas pendengaran seiring dengan bertambahnya usia
seseorang Primadona, 2012. Selain itu pada orang dengan usia yang lebih tua ambang reflek akustiknya akan menurun. Reflek akustik berfungsi
memberikan perlindungan terhadap rangsangan bising yang berlebihan. Pada orang tua membutuhkan rangsangan bising yang lebih tinggi untuk
menimbulkan reflek akustik dibanding pada orang yang lebih muda Tantana, 2014.
Menurut Encyclopedia of Occupational Health and Safety, adanya gangguan pendengaran akibat kebisingan akan terlihat pada seseorang yang
sudah bekerja selama lebih dari 3-4 tahun di lingkungan kerja yang bising. Sedangkan menurut Suyono 1995, dengan paparan kebisingan 85 dB A
ada kemungkinan bahwa setelah 5 tahun bekerja, 1 pekerja akan memperlihatkan sedikit gangguan pendengaran.
Soetirto menyatakan bahwa gangguan pendengaran dapat terjadi akibat terpapar kebisingan mikro 60-70 dBA secara terus-menerus dalam waktu
yang cukup lama. Terpapar bising yang intensitasnya 85 dB atau lebih dapat mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran Corti di telinga dalam,
yang sering mengalami kerusakan adalah alat Corti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000 Hertz Hz sampai dengan 6000 Hz dan yang terberat alat
Corti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000 Hz. Banyak hal yang
117
mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising, antara lain intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekuensi tinggi dan lebih lama terpapar
bising Sutopo, 2007. Meskipun variabel masa kerja tidak berhubungan dengan gangguan
pendengaran tetapi pekerja yang memiliki m asa kerja ≥5 tahun lebih banyak
yang mengalami gangguan pendengaran yaitu sebanyak 36 orang pekerja. Sedangkan pekerja yang memiliki masa kerja 5 tahun dan mengalami
gangguan pendengaran sebanyak 9 orang. Berdasarkan hasil tersebut maka diperlukan suatu upaya penanggualangan gangguan pendengaran pada
pekerja. Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan perusahaan untuk pekerja
adalah dengan mereduksi kebisingan yang tinggi baik disebabkan oleh mesin atau alat kerja. Perusahaan juga dapat melakukan pemeliharaan terhadap
mesin secara teratur, karena bahaya kebisingan akan tercipta bahkan menjadi lebih buruk akibatnya kurangnya pemeliharaanperawatan. Kebisingan gerinda
gemertak yang dijadikan tools di departemen Metal Forming dan Heat Treatment juga terjadi karena pelumas yang kurang.
Perusahaan juga dapat memodifikasi alat kerja agar kebisingan yang ditimbulkan alat tersebut tidak melebihi NAB kebisingan, selain itu melalui
pengendalian secara administratif perusahaan bisa melakukan pengaturan jam kerja sehingga dosis kebisingan yang diterima pekerja tidak melebihi nilai
ambang batas yang ditetapkan.
118
6.6 Hubungan Antara Penggunaan Alat Pelindung Telinga Dengan