Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Degradasi Lingkungan (Melalui Degradasi Hutan) Di Sumatera Utara

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

DEGRADASI LINGKUNGAN (MELALUI DEGRADASI

HUTAN) DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

Irwin Nico W. P. Hutapea 060501099

Ekonomi pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

ABSTRACT

Each year the environmental degradation in Indonesia, particularly in view of North Sumatera which is marked by an increase in both forest degradation caused by economic activity and naturally. Based on this, researchers interested in conducting research that related with the above phenomena, entitled "Analysis of Factors Affecting Environmental Degradation (Through a Degradation of Forest) in North Sumatera."

This research aims to look at the situation and environmental degradation and the factors that influence it either directly or indirectly. Variables used in the research, namely the total population, number of industries, agriculture area, plantation area, and economic growth are seen from the GDRP.

This study uses secondary data from the years 2001-2008 using panel data, using cross section data and time series by using analytical tools to process the data, using Eviews 5.1.

The research results showed the total population, number of industries, agriculture area, and the plantation area directly affect economic growth. Total population, number of industries, agricultural area, and the plantation area directly affect the forest degradation. And total population, number of industries, agriculture area, vast estates indirectly influence the degradation of forests through economic growth. In total, the total population, number of industries, agricultural area, and the plantation area affected the degradation of forest through economic growth.

Keywords: forest degradation, population, number of industries, agriculture area, plantation area, economic growth.


(3)

ABSTRAK

Setiap tahunnya terjadi degradasi lingkungan hidup di Indonesia, terkhusus di Sumatera Utara yang ditandai dengan adanya peningkatan degradasi hutan baik yang disebabkan oleh kegiatan ekonomi maupun secara alami. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan fenomena di atas, dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Degradasi Lingkungan (Melalui Degradasi Hutan) di Sumatera Utara”.

Penelitan ini bertujuan untuk melihat keadaan dan degradasi lingkungan hidup serta faktor-faktor yang mempengaruhinya baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitain ini, yaitu jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan, dan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari PDRB.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari tahun 2001-2008 dengan menggunakan metode Panel data, yaitu dengan menggunakan data cross section dan time series dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data, yaitu dengan menggunakan Eviews 5.1.

Hasil peneltian menunjukkan jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan secara langsung berpengaruh terhadap degradasi hutan. Dan jumlah penduduk, jumlah industri, luas laha pertanian, luas lahan perkebunan secara tidak langsung berpengaruh terhadap degradasi hutan melalui pertumbuhan ekonomi. Secara total, jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan berpengaruh terhadap degradasi hutan melalui pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci : degradasi hutan, jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan, pertumbuhan ekonomi.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih karunia serta kemurahan hati-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Degradasi Lingkungan (Melalui Degradasi Hutan) di Sumatera Utara”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada Ayahanda M. Hutapea dan Ibunda tercinta R. Br. Sirait yang selama ini telah banyak memberikan semangat, materi, dan doa yang tak pernah putus yang selalu membimbing penulis dalam setiap langkah. Dan kepada keluarga besar yang banyak memberikan dorongan dan bantuan yang tidak tenilai khususnya kakak dan abang penulis (K’Ola, B’David, K’Ami, K’Anti, Lae H. Sitorus dan Lae S. H. Nahampun), dan kepada semua pihak yang mendukung dalam penyelesaian skripsi ini terutama kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec sebagai ketua Departemen Ekonomi Pembanganan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberi inspirasi, bersedia meluangkan waktu, memberikan masukan dan bimbingan dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

4. Bapak Paidi Hidayat, MS dan Bapak Drs. H.B. Tarmizi, SU selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan petunjuk dan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.


(5)

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Ekonomi terkhusus Departemen Ekonomi Pembangunan atas pengajaran, bimbingan, dan bantuannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Sahabat-sahabat terbaik penulis yang selalu memberikan dorongan semangat kepada penulis serta memberikan arti penting persahabatan, yaitu Shining Grace (Andry, Gopid, Jandri, Alfred, Khaty) dan Valentine “I.C.” (seorang spesial) yang telah menemani dan banyak memberikan dorongan serta semangat buat Penulis. Serta teman-teman Penulis di Naposo Bulung HKBP Lubukpakam.

7. Teman-teman seperjuangan Penulis di Ekonomi Pembangunan Stambuk 2006, terkhusus buat Arisandi, Albert, Andreas, Samuel, Natalin, Derma, Valentina, Adit, Laju, Christin yang telah banyak membantu penulis dan memberikan sumbangan ide.

Dalam berbagai betuk penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, hal ini karena masih kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam pencapaian kesempurnaan skripsi ini pada masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terkira dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Mei 2010 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Hutan ... 9

2.1.1. Pengertian Hutan dan Degradasi Hutan ... 9

2.1.2. Fungsi Hutan ... 10

2.1.3. Jenis-Jenis Hutan ... 11

2.1.4. Penyebab Kerusakan Hutan ... 13

2.2. Penduduk ... 15

2.2.1. Pertumbuhan Penduduk ... 15

2.2.2. Teori Pertumbuhan Penduduk ... 16

2.2.3. Interaksi Kependudukan dan Lingkungan Hidup ... 17

2.3. Industri ... 18

2.3.1. Pengertian Industri ... 18

2.3.2. Klasifikasi Industri ... 19

2.3.3. Hubungan Industri Dengan Lingkungan Hidup ... 24

2.4. Pertanian ... 25

2.4.1. Klasifikasi Sektor Pertanian ... 25

2.4.2. Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian ... 26

2.4.3. Hubungan Pertanian Dengan Pertumbuhan Ekonomi dan Lingkungan Hidup ... 26

2.5. Perkebunan ... 28

2.5.1. Pengertian Perkebunan ... 28

2.5.2. Klasifikasi Perkebunan ... 28

2.5.3. Hubungan Perkebunan Dengan Lingkungan Hidup ... 29

2.6. Teori Pertumbuhan Ekonomi... 30

2.6.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 30

2.6.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 31

2.6.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ... 35 2.6.4. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan


(7)

2.7. Penelitian Sebelumnya ... 37

2.8. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 39

2.8.1. Kerangka Konseptual ... 39

2.8.2. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 41

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 42

3.3. Pengolahan Data ... 42

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.5. Model Analisis Data ... 43

3.6. Metode Analisis Data Panel ... 45

3.6.1. Pendekatan Pooled Least Square (PLS) ... 46

3.6.2. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM) ... 46

3.6.3. Pendekatan Random Effect Model (REM) ... 47

3.7. Pendapat Pakar Pemilihan Model (FEM atau REM) ... 47

3.8. Analisis Jalur (Path Analysis) ... 48

3.8.1. Direct Effect/Pengaruh Secara Langsung ... 48

3.8.2. Indirect Effect/Pengaruh Secara Tidak Langsung ... 49

3.8.3 Total Effect/Pengaruh Total ... 50

3.9. Test of Goodness Fit (Uji Kesesuaian) ... 51

3.9.1. Koefisien Determinasi (R-Square) ... 51

3.9.2. Uji t-statistik ... 52

3.9.3. Uji F-statistik (Uji Serempak) ... 52

3.10. Definisi Operasional... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskriptif Daerah Penelitian ... 56

4.2. Analisis Hasil Penelitian ... 75

4.2.1. Pendapat Pakar Pemilihan Model (FEM atau REM) .. 75

4.2.2. Model Persamaan I ... 75

4.2.3 Model Persamaan II... 77

4.2.4. Model Persamaan III ... 79

4.2.5 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)... 87

4.2.5.1. Koefisien Determinasi (R-Square) ... 87

4.2.5.2. Uji t-statistik ... 88

4.2.5.3. Uji F-statistik (Uji Serempak) ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 110

5.2. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No. Table Judul Halaman

2. : Penggolongan Industri Menurut ISIC 23 4.1. : Daftar Kabupaten/Kota Sumatera Utara 58 4.2 : Perkembangan Luas Hutan 18 Kabupaten

di Sumatera Utara 2001-2008 (Ha) 60 4.3. : Perkembangan Jumlah Penduduk 18 Kabupaten

Di Sumatera Utara 2001-2008 (Jiwa) 62 4.4. : Jumlah Industri Besar dan Sedang 18 Kabupaten

di Sumatera Utara 2001-2008 (Unit) 64 4.5. : Luas Lahan Panen Padi Sawah dan Ladang

18 Kabupaten di Sumatera Utara 2001-2008

(Ha) 65

4.6. : Perkembangan Luas Tanaman Perkebunan Rakyat 18 Kabupaten di Sumatera Utara

2001-2008 (Ha) 68

4.7. : Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha Atas Dasar

Harga Konstan 2000 (milyar rupiah) 70 4.8. : Perkembangan Produk Domestik Regional

Bruto Sumatera Utara menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku (milyar rupiah) 71 4.9. : Hasil Estimasi Model Persamaan I REM 72 4.10. : Hasil Estimasi Model Persamaan II REM 74 4.11. : Hasil Estimasi Model Persamaan III REM 76


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2. : Kerangka Konseptual Penelitian 38 3.1. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik 51

3.2. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji F-statistik 53

4.1. : Indirect Effect Model Persamaan III 79 4.2. : Total Effect Model Persamaan III 82 4.3. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X1 Model Persamaan I 86

4.4. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X2 Model Persamaan I 88

4.5. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X3 Model Persamaan I 89

4.6. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X4 Model Persamaan I 90

4.7. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X1 Model Persamaan II 92

4.8. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X2 Model Persamaan II 93

4.9. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X3 Model Persamaan II 94

4.10. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X4 Model Persamaan II 95

4.11. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X1 Model Persamaan III 97

4.12. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X2 Model Persamaan III 98

4.13. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X3 Model Persamaan III 99

4.14. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X4 Model Persamaan III 101

4.15. : Kurva Pengambilan Keputusan


(10)

4.16. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji F-statistik Model Persamaan I 103 4.17. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji F-statistik Model Persamaan II 104 4.18. : Kurva Pengambilan Keputusan


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

1 Hasil Regresi Model Persamaan I REM 2 Hasil Regresi Model Persamaan II REM 3 Hasil Regresi Model Persamaan III REM

4 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 18 Kabupaten di Sumatera Utara 2001-2008 (milyar rupiah)


(12)

ABSTRACT

Each year the environmental degradation in Indonesia, particularly in view of North Sumatera which is marked by an increase in both forest degradation caused by economic activity and naturally. Based on this, researchers interested in conducting research that related with the above phenomena, entitled "Analysis of Factors Affecting Environmental Degradation (Through a Degradation of Forest) in North Sumatera."

This research aims to look at the situation and environmental degradation and the factors that influence it either directly or indirectly. Variables used in the research, namely the total population, number of industries, agriculture area, plantation area, and economic growth are seen from the GDRP.

This study uses secondary data from the years 2001-2008 using panel data, using cross section data and time series by using analytical tools to process the data, using Eviews 5.1.

The research results showed the total population, number of industries, agriculture area, and the plantation area directly affect economic growth. Total population, number of industries, agricultural area, and the plantation area directly affect the forest degradation. And total population, number of industries, agriculture area, vast estates indirectly influence the degradation of forests through economic growth. In total, the total population, number of industries, agricultural area, and the plantation area affected the degradation of forest through economic growth.

Keywords: forest degradation, population, number of industries, agriculture area, plantation area, economic growth.


(13)

ABSTRAK

Setiap tahunnya terjadi degradasi lingkungan hidup di Indonesia, terkhusus di Sumatera Utara yang ditandai dengan adanya peningkatan degradasi hutan baik yang disebabkan oleh kegiatan ekonomi maupun secara alami. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan fenomena di atas, dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Degradasi Lingkungan (Melalui Degradasi Hutan) di Sumatera Utara”.

Penelitan ini bertujuan untuk melihat keadaan dan degradasi lingkungan hidup serta faktor-faktor yang mempengaruhinya baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitain ini, yaitu jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan, dan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari PDRB.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari tahun 2001-2008 dengan menggunakan metode Panel data, yaitu dengan menggunakan data cross section dan time series dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data, yaitu dengan menggunakan Eviews 5.1.

Hasil peneltian menunjukkan jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan secara langsung berpengaruh terhadap degradasi hutan. Dan jumlah penduduk, jumlah industri, luas laha pertanian, luas lahan perkebunan secara tidak langsung berpengaruh terhadap degradasi hutan melalui pertumbuhan ekonomi. Secara total, jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan berpengaruh terhadap degradasi hutan melalui pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci : degradasi hutan, jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan, pertumbuhan ekonomi.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumber daya alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya yang termasuk ke dalam sumber daya terbarukan dan tidak terbarukan. Namun demikian, harus kita sadari bahwa sumber daya tersebut memiliki keterbatasan di dalam banyak hal, baik itu dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Dari segi kualitas, manusia dan sumber daya alam lingkungan memiliki kaitan yang erat. Ada kalanya, keadaan lingkungan menentukan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, ada pula aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi keadaan kualitas lingkungan.

Manusia menginginkan kondisi lingkungan yang bersih guna mendukung aktivitasnya sehari-hari. Namun tanpa disadari secara langsung, pada kenyataannya manusia tersebutlah yang telah merusak lingkungan dengan berbagai macam kegiatannya yang berdampak negatif sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan (degradasi) kualitas lingkungan. Banyak contoh kasus kerusakan dan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran tanah serta kerusakan hutan yang kesemuanya tidak terlepas dari aktivitas manusia yang pada akhirnya merugikan manusia itu sendiri. Padahal lingkungan alam merupakan tempat bagi organisme hidup beserta dengan segala keadaan dan kondisinya untuk menunjang kehidupan manusia itu sendiri di bumi yang menjadi tempat tinggalnya. Kondisi


(15)

tersebutlah yang menjadi salah satu permasalahan hidup yang kita alami sekarang, yaitu kerusakan atau penurunan (degradasi) kualitas lingkungan.

Kerusakan atau degradasi lingkungan adalah penurunan baik secara kuantitas maupun kualitas kondisi lingkungan. Hampir semua degradasi atau kerusakan lingkungan hidup dunia yang terjadi sekarang ini terutama sekali diakibatkan oleh dua kelompok manusia. Yang pertama adalah orang-orang paling kaya, sedangkan yang kedua adalah orang-orang yang paling miskin (Nafis Sadik, 1991).

Degradasi lingkungan salah satunya dapat dilihat dari kerusakan atau penyusutan luas areal hutan. Banyaknya alih fungsi hutan menjadi areal industri dan pengggunaan lainnya adalah penyebab terjadinya degradasi lingkungan. Jika kita cermati, hutan adalah salah satu parameter yang mampu menstabilkan kondisi bumi kita. Hutan juga merupakan sumber daya alam yang berperan dalam menjaga, mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan air dan kesuburan tanah yang menjadi urat nadi dari kehidupan manusia. Sumatera Utara termasuk provinsi yang memiliki kawasan hutan yang cukup luas di Indonesia.

Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 44/Menhut-II/2005 tanggal 16 Februari 2005, luas kawasan hutan Sumatera Utara adalah 3.710.003,57 hektar. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan tingkat kebutuhan akan hasil hutan seperti kayu yang semakin meningkat, mendorong masyarakat baik secara individu maupun kelompok melakukan eksploitasi hasil hutan dengan tidak memperhatikan kelestariaannya. Eksploitasi hasil hutan tersebut biasanya dilakukan secara ilegal seperti melakukan pembalakan liar, perambahan dan pencurian yang mengakibatkan kerusakan hutan menjadi tidak terkendali.


(16)

Akibatnya, kerusakan hutan atau lingkungan yang tidak terkendali tersebut mengakibatkan degradasi hutan semakin meningkat, lahan kritis semakin bertambah, dan sering terjadi bencana alam seperti banjir, tanah longsor yang menelan korban, harta dan jiwa yang tidak sedikit, terjadinya kebakaran dan kekeringan, dan lain sebagainya. Hal ini merupakan tantangan bagi semua pihak untuk mencari akar permasalahan dan solusi pemecahannya. Pembalakan liar, pembukaan lahan pertanian dan perkebunan, pembukaan pemukiman baru, transmigrasi, dan pemberlakuan izin HPH dan lain sebagainya, disinyalir merupakan penyebab rusaknya kawasan hutan dan meningkatkan degradasi luas hutan di Sumatera Utara.

Saat ini, pemerintah Indonesia khususnya Pemerintah Propinsi Sumatera Utara sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat Sumatera Utara. Pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah Sumatera Utara banyak menggunakan lahan hutan sebagai tempat dilaksanakannya pembangunan tersebut sehingga mengakibatkan terjadinya degradasi luas hutan yang cukup tinggi setiap tahunnya di Sumatera Utara. Pertumbuhan penduduk juga mengakibatkan terjadinya kerusakan dan degradasi luas kawasan hutan di Sumatera Utara. Pada tahun 1990 jumlah penduduk di Sumatera Utara adalah 9.764.990 jiwa, pada tahun 2001 jumlah penduduk meningkat menjadi 11.722.397 jiwa dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 13.042.317 jiwa. Pertambahan penduduk yang cukup pesat ini seiring mengakibatkan bertambahnya juga angka kemiskinan. Hal ini mengakibatkan terjadinya degradasi luas kawasan hutan di Sumatera Utara,


(17)

dikarenakan semakin dibutuhkannya kawasan untuk pemukiman penduduk yang semakin bertambahn banyak.

Sektor industri yang dilihat dari peningkatan jumlah industri juga mengalami peningkatan di mana pada tahun 1990 banyaknya jumlah industri besar dan sedang yang ada di Sumatera Utara adalah 963 unit, pada tahun 2001 sebanyak 959 unit, dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 1.144 unit. Keberadaan industri memberikan pengaruh yang besar terhadap penurunan atau degradasi kualitas lingkungan hidup yang dapat dilihat dari kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat limbah yang dihasilkan oleh industri, selain itu juga dapat mengakibatkan degradasi luas lahan hutan akibat lahan hutan yang digunakan untuk pembangunan industri.

Pada saat ini, Kementrian Lingkungan Hidup sedang melakukan evaluasi kinerja 35 perusahaan di Sumatera Utara. Evaluasi tersebut difokuskan pada perusahaan-perusahaan yang pada tahun 2009 dinyatakan berbendera hitam dalam daftar program peringkat kinerja persuahaan dalam mengelola lingkungan. Terdapat empat kriteria bendera, yaitu perusahaan berbendera hijau adalah perusahaan yang kewajibannya terhadap lingkungan sudah melampaui dari persyaratan yang sudah ditetapkan oleh undang-undang dan peraturan pemerintah, perusahaan berbendera biru yang kewajibannya sudah memenuhi standar, berbendera merah yang kewajibannya belum memenuhi standar, dan perusahaan berbendera hitam yang sama sekali belum memenuhi standar. Jadi sangat diharapkan bagi perusahaan agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap pengelolaan lingkungan, atau jika tidak akan dikenakan sanksi oleh pemerintah sampai kepada pencabutan izin (Harian Medan Bisnis, 31 Mei 2010).


(18)

Sektor pertanian dan subsektor perkebunan juga dapat menjadi faktor yang mengakibatkan semakin bertambahnya degradasi lingkungan yang dilihat dari luas hutan. Sektor pertanian dan subsektor perkebunan di Sumatera Utara yang semakin meningkat mendorong agar semakin ditingkatkan terus sehingga akan mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Untuk mancapai hal tersebut maka semakin diperlukan pembukaan lahan baru untuk untuk sektor pertanian dan subsektor perkebunan tersebut. Pada tahun 2001, luas lahan pertanian yang diukur melalui luas panen produksi padi sawah dan ladang adalah seluas 804.194 Ha dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan. Sedangkan lahan untuk subsektor perkebunan yang diukur melalui luas perkebunan rakyat, pada tahun 2001 seluas 807.560 Ha dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan. Kondisi yang terjadi tersebut memerlukan perhatian khusus dari pemerintah daerah dan juga dukungan dari seluruh masyarakat Sumatera Utara.

Dalam hal ini pemerintah berupaya untuk mengurangi tingkat kerusakan hutan dan berusaha melakukan pelestarian keberadaan hutan dengan melakuka n pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah lingkungan diperhatikan sejak mulai pembangunan itu direncanakan sampai pada waktu proses pembangunan itu dilaksanakan. Dengan pembangunan berwawasan lingkungan maka pembangunan itu dapat dikatakan pembangunan yang berkelanjutan. Dalam laporan Komisi Sedunia tentang Lingkungan dan Pembangunan (WCED, 1987), pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai “pembangunan yang mengusahakan dipenuhinya kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka.”


(19)

Suatu proses pembangunan baru bisa dikatakan berkesinambungan apabila stok modal total tetap atau meningkat dari waktu ke waktu. Hal penting yang terkandung secara implisit di dalam pernyataan tersebut adalah kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi di masa mendatang dan kualitas kehidupan manusia secara keseluruhan sangat ditentukan oleh kualitas lingkungan hidup yang ada pada saat ini. Dalam menjalankan pembangunan yang berkelanjutan maka diperlukan modal guna mendukung terlaksananya pembangunan tersebut tetapi dengan tetap memperhatikan kualitas lingkungan hidup. Adapun yang menjadi modal pembangunan tersebut adalah ilmu pengetahuan dan teknologi, pabrik dan prasarana pembangunan serta sumber daya alam baik yang bersifat terbarukan dan tidak terbarukan. Pemerintah dalam hal ini telah memberikan anggaran lingkungan, namun hal ini tetap tidak bisa memperbaiki lingkungan yang telah rusak ataupun tercemar dan habis. Kondisi ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dari para pengusaha dan juga masyarakat akan pentingnya lingkungan hidup khusunya keberadaan hutan.

Akibat dari pembangunan yang masih belum memperhatikan lingkungan dan sumber daya alamnya serta keberadaan hutan yang semakin sempit menyebabkan banyaknya bencana alam yang terjadi dan semakin tingginya polusi atau pencemaran, baik itu pencemaran air, udara, tanah, dan suara.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian melalui penulisan skripsi dengan mengangkat judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Degradasi Lingkungan (Melalui Degradasi Hutan) di Sumatera Utara”.


(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Apakah jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi?

2. Apakah jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan secara langsung berpengaruh terhadap degradasi hutan? 3. Apakah jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas

lahan perkebunan secara tidak langsung berpengaruh terhadap degradasi hutan melalui pertumbuhan ekonomi?

4. Bagaimana pengaruh direct effect, indirect effect, dan total effect variabel jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan terhadap degradasi hutan melalui pertumbuhan ekonomi?

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan terhadap degradasi hutan di Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan, dan pertumbuhan ekonomi terhadap degradasi hutan di Sumatera Utara.


(21)

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, terutama bagi mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai masukan bagi kalangan akademisi dan peneliti yang tertarik membahas kondisi lingkungan hidup.

3. Sebagai tambahan referensi dan informasi bagi peneliti lain yang mengambil bahan yang sama di masa mendatang.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Hutan

2.1.1. Pengertian Hutan dan Degradasi Hutan

Hutan dapat didefinisikan sebagai asosiasi masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang didominasi oleh pohon-pohonan dengan luasan tertentu sehingga dapat membentuk iklim mikro dan kondisi ekologi tertentu.

Berdasarkan UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, mendefinisikan hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati dan didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.

Dari definisi hutan diatas, terdapat unsur-unsur yang meliputinya yaitu: 1. Suatu kesatuan ekosistem.

2. Berupa hamparan lahan.

3. Berisi sumber daya alam hayati beserta alam lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan yang satu dengan yang lainnya.

4. Mampu memberi manfaat secara lestari.

Pengertian degradasi hutan memiliki arti yang berbeda dan bervariasi tergantung pada suatu kelompok masyarakat. Sebagian mengatakan bahwa hutan yang terdegradasi adalah hutan yang telah mengalami kerusakan sampai pada suatu point/titik dimana penebangan kayu maupun non kayu pada periode yang akan datang menjadi tertunda atau terhambat semuanya. Sedangakan sebagian


(23)

lainnya mendefinisikan hutan yang terdegradasi sebagai suatu keadaan di mana fungsi ekologis, ekonomis dan sosial hutan tidak terpenuhi.

Hutan merupakan sumber daya biologis yang terpenting di atas bumi dengan sifat-sifat sebagai berikut :

• Hutan merupakan tipe tumbuhan yang terluas distribusinya dan mempunyai produktivitas yang tertinggi dengan luas areal sekitar 22% dari luas daratan di bola bumi ini, walaupun ada kecenderungan untuk semakin berkurang.

• Hutan mencakup kehidupan seperti tumbuhan dan hewan, serta bukan kehidupan seperti sinar, air, panas, tanah, dan sebagainya yang bersama-sama membentuk struktur biologis dan fungsi kehidupan.

• Regenerasi hutan sangat cepat dan kuat dibanding dengan sumber daya alam lainnya. Permudaan hutan dapat secara alami maupun dengan campur tangan manusia.

• Hutan disamping menyediakan bahan mentah bagi industri dan bangunan, juga melindungi dan memperbaiki lingkungan dan ekologi.

2.1.2. Fungsi Hutan

Sebagaimana kita ketahui hutan mempunyai fungsi yang beraneka ragam antara lain sebagai penghasil kayu dan hasil-hasil hutan yang lain serta sebagai pelindung lingkungan yang berfungsi mengatur tata air, melindungi kesuburan tanah, mencegah erosi dan lain-lain. Prinsip kelestarian yang terkenal dengan konsep maximum sustainable telah lama dikenal dalam bidang pengelolaan sumber daya hutan. Secara lebih rinci, fungsi hutan adalah sebagai berikut :


(24)

• Mengatur tata air, mencegah dan membatasi air, erosi serta memelihara kesuburan tanah.

• Menyediakan hasil hutan untuk keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk keperluan pembangunan industri dan ekspor sehingga menunjang pembangunan ekonomi nasional pada umumnya.

• Melindungi suasana iklim dan memberi daya pengaruh yang baik.

• Memberikan keindahan alam pada umumnya dan khususnya dalam bentuk cagar alam, suaka margasatwa, taman perburuan dan taman wisata, seta sebagai laboratorium untuk ilmu pengatahuan, pendidikan dan pariwisata.

2.1.3. Jenis-Jenis Hutan

Berdasarkan fungsinya, hutan dapat digolongkan menjadi beberapa macam:

• Hutan lindung adalah kawasan hutan yang karena sifat-sifat alamnya diperuntukkan guna pengaturan tata air dan pencegahan bencanan banjir dan erosi, serta untuk pemeliharaan kesuburan tanah.

• Hutan produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan guna memproduksi hasil hutan untuk keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk pembangunan, industri dan ekspor. Hutan produksi dapat dibagi lagi menjadi:

1. Hutan produksi dengan penebangan terbatas, yaitu hutan produksi yang hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang pilih; dan

2. Hutan produksi dengan cara penebangan bebas yang diartikan sebagai hutan produksi yang dapat dieksploitasi dengan cara tebang pilih


(25)

maupun dengan cara tebang habis disertai dengan pembibitan alam atau dengan pembibitan buatan.

• Hutan suaka alam adalah kawasan hutan yang karena sifatnya yang khas diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati lainnya antara lain dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu :

1. Hutan suaka alam yang berhubungan dengan keadaan alamnya yang khas, termasuk alam hewani dan alam nabati yang perlu dilindungi untuk keperluan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang selanjutnya disebut cagar alam; dan

2. Hutan suaka alam yang ditetapkan sebagai suatu tempat hidup margasatwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu pengetahuandan kebudayaan serta merupakan kekayaan dan kebanggaan nasional yang kemudian disebut suaka margasatwa.

• Hutan wisata adalah kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus untuk dibina dan dipelihara guna kepentingan pariwisata atau perburuan, yaitu:

1. Hutan wisata yang memiliki keindahan alam baik keindahan nabati, keindahan hewani, maupun keindahan alamnya sendiri memiliki corak yang khas untuk dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan kebudayaan. Hutan seperti ini disebut sebagai taman wisata.

2. Hutan wisata yang didalamnya terdapat satwa buru yang memungkinkan diselenggarakannya perburuan yang teratur bagi kepentingan rekreasi, yang selanjutnya disebut taman buru.


(26)

2.1.4. Penyebab Kerusakan Hutan Kerusakan hutan terutama disebabkan : 1. Sistem perladangan berpindah

Sistem ini dilakukan oleh penduduk yang tinggal dikawasan atau dipinggir hutan. Pertanian dilakukan dengan cara yang masih sangat sederhana, yaitu dengan cara menebang pohon lalu dikeringkan dan kemudian dibakar. Selanjutnya tanah yang merupakan lahan pertanian tidak diolah, melainkan langsung ditanami. Lahan pertanian ini dimanfaatkan hanya dalam jangka waktu 3-4 tahun. Jika sudah tidak diolah lagi sebagai lahan pertanian, maka akan ditinggalkan. Pada dasarnya sistem perladangan berpindah tidak berdampak negatif terhadap lingkungan karena luas lahan yang dibuka relatif sempit, yaitu berkisar 2-3 hektar. Akan tetapi, karena penduduk bertambah terus dan teknologi sudah mulai berkembang, maka degradasi luas hutan Sumatera Utara semakin tinggi dan bertambah parah kondisinya.

2. Perambahan Hutan

Perambahan hutan adalah pemanfaatan kawasan hutan secara ilegal oleh masyarakat untuk digunakan sebagai lahan usaha pertanian dan pemukiman. Masyarakat yang merambah hutan disebut sebagai peramabah hutan. Perambah hutan tidak selalu bermukim di areal hutan yang dirambah, tetapi ada yang tinggak di luar kawasan hutan. Pada umumnya perambahan hutan dilakukan oleh penduduk karena jumlah penduduk yang semakin bertambah namun jumlah lahan tetap, sehingga banyak penduduk yang tidak memiliki lahan.


(27)

Hak Pengusahaan Hutan atau disingkat HPH adalah izin yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk kegiatan tebang pilih di hutan alam selama periode tertentu, pada umumnya 20 tahun dan diperbaharui untuk satu periode selanjutnya, pada umumnya 20 tahun lagi. Pemberian izin HPH ini memberikan kontribusi positif dalam hal penerimaan negara namun di sisi lain izin HPH juga meninggalkan satu permasalahan baru, yaitu keruakan hutan, persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang mengatur pengusahaan hutan tidak dilaksanakan sehingga kayu hutan dibabat habis. Kerusakan hutan terkait dengan pengusahaan hutan ini antara lain disebabkan karena kurangnya pengawasan, mentalitas dan integritas pengawasan yang buruk, pengusaha kurang bertanggung jawab dan sikap pengusaha yang tidak peduli pada lingkungan.

4. Bencana Alam

Kerusakan hutan akibat bencana alam relatif kecil, kecuali jika terjadi kebakaran hutan karena petir, namun hal ini jarang terjadi. Penyebab kebakaran hutan yang banyak terjadi adalah oleh ulah manusia. Bencana alam lainnya seperti longsor dan badai biasanya tidak menyebabkan kerusakan hutan yang berarti karena terjadi pada perluasan yang terbatas (sempit) (Eddy:2003:78). Kerusakan hutan dan penyusutan luas lahan hutan di Sumatera Utara setiap tahunnya sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan penduduk dan kegiatan pembangunan yang terjadi di berbagai wilayah atau daerah di Sumatera Utara. karena jumlah penduduk yang terus bertambah, degradasi hutan pun terus meningkat. Di samping itu dengan pembangunan yang terjadi benyak kegiatan yang merambah hutan, pembalakan dan pertambangan. Sebenarnya pembalakan dan perladangan tradisional yang dikelola dengan baik tidak perlu memusnahkan


(28)

hutan. Sayangnya banyak kegiatan itu tidak dikelola dengan baik sehingga menyebabkan kerusakan dan meningkatkan laju degradasi hutan.

2.2. Penduduk

2.2.1. Pertumbuhan penduduk

Pertumbuhan penduduk Sumatera Utara yang pesat dipastikan akan menimbulkan berbagai masalah lingkungan hidup terutama masalahnya terhadap tingkat degradasi hutan yang tinggi. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali menimbulkan masalah dalam penyediaan lahan untuk pemukiman dan untuk usaha, fasilitas pelayanan sosial (pendidikan, rumah ibadah, kesehatan, air bersih, dan transportasi), serta masalah sosial ekonomi dan masalah sosial budaya lainnya. Tingkat pertumbuhan penduduk di Sumatera Utara yang tinggi menyebabkan kebutuhan akan lahan semakin meningkat.

Lahan yang tersedia tidak akan mampu menampung pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat dikarenakan luas lahan tidak bertambah. Akibat dati pertumbuhan penduduk yang tinggi ini, maka manusia yang semakin bertambah jumlahnya untuk setiap tahunnya menggunakan lahan hutan yang tersedia untuk pemukiman dan usaha tani dan untuk keperluan lainnya. Pertumbuhan penduduk yang tinggi di Sumatera Utara menyebabkan banyak terjadi pengrusakan secara besar-besaran terhadap lahan hutan dan terhadap hasil-hasil hutan. Hal ini menyebabkan terjadinya degradasi luas hutah yang tinggi.


(29)

2.2.2. Teori pertumbuhan penduduk 2.2.2.1. Teori Malthus

Pelopor dalam pembahasan masalah penduduk secara lebih mendalam dan dianggap sebagai ilmu pengetahuan kependudukan atau demografi adalah Thomas Robert Malthus (1766-1834) yang datang pada abad ke 18. Ia menulis sebuah karangan berjudul “An Essay On The Principal of Population, as Its Efects The Future Improvement of Society”. Menurut Malthus, sebab utama timbulnya kemiskinan dan kemelaratan bukan semata-mata karena organisasi masyarakat yang salah tetapi karena adanya ketidakselarasan yang selalu ada antara jumlah penduduk dan kebutuhan hidup yang tersedia. Pendapat ini dibuat berdasarkan dua gagasan utama, yaitu :

1. Manusia selalu memerlukan sandang dan pangan untuk kebutuhan hidup. 2. Nafsu seksual antara dua jenis kelamin akan selalu ada dan tidak akan

berubah sifatnya.

Kekuatan penduduk untuk bertambah adalah lebih besar daripada kesanggupan bumi untuk menyediakan atau menghasilkan kebutuhan hidup.

Malthus menggambarkan bahwa jumlah penduduk akan bertambah menurut deret ukur (1,2,4,8,16,....dst), sedangkan kebutuhan hidup terutama bahan makanan akan mengikuti deret hitung (1,2,3,4,5,...,dst). Apabila perkembangan seperti ini berjalan terus maka lama kelamaan akan terjadi suatu ketimpangan yang akan sangat menyolok antara jumlah penduduk dengan kebutuhan hidup/pangan yang dapat dihasilkan sehingga keadaaan ini dapat menimbulkan bencana yang hebat. Ketidakseimbangan pertumbuhan penduduk dengan pertambahan produksi pangan sangat mempengaruhi lingkungan hidupdan lahan


(30)

hutan yang tersedia, di mana lingkungan hidup dan kekayaan hutan diperas dan dikuras untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sebagai akibatnya lingkungan hidup semakin berkurang kemampuan atau produktivitasnya. Apabila keadaan ini berjalan terus-menerus maka tentu saja akan merugikan daerah itu sendiri dan secara tidak langsung juga mempengaruhi keadaan lingkungan yang lebih luas lagi (Lubis dikutip dari Ritonga : 2003 ; 28).

2.2.2. Interaksi Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Penduduk dan lingkungan hidup berkaitan erat. Keprihatinan tentang masalah kependudukan di Sumatera Utara sebetulnya telah lama dirasakan. Sekarang keprihatinan itu telah meningkat kembali setelah kita sendiri menjadi lebih sadar tentang berbagai dampak pertumbuhan penduduk yang tak terkendalikan di daerah kita. Bersamaan dengan meningkatnya kesadaran lingkungan hidup, telah meningkat pula kesadaran tentang kaitan antara lingkungan dengan asprk kependudukan. Untuk menangggapi masalah kerusakan lingkungan hidup, termasuk masalah degradasi hutan, pola hidup penduduk harus berubah sehingga tumbuh masyarakat yang mampu menopang suatu pembangunan yang dapat memperbaiki mutu kehidupan manusia dengan tetap berusaha tidak melampaui kemampuan ekosistem yang mendukung kehidupannya. Untuk menumbuhkan masyarakat yang seperti itu, perlu dikembangkan prinsip etika (prinsip pertama dati prinsip-prinsip berkelanjutan). Adapun prinsip-prinsip berkelanjutan, yaitu :

1. Prinsip meningkatkan kualitas hidup. Pembangunan ini baru berarti jika meningkatkan kualitas hidup dalam segala seginya.


(31)

2. Prinsip melestarikan vitalitas dan keanekaragaman bumi agar pembangunan bisa berlanjut.

3. Prinsip minimalisasi penciutan sumber daya alam yang tidak diperbarui. 4. Prinsip mengindahkan daya dukung lingkungan.

Pertumbuhan peduduk dunia yang cukup tinggi (dua persen pertahun), sampai demikian jauh telah memberikan dampak negatif kepada alam sekitar. Jelas kiranya pertumbuhan yang bertambah itu menurut jumlah kebutuhan hidup yang terus meningkat, padahal bumi kita sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan perlu dicetak sawah, ladang baru dengan membuka lahan (Lubis, dikutip dari Ritonga : 2003 ; 98)

2.3. Industri

2.3.1. Pengertian Industri

Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang sangat penting. Melalui kegiatan industri akan dihasilkan berbagai kebutuhan manusia, mulai dari alat-alat sederhana sampai peralatan modern. Dengan demikian, pada dasarnya kegiatan industri lahir untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pada awalnya kegiatan industri masih sangat sederhana dan terbatas, yaitu hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan lingkup yang terbatas, namun seiring berjalannya waktu kegiatan industri semakin berkembang bahkan berkembang pesat.

Pengertian industri dalam istilah ekonomi dapat dibedakan berdasarkan lingkup sempit dan luas. Dalam pengertian secara sempit, industri hanyalah mencakup industri pengolahan, yaitu suatu kegiatan ekonomi yang melakukan


(32)

kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau menjadi barang jadi, kemudian barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya dan sifatnya lebih kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah perusahaan yang melakukan kegiatan jasa industri dan pekerja praktisan (assembling). Sedangkan dalam arti luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan bidang ekonomi yang bersifar produktif. ( BPS tahun 2005).

Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1984, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi atau barang jadi dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk rancang bangunan dengan rekayasa industri.

Dikemukakan Dumairy (1996), industri mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan perusahaan-perusahaan kertas. Kedua, industri adalah sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau setengah jadi.

Menurut G. Kartasapoetra (1997), yang dimaksud dengan industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, dan bahan setengah jadi menjadi barang yang nilainya lebih tinggi.

2.3.2. Klasifikasi Industri

Jumlah dan kemajemukan jenis industri berbeda antara yang satu dengan daerah yang lainnya. Kemajemukan jumlah dan jenis tersebut sangat ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah ketersediaan bahan mentah, jumlah tenaga kerja, pangsa pasar, jenis teknologi yang dipakai serta ketersediaan tenaga kerja.


(33)

Perkembangan ekonomi masing-masing daerah tentu saja akan turut mewarnai kemajemukan yang dimaksud diatas.

Industri dapat diklasifikasikan dalam tipe-tipe tertentu berdasarkan SK Menteri Perindustrian No. 19/M/1986 :

A. Menurut lokasinya, industri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Industri Perkotaan, merupakan industri yang terletak dalam jarak yang dekat dengan daerah metropolitan atau kota besar. Sehingga dengan adanya kepadatan penduduk yang cukup tinggi di kota metropolitan atau kota besar dapat dimanfaatkan sebagai sumber tenaga kerja bagi industri tersebut.

2. Industri semi perkotaan, merupakan industri yang terletak di ibukota kabupaten, jadi diantara daerah perkotaan dan kecamatan.

3. Industri pedesaan, merupakan kawasan industri yang terletak di ibukota kecamatan yang penduduknya dapat dikatakan cukup besar.

B. Fungsi atau aktivitas di dalamnya

Menurut fungsinya, indutri dapat dikelompokkan dengan mengingat kegiatan yang dilakukan industri yang menggunakan kawasan tersebut menurut fungsinya, industri dapat dikelompokkan atas :

1. Industri majemuk, yakni industri yang melakukan berbagai macam kegiatan industri.

2. Industri permodalan, yaitu industri atau perusahaan yang umumnya kecil-kecil yang keseluruhannya merupakan pendukung dari perusahaan-perusahaan besar tertentu.


(34)

3. Industri khusus, yaitu perusahaan yang bergerak dalam satu kegiatan yang sejenis atau menghasilkan produk yang sama.

C. Golongan/macam industri berdasarkan jumlah modal :

1. Industri padat modal, yaitu industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya. 2. Industri padat karya, yaitu industri yang lebih dititikberatkan pada

sejumlah tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.

D. Jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja :

1. Industri rumah tangga, yaitu industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.

2. Industri kecil, yaitu industri yang jumlah karyawan /tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.

3. Industri sedang atau menengah, yaitu indstri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 20—99 orang.

4. Industri besar, yaitu industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja antara 100 orang atau lebih.

E. Jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan :

1. Industri primer, yaitu industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu. Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan sebagainya.


(35)

2. Industri sekunder, yaitu industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali. Contohnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektornik, dan sebagainya.

3. Industri tersier, industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa. Contohnya seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnnya.

Pengelompokan lain kegiatan industri dibuat berdasarakan jenis komoditi utama yang dihasilkan oleh masing-masing perusahaan. Disini secara garis besar kegiatan industri dikelompokkan menjadi :

a. Industri makanan, minuman dan tembakau b. Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit

c. Industri kayu dan barang dari kayu termasuk alat-alat rumah tangga d. Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan e. Industri kimia dan bahan-bahan dari kimia, minyak bumi, batu bara, karet

dan plastik

f. Industri barang galian bukan logam kecuali minyak bumi, batu bara dan logam

g. Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya h. Industri pengolahan lainnya

Industri dapat digolongkan berdasarkan beberap sudut tinjauan atau beberapa pendekatan. Di Indonesia, industri digolongkan berdasarkan kelompok komoditas, skala usaha dan berdasarkan arus produknya. Penggolongan yang paling universal adalah berdasarkan International Standard of Industrial Classification (ISIC), yaitu berdasarkan pendekatan kelompok komoditas.


(36)

Tabel 2.

Penggolongan industri menurut ISIC

Kode

Kelompok Industri

31

Industri makanan, minuman, dan tembakau

32

Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit

33

Industri kayu dan barang-barang dari kayu, temasuk perabotan rumah tangga

34

Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan

35

Industri kimia dan barang-barang dari kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan plastik

36

Industri barang galian bukan logam, kecuali minya bumi dan batu bara

37

Industri logam dasar

38

Industri barang dari logam, mesin, dan peralatan

39

Industri pengolahan lainnya

Sumber : Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Untuk keperluan perencanaan anggaran negara dan analisis pembangunan, pemerintah membagi sektor pengolahan menjadi tiga subsektor, yaitu :

1. Subsektor industri pengolahan non migas 2. Subsektor pengilangan minyal bumi 3. Subsektor pengolahan gas alam cair

Sedangkan untuk keperluan pengembangan sektor industri itu sendiri serta berkaitan dengan administrasi departemen perindustrian dan perdagangan, digolongkan atas hubungan arus produksi, yaitu :

1. Industri Hulu, yang terdiri dari • Industri kimia dasar

• Industri mesin, logam dasar dan elektronika 2. Industri Hilir, yang tediri dari :

• Aneka industri • Industri kecil


(37)

2.3.3. Hubungan Industri dengan Lingkungan Lidup

Kegiatan produksi baik disektor industri ataupun pabrik, di sektor pertanian, maupun di sektor jasa akan memberikan hasil atau output berupa barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Semakin banyak jumlah penduduk, lebih-lebih disertai dalam taraf hidup yang tercermin pada penigkatan pendapatan per kapita, akan dituntut banyak barang dan jasa yang harus disediakan. Kegiatan produksi di berbagai sektor akan semakin dalam menghasilkan dalam menghasilkan alat pemuas kebutuhan yang lebih banyak berupa barang dan jasa yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan per kapita suatu negara. (Suparmoko: 1997;46)

Namun perkembangan peradaban manusia yang ditunjang oleh kemajuan ilmu dan teknologi sekaligus juga merusak dan mencemari lingkungan hidup. (Eddy: 2003; 65). Perkembangan berbagai industri, seperti indusrti pupuk, semen, tekstil, kertas, minyak, besi baja, dan lain-lain, semuanya berpotensi memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Industri merusak dan mencemari lingkungan tidak hanya terjadi setelah berproduksi, teteapi juga dalam proses tahap pembangunannya atau konstruksi. Pada tahap ini perusakan dan pemcemaran lingkungan dapat terjadi pada kegiatan land clearing, mobilisasi peralatan berat, pengangkutan bahan bangunan dan kegiatan lainnya. Dalam proses produksinya, semua industri akan menghasilkan produk sampingan yang tidak atau kurang ekonomis. Produk sampingan ini disebut sebagai limbah, yang terdiri dari limbah padat, cair dan gas. Limbah ini akan mencemari lingkungan perairan, tanah dan udara yang pada akhirnya akan menggangu kehidupan mahkluk hidup termasuk manusia.


(38)

2.4. Pertanian

Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi khususnya negara-negara dunia ke tiga termasuk Indonesia, sebab sebagian penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian yang relatif lebih ‘labour intensive’ memungkinkan menjadi pemasok tenaga kerja ke sektor modern. Di samping itu sektor pertanian bisa menjadi sumber modal bagi sektor modern (Sukanto: 1998; 65).

2.4.1. Klasifikasi Sektor Pertanian

Adapun pembagian bidang-bidang pertanian adalah sebagai berikut : 1. Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit.

2. Perkebunan (termasuk di dalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar) 3. Kehutanan

4. Peternakan

5. Perikanan (dalam perikanan dikenal lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut) (Mubyarto: 1989; 15).

Namun disini penulis hanya membahas atau menitikberatkan pada pertanian dan perkebunan saja. Dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian dimana diproduksi bahan makanan seperti : padi dan palawija, terdiri dari jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau, dan tanaman holtikultura sepeti : sayur-sayuran dan buah-buahan. Kelompok sayur-sayuran terdiri dari bawang merah, bawanag putih, bawang daun, kentang, kubis, sawi, wortel, lobak, kacang merah, kacang panjang, tomat, cabe, ketimun, labu siam, kangkung, kol bunga, bayam, terung. Kelompok


(39)

buah-buahan terdir dari alpukat, mangga, jeruk, rambutan, durian, salak, pisang, nenas, manggis, nangka, sirsak, dan belimbing.

2.4.2. Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian

Menurut Musher (Mubayarto: 1989; 195), pembangunan pertanian memiliki syarat mutlak dan syarat pelancar dalam kegiatannya. Syarat mutlak pembangunan pertanian adalah :

1. adanya pasar untukk hasil-hasil usaha tani 2. teknologi yang semakin berkembang

3. tersedianya bahan-bahan dan alat produksi secara lokal 4. adanya perangsang produksi bagi petani, dan

5. tersedianya pengangkutan yang lancar dan berkelanjutan.

Dan syarat-syarat pelancarnya adalah : 1. pendidikan pembangunan

2. kredit produksi

3. kegiatan gotong royong petani

4. perbaikan dan perluasan lahan pertanian 5. perencanaan nasional pembangunan pertanian.

2.4.3. Hubungan Pertanian Dengan Pertumbuhan Ekonomi Dan Lingkungan Hidup.

Berbicara masalah pembanguna ekonomi, khususnya di dunia ke tiga orang tidak akan lepas dari masalah pertanian. Sedangkan berbicara masalah


(40)

pertanian kita tidak bisa lepas dari lahan sebab pertanian ada dan tumbuh karena tersedianya lahan meskipun saat ini telah dirintis pertanian tanpa lahan denga teknologi dan sejenisnya, namun paling tidak sampai beberapa dekade lahan untuk pertanian masih dibutuhkan mengingat mahalnya teknologi tersebut.

Pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia, terkhusus di Sumatera Utara. Apabila pembangunan pertanian berhasil, maka pertumbuhan ekonomi juga akan merasakan imbasnya. Pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah pendayagunaan sumber daya pertanian secara optimal dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan, yaitu membangun sumber daya manusia aparatur profesional, petani mandiri dan kelembagaan pertanian yang kokoh, meningkatkan sumber daya pertanian secara berkelanjutan, memantapkan ketahanan dan keamanan pangan, meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian, menumbuhkembangkan usaha pertanian yang akan memacu aktivitas ekonomi pedesaan, serta membangun sistem manajemen pembangunan pertanian yang berpihak kepada petani (Sukanto: 1998; 65)

Dalam hubungannya dengan lingkungan, jumlah penduduk yang semakin banyak menilmbulkan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin bertambah. Untuk menjaga keberlangsungan hidupnya manusia butuh pangan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan perlu dicetak perladangan dan persawahan baru dengan jalan membuka hutan (Lubis dikutip dari Ritonga: 2003; 100).

Sementara dalam menjalankan aktivitas pertanian, limbah dapat saja muncul. Untuk memperoleh hasil atau produksi biasanya sebelum ditanami tanah dilolah terlebih dahulu seperti dibajak atau dicangkul. Praktik pengolahan tanah


(41)

seperti ini biasanya menghasilkan limbah berupa partikel-partikel sedimen yang ketika sawah atau lahan pertanian tersebut diairi, ikut terbawa ke perairan umum. Demikian pula untuk mempercepat pertumbuhan tanaman dan mencegah serangan hama, tanaman tersebut diberi pupuk dan penyemprotan dengan pestisida. Sementara, penggunaan pupuk dan pestisida tidak akan terpakai secara keseluruha. Sisanya akan terbuang ke lingkungan bersama-sama dengan partikel melalui saluran irigasi, mencapai sungai dan selanjutnya ke laut. Zat-zat sisa ini yang cenderung menjadi racun bagi biota lain dan merusak keseimbangan lingkungan (Supriharyono: 2007; 146).

2.5. Perkebunan

2.5.1. Pengertian perkebunan

Perkebunan didefinisikan sebagai segala bentuk kegiatan yang mengusahakan tanaman teretentu pada tanah atau media tumbuh lainnyam dalam ekosistem yang sesuai, termasuk mengolah dan menghasilkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan, dan manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pekebun dan masyarakat (Amanat UU Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan).

2.5.2. Klasifikasi perkebunan

1. Perkebunan rakyat, yaitu suatu usaha budi daya tanaman yang dilakukan oleh rakyat yang hasilnya sebagian besar dijual dengan area pengusahaannya dalam skala yang terbatas luasnya. Perkebunan rakyat terdiri dari kelapa sawit, karet, kopi arabika, kopi robusta, kelapa, coklat, cengkeh, kemenyan, kulit manis,


(42)

nilam, tembakau, kemiri, tebu, pala, lada, kapuk, gambir, teh, aren, pinang, vanili, jahe, kapulaga, jambu mente, dan sereh wangi.

2. Perkebunan besar, yaitu suatu usaha budi daya tanaman yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau swasta yang hasilnya seluruhnya untuk dijual dengan area pengusahaannya sangat luas. Perkebunan besar terdiri dari kelapa sawit, karet, coklat, teh, tembakau, kopi, dan tebu.

3. Perkebunan perusahaan inti rakyat (PIR), yaitu suatu usaha budi daya tanaman, di mana perusahaan besar (pemerintah atau swasta) bertindak sebagai inti dan rakyat sebagai plasma.

4. Perkebunan unit pelaksana proyek (perkebunan Pola UPP),yaitu perkebunan yang dalam pembinaannya dilakukan oleh pemerintah, sedangkan pengusahaannya tetap dilakukan oleh rakyat. Wikipedia Indonesia, 2009.

2.5.3. Hubungan Perkebunan Dengan Pertumbuhan Ekonomi

Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mempunyai kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah yang tercermin dari kontribusinya terhadap produk domestik regional bruto (PDRB). Hasil-hasil perkebunan yang memiliki kontribusi besar terhadap PDRB seperti : karet, kelapa sawit, teh, cengkeh, tembakau, kopi, dan lain-lain. Sebagai salah satu subsektor penting dalam sektor pertanian, subsektor perkebunan secara tradisional memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Sumatera Utara. Sebagai daerah yang sedang berkembang di mana penyediaan lapangan kerja merupakan masalah yang mendesak, subsektor perkebunan memiliki kontribusi yang cukup signifikan.. Jumlah lapangan kerja tersebut belum termasuk yang bekerja pada


(43)

industri hilir perkebunan. Kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja menjadi nilai tambah sendiri, karena subsektor perkebunan menyediakan lapangan kerja di pedesaan dan daerah terpencil. Peran ini bermakna stratergis karena penyediaan lapangan kerja oleh subsektor berlokasi di perdesaan sehingga mampu mengurangi arus urbanisasi (Artikel Penelitian, Susila dan Goenadi 2004)

2.6. Teori Pertumbuhan Ekonomi

2.6.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan GNP/GDP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Pertumbuhan merupakan ukuran utama keberhasilan dari suatu pembangunan dan hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai lapisan paling bawah, baik dengan sendirinya atau dengan campur tangan pemerintah.

Pertumbuhan haruslah berjalan secara beriringan dan terencana dalam mengupayakan terciptanya kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan dengan lebih merata. Dengan demikian maka daerah yang miskin, tertinggal, tidak produktif akan menjadi produktif dan pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu sendiri. Strategi itu disebut ‘Redistribution With Growth’ (Sirojuzilam, 2005:5).

Dalam kegaiatan ekonomi yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fisikal barang dan jasa yang berlaku di suatu negara, seperti perkembangan infrastruktur, jumlah sekolah, pertambahan produksi di semua sektor.


(44)

2.6.2. Teori pertumbuhan ekonomi

Teori-teori yang menentukan laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi di mana pandangan mereka banyak diarahkan kepada pembangunan di negara-negara berkembang. 1. Teori Klasik

Menurut pandangan Klasik, ada empat faktor penentu pertumbuhan ekonomi yakni : jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta teknologi yang digunakan. Para ekonom Klasik memberi perhatian yang besar pada pengaruh perkembangan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Smith, menyatakan pertumbuhan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi. Pertambahan penduduk akan memperluas pasar yang akan mempertinggi spesialisasi. Proses itu akan terus berlangsung secara kumulatif di mana spesialisasi akan meningkatkan produktivitas. Pendapat yang berbeda diberikan oleh Ricardo dan Malthus di mana mereka berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan menciptakan stationary state. Jumlah penduduk yang semakin besar akan menurunkan pembangunan ke taraf yang lebih rendah dimana penduduk akan menerima upah yang hanya cukup untuk hidup (subsistence level).

2. Teori Schumpeter

Teori ini menerangkan pentingnya peranan pengusaha dalam pembangunan di mana pengusaha adalah pihak yang selalu mengadakan inovasi dalam kegitan ekonomi. Schumpeter memulai analisisnya saat perekonomian sedang dalam keadaan tidak seimbang. Golongan pengusaha mulai mengadakan pembaharuan demi mendapat keuntungan. Pembaharuan yang mereka lakukan


(45)

akan memunculkan investasi sehingga perusahaan dapat menghasilkan lebih banyak produk. Schumpeter membagi investasi ke dalam investasi otonomi (autonomos investment) dan investasi terpengaruh (induced investment).

Investasi otonomi adalah penanaman modal yang ditimbumkan oleh kegiatan ekonomi yang timbul sebagai akibat kegiatan inovasi. Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang” atau “stationary state” (Jinghan: 2008; 25)

3. Teori Harood-Domar

Teori ini dikembangkan oleh Evsey Domar dan R. F. Harrod yang bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi agar pertumbuhan yang mantap (steady growth) dapat dicapai. Teori ini menggunakan beberapa permisalan, antara lain:

• Pada awal perekonomian mencapai tingkat kesempatan kerja penuh dan alat modal digunakan sepenuhnya.

• Perekonomian terdiri dari dua sektor yakni sektor rumah tangga dan sektor perusahaan.

• Rasio modal-produksi sama besarnya.

• Besar tabungan proporsional dengan pendapatan nasional.

Penanaman modal oleh masyarakat digunakan untuk mengganti alat modal yang tidak dapat dipakai lagi dan untuk memperbesar alat modal yang tersedia. Namun ini tidak akan menambah produksi dan menaikkan pendapatan nasional


(46)

secara otomatis. Untuk mewujudkannya, keseluruhan permintaan masyarakat haruslah ditambah. Kenaikan ini harus terjadi pada salah satu atau kedua sektor. Besarnya pengaruh penanaman modal terhadap perubahan pendapatan nasional ditentukan oleh multiplier. Kemampuan masyarakat untuk berinvestasi akan ditentukan oleh permintaan agregat yang berdaya beli dari masyarakat (Sukirno: 2006; 255)

4. Teori Neo-Klasik

Apabila teori Harrod-Domar didasari oleh analisa Keynes, maka teori Neo-Klasik didasari oleh analisa Klasik. Dalam teori ini permintaan masyarakat tidak menentukan laju pertumbuhan. Sebaliknya, pertumbuhan bergantung pada pertambahan dalam penawaran faktor produksi. Rasio modal dapat berubah dengan mudah. Artinya, untuk mencapai tingkat produksi tertentu, dapat menggunakan jumlah modal yang berbeda dengan bantuan jumlah tenaga kerja yang berbeda pula. Jika modal yang digunakan lebih besar, jumlah tenaga kerja yang diperlukan akan lebih kecil. Begitu pula sebaliknya. Dengan cara ini, perekonomian akan memiliki kebebasan yang tidak terbatas untuk menentukan gabungan jumlah modal dan tenaga kerja. Pendapat Neo-Klasik mengenai perkembangan ekonomi :

• Adanya akumulasi kapital merupakan faktor penting dalam perkembangan ekonomi.

• Perkembangan itu merupakan proses yang gradual.

• Perkembangan merupakan proses yang harmonis dan kumulatif. • Adanya aspek internasional dalam perkembangan tersebut.


(47)

5. Teori Pertumbuhan Ekonomi Rostow

Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam pertumbuhan ekonomi antara lain sebagai berikut (Jhingan: 2008; 142) :

1. Masyarakat tradisional, artinya suatu kehidupan masyarakat yang berkembang secara tradisional dan belum didasarkan pada perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, kadang-kadang berpikirnya primitif dan irasional.

2. Prasyarat tinggal landas, merupakan masa transisi masyarakat untuk mempersiapkan dirinya mulai menerima teknik-teknik baru dan pemikiran-pemikiran baru dari luar kehidupan mereka.

3. Tinggal landas, artinya pada tahap ini terjadi perubahan-perubahan yang sangat drastis dalam terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi dalam berproduksi.

4. Menuju kematangan, artinya pada tahap ini masyarakat secara efektif telah menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alam.

5. Konsumsi tinggi, artinya pada tahap ini perhatian ini lebih menekankan pada masalah kesejahteraan dan upaya masyarakat tertuju untuk menciptakan welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya dengan cara mengusahakan distribusi pendapatan melalui sistem perpajakan yang progresif. Masyarakat tidak mempermasalahkan kebutuhan pokok lagi tetapi konsumsi lebih tinggi terhadap barang tahan lama dan barang-barang mewah.


(48)

2.6.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi 1. Sumber Daya Alam

Sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang terpenting. Sumber daya manusia bisa melakukan dua peran di dalam proses produksi dalam rangka menciptakan pertumbuhan ekonomi, yaitu sebagai tenaga kerja dan sebagai pengusaha. Manusia juga berperan untuk menciptakan teknologi baru dan atau mengembangkan teknologi yang sudah ada. Dalam proses pelaksanaan pertumbuhan ekonomi, sumber daya manusia senantiasa dituntut untuk terus meningkatkan kualitasnya. Peningkatan kualitas tersebut baik ilmu pengetahuan, keterampilan, dan meninggalkan cara-cara berpikir tradisional yang diganti dengan cara berpikir modern. Dari kenyataan tersebut, peran sumber daya manusia sangat menentukan berhasil tidaknya proses pertumbuhan ekonomi (Jhingan: 2008; 76).

2. Sumber Daya Alam

Faktor produksi alam juga merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya sebagai penentu pertumbuhan ekonomi. Hal-hal yang termasuk sumber daya alam adalah air, tanah, udara, hewan, tumbuh-tumbuhan, mineral, dan segala segala sesuatu yang ada di alam ini. Tanpa faktor alam yang cukup pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi. Indonesia dari segi faktor sumber daya alam cukup memadai, hanya tinggal kemampuan untuk memanfaatkan dan melestarikannya agar proses pembangunan dapat berjalan secara berkesinambungan.

3. Modal

Bagi negara-negara yang sedang berkembang, kekurangan modal merupakan penghambat pertumbuhan. Rendahnya tingkat pembentukan modal di


(49)

negara berkembang disebabkan oleh kemampuan menabung yang rendah. Kemampuan menabung yang rendah disebabkan oleh tingkat pendapatan yang rendah, di mana tingkat pendapatan yang rendah ini disebabkan rendanya tingkat produktivitas sehingga menyebabkan rendahnya tingkat investasi. Saling keterkaitan faktor-faktor akan terus berlangsung dan sulit untuk diputuskan. Inilah yang menyebabkan bangsa Indonesia tetapi dalam lingkaran kemiskinan.

4. Penguasaan Teknologi

Tanpa disertai penguasaan teknologi, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara berkembang akan tertinggal dan terhambat. Dengan adanya teknologi, proses produksi akan lebih cepat dan akan mampu menghasilkan produk yang lebih berkualitas dengan biaya yang lebih murah. Teknologi canggih akan membantu efisiensi dan efektivitas dalam proses produksi. Dengan adanya teknologi akan memberikan nilaii tambah terhadap proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang dilakukan suatu negara.

5. Kewirausahaan

Hal ini dapat didefinisikan sebagai kemampuan dan keberanian dalam mengambial resiko guna memperoleh keuntungan. Para ahli mempunyai perkiraan yang matang bahwa input yang dikombinasikan akan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Kemampuan mengkombinasikan input dapat disebut sebagai kemampuan inovasi.

2.6.4. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup yang ada harus tetap dijaga kelestariannya, karena lingkungan hidup yang terjaga sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup


(50)

manusia. Seperti hal nya dengan lingkungan, hutan juga telah dimanfaatkan bagi kehidupan manusia sejak saat kehidupan manusia masih primitf. Manusia memanfaatkan hutan sebagai sumber kehidupan untuk mengumpulkan bahan-bahan makanan, buah-bauahan, perburuan maupun untuk diambil kayunya. Kayu merupakan salah satu hasil hutan yang sangat dibutuhkan untuk bahan bangunan pokok di dunia, seperti pembangunan rumah-rumah, perabotan rumah tangga, membuat kapal, senjata, kereta, bajak, dan lain-lain. Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan kegiatan-kegiatan industri di negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, mengharuskan untuk mengolah hasil-hasil hutan dalam jumlah yang besar demi kebutuhan hidup manusia dan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dengan semakin meningkatnya penggunaan hutan dan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menyebabkan terjadinya pembukaan lahan hutan secara besar-besaran. Sebagai akibat selanjutnya, maka degradasi hutan di Sumatera Utara semakin meningkat dan dengan hasil hutan yang semakin sedikit jumlahnya (Suparmoko: 1997; 236).

2.7. Penelitian Sebelumnya

Penelitian dilakukan oleh William D. Sunderlin, dkk (2007) mengenai laju dan penyebab deforestisasi hutan di Indonesia. Adapun variabel-variabel yang digunakan adalah jumlah penduduk, luas lahan pertanian rakyat, luas lahan perkebunan, dan transmigrasi. Penelitian ini menggunakan data sejak tahun 1996-2006. penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap degaradasi hutan Indonesia, luas pertanian rakyat, luas perkebunan, dan transmigrasi juga berpengaruh negatif terhadap luas hutan


(51)

Indonesia. Dari penelitian ini, mereka melihat deforestisasi hutan Indonesia. Selain variabel tersebut disebutkan juga bahwa pembalakan liar merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya tingkat deforestisasi hutan.


(52)

2.8. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.8.1. Kerangka Konseptual

Ada banyak variabel yang mempengaruhi degradasi hutan, namun dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan dan pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel lainnya dianggap konstan.

Gambar 2. Jumlah

Industri X2

Luas Lahan Pertanian

X3

Luas Lahan Perkebunan

X4

Pertumbuhan Ekonomi

Y1

Degradasi Hutan

Y2

Jumlah Penduduk


(53)

Keterangan :

Pada gambar dijelaskan variabel dependen Y1 (pertumbuhan ekonomi)

dipengaruhi variabel-variabel independen (jumlah penduduk X1, jumlah industri

X2, luas lahan pertanian X3, luas lahan perkebunan X4). Variabel dependen Y2

(degradasi hutan) juga dipengaruhi oleh variabel-variabel independen (jumlah penduduk X1, jumlah industri X2, luas lahan pertanian X3, luas lahan perkebunan

X4, dan pertumbuhan ekonomi Y1).

2.8.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara atas permasalahan yang sebenarnya yang kebenarannya harus diuji. Berdasarkan penjelasan kerangka konseptual penelitian maka sebagai jawaban sementara penulis membuat hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk, jumlah indutsri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Jumlah penduduk, jumlah industri, luas pertanian, luas lahan perkebunan

dan pertumbuhan ekonomi secara langsung berpengaruh terhadap degradasi hutan.

3. Jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan secara tidak langsung berpengaruh terhadap degradasi hutan melalui pertumbuhan ekonomi.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang degradasi lingkungan di Sumatera Utara, yang diukur melalui degradasi hutan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Di mana difokuskan pada 18 Kabupaten di Sumatera Utara, dalam kurun waktu 2001-2008 (8 tahun). Adapun 18 Kabupaten terdiri dari :

1. Kabupaten Nias

2. Kabupaten Mandailing Natal 3. Kabupaten Tapanuli Selatan 4. Kabupaten Tapanuli Tengah 5. Kabupaten Tapanuli Utara 6. Kabupaten Toba Samosir 7. Kabupaten Labuhan Batu 8. Kabupaten Asahan 9. Kabupaten Simalungun 10. Kabupaten Dairi 11. Kabupaten Karo

12. Kabupaten Deli Serdang 13. Kabupaten Langkat 14. Kabupaten Nias Selatan

15. Kabupaten Humbang Hasundutan 16. Kabupaten Pakpak Barat


(55)

17. Kabupaten Samosir

18. Kabupaten Serdang Bedagai

Adapun penetapan 18 kabupaten sebagai lokasi penelitian adalah yang memiliki kawasan hutan sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No. 44/Menhut-II/2005.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi resmi seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, instansi pemerintah, penerbit dalam bentuk laporan tahunan, jurnal, literature yang dicatat atau dicari.

Adapun data yang digunakan terdiri dari : 1. Data variabel dependen : - Degradasi hutan

- Pertumbuhan ekonomi 2. Data variabel independen : - Jumlah penduduk

- Jumlah industri - Luas lahan pertanian - Luas lahan perkebunan - Pertumbuhan ekonomi

3.3. Pengolahan Data

Dalam penelitian ini digunakan program komputer E – Views 5.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.


(56)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini dilakukan penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, artikel, majalah, laporan-laporan penelitian ilmiah yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah melakukan pencatatan langsung berupa data time series selama kurun waktu 8 tahun.

3.5. Model Analisis Data

Untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan variabel jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, dan jumlah industri berpengaruh terhadap degradasi luas hutan di Sumatera Utara digunakan alat ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel tersebut dengan metode analisis data panel yang dipadukan dengan analisis jalur (Path Analysis).

Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dirumuskan dalam fungsi sebagai berikut :

Pertumbuhan ekonomi = f (jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan)

Untuk membuktikan hipotesis pertama digunakan model sebagai berikut : Y1it = PY1itX1it + PY1itX2it + PY1itX3it + PY1itX4it + μit

Keterangan : t = Tahun

i = Kabupaten/kota

Y1 = Pertumbuhan ekonomi yang difroksi dengan


(57)

PY1 = Koefisien regresi

X1 = Jumlah penduduk kabupaten (Jiwa)

X2 = Jumlah industri kabupaten (Unit)

X3 = Luas lahan pertanian kabupaten (Ha)

X4 = Luas lahan perkebunan (Ha)

μ = Error Term

Degradasi hutan = f (jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan)

Untuk membuktikan hipotesis kedua digunakan model sebagai berikut : Y2it = PY2itX1it + PY2itX2it + PY2itX3it + PY2itX4it + μit

Keterangan: t = Tahun

i = Kabupaten/kota

Y2 = Degradasi hutan (Ha)

PY2 = Koefisien regresi

X1 = Jumlah penduduk kabupaten (Jiwa)

X2 = Jumlah industri kabupaten (Unit)

X3 = Luas lahan sawah kabupaten (Ha)

X4 = Luas lahan perkebunan (Ha)

μ = Error Term

Degradasi hutan = f (jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan, pertumbuhan ekonomi)


(58)

Untuk membuktikan hipotesi ketiga digunakan model sebagai berikut : Y2it = PY2itX1it + PY2itX2it + PY2itX3it + PY2itX4it + PY2Y1+μit

Keterangan : t = Tahun

i = Kabupaten/kota

Y2 = Degradasi hutan (Ha)

PY2 = Koefisien regresi

X1 = Jumlah penduduk kabupaten (Jiwa)

X2 = Jumlah industri kabupaten (Unit)

X3 = Luas lahan sawah kabupaten (Ha)

X4 = Luas lahan perkebunan (Ha)

Y1 = Pertumbuhan ekonomi yang difroksi dengan

PDRB (milyar rupiah)

μ = Error Term

3.6. Metode Analisis Data Panel

Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah model ekonometrika yaitu model yang menyatakan antara deret waktu (time series) dan data kerat lintang (cross section) menghasilkan data yang disebut panel data (pooled data). Sehingga dalam data panel mempunyai deret waktu T > 1 dan kerat lintang N>1. Menurut Mudrajad ( 2001 ) data panel merupakan data kombinasi antara data deret / runtut waktu, yang memiliki observasi – observasi pada suatu unit analisis pada suatu titik waktu tertentu. Ciri khusus data deret waktu adalah berupa urutan numerik dimana interval antar observasi atas sejumlah variabel


(59)

bersifat konstan dan tetap. Sedangkan data silang tempat adalah suatu unit analisis pada suatu titik waktu tertentu dengan observasi atas sejumlah variabel.

Dengan data panel, jumlah pengamatan menjadi lebih banyak. Dengan analisis data regresi panel, dapat menangkap dinamika yang lebih baik dari hubungan antara luas hutan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk itu dengan menggunakan data panel dalam penelitian ini, diharapkan dapat menggambarkan degradasi lingkungan di Sumatera Utara pada periode waktu yang telah ditentukan.

Menurut Gujarati (2003), yang menentukan bahwa mengestimasi jenis data penel dengan metode OLS tidak konsisten dan efisien (inefisiensi), sehingga disarankan untuk menggunakan metode Generelized Least Square (GLS). Di mana dalam metode ini dapat dianalisis dengan tiga pendekatan yaitu :

3.6.1. Pendekatan Pooled Least Square (PLS)

Pada metode ini, penggunaan data panel dilakukan dengan mengumpulkan semua data cross section dan time series dan selanjutnya dilakukanlah pendugaan. Pada metode ini, model mengasumsikan bahwa nilai intersep dari masing – masing variable adalah sama dan slope koefisien dari variable – variable yang digunakan adalah identik untuk semua unit cross section.

3.6.2. Pendekatan Fixed Effect Model ( FEM )

Model ini memiliki intercept persamaan yang tidak konstan atau terdapat perbedaan pada setiap individu (data cross section). Sementara itu, slope koefisien dari regresi tidak berbeda pada setiap individu dan waktu. Model FEM digunakan apabila data time series lebih besar dari data cross section.


(60)

Secara sistematis model FEM dinyatakan sebagai berikut :

Yit= α + βXit + γ2W2t+ γ3W3t+ ... + γNWNt+ δ2Zi2 + δ2Zi2 + ... + δ2Zi2 + εit

Di mana :

Yit = Variabel terikat untuk Kabupaten ke-i dan waktu ke-t

Xit = Variabel bebas untuk Kabupaten ke-i dan waktu ke-t

3.6.3. Pendekatan Random Effect Model (REM)

Pada model ini, perbedaan karakteristik individu dan waktu yang diakomodasikan pada error dari model. Model ini memperhitungkan bahwa error term mungkin berkorelasi sepanjang time series dan cross section. Model REM digunakan apabila data time series lebih kecil dari data cross section.

Secara sistematis model REM dinyatakan sebagai berikut : Yit = α + βXit + εit ; εit = ui + vt + wit

Di mana :

ui = Komponen error cross section

vt = Komponen error time series

wit = komponen error gabungan

3.7. Pendapat Pakar Pemilihan Model (FEM atau REM)

Beberapa pakar ekonomtrika membuat pembuktian untuk menentukan model mana yang paling sesuai untuk digunakan dalam data panel. Adapun kesimpulan dari pembuktian tersebut adalah (Nachrowi, 2006) :


(1)

Weighted Statistics

R-squared 0.615216 Mean dependent var 3223.176 Adjusted R-squared 0.596446 S.D. dependent var 3478.833 S.E. of regression 2209.960 Sum squared resid 4.00E+08 F-statistic 32.77663 Durbin-Watson stat 0.751875 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.781101 Mean dependent var 6074.433 Sum squared resid 5.87E+08 Durbin-Watson stat 0.513126


(2)

Lampiran 2

Hasil Regresi Model Persamaan II REM

Dependent Variable: HTN?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 25/04/10 Time: 13:10

Sample: 2001 2008 Included observations: 7 Cross-sections included: 16

Total pool (unbalanced) observations: 87

Swamy and Arora estimator of component variances Cross sections without valid observations dropped

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 172133.1 32961.31 5.222277 0.0000

PNDDK? 0.067688 0.031853 2.125006 0.0366 INDSTR? -449.2381 229.3904 -1.958399 0.0536 PRTN? -0.701549 0.397700 -1.764018 0.0815 PRKBN? 0.610275 0.225140 2.710646 0.0082 Random Effects

(Cross)

_NIAS--C -40567.95 _MADINA--C 178548.1 _TAPSEL--C 136482.6 _TAPTENG--C -45126.89 _TAPUTARA--C 49134.61 _TOBASA--C -24512.88 _LABUHANBATU--C 3605.137 _ASAHAN--C -120021.7 _SIMALUNGUN--C -45751.05 _DAIRI--C -41210.22 _KARO--C -56186.06 _DELISERDANG--C -25388.26 _LANGKAT--C 78042.16 _NISEL--C 154904.7 _HUMBAHAS--C -77759.62

_SERDANGBEDAGAI--C -124192.8

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 99003.93 0.8638

Idiosyncratic random 39311.34 0.1362


(3)

Weighted Statistics

R-squared 0.166415 Mean dependent var 30563.13 Adjusted R-squared 0.125752 S.D. dependent var 42163.41 S.E. of regression 39423.31 Sum squared resid 1.27E+11 F-statistic 4.092563 Durbin-Watson stat 1.396348 Prob(F-statistic) 0.004491

Unweighted Statistics

R-squared 0.335494 Mean dependent var 189704.1 Sum squared resid 8.07E+11 Durbin-Watson stat 0.220516


(4)

Lampiran 3

Hasil Regresi Model Persamaan III REM

Dependent Variable: HTN?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 25/04/10 Time: 13:59

Sample: 2001 2008 Included observations: 7 Cross-sections included: 16

Total pool (unbalanced) observations: 87

Swamy and Arora estimator of component variances Cross sections without valid observations dropped

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 164801.7 31520.93 5.228326 0.0000

PNDDK? 0.064681 0.032155 2.011539 0.0476 INDSTR? -584.0561 248.1303 -2.353828 0.0210 PRTN? -0.660715 0.397216 -1.663364 0.1001 PRKBN? 0.666893 0.222183 3.001544 0.0036 PDRB2? 1.769091 2.255029 0.784509 0.4350 Random Effects

(Cross)

_NIAS--C -40284.79 _MADINA--C 176040.2 _TAPSEL--C 130800.0 _TAPTENG--C -40822.84 _TAPUTARA--C 48033.39 _TOBASA--C -20066.91 _LABUHANBATU--C -11199.38 _ASAHAN--C -122180.7 _SIMALUNGUN--C -45961.51 _DAIRI--C -39167.81 _KARO--C -54660.82 _DELISERDANG--C -8544.609 _LANGKAT--C 72206.09 _NISEL--C 150787.7 _HUMBAHAS--C -72537.00

_SERDANGBEDAGAI--C -122441.0

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 85831.99 0.8260

Idiosyncratic random 39391.61 0.1740


(5)

Weighted Statistics

R-squared 0.189502 Mean dependent var 35130.55 Adjusted R-squared 0.139471 S.D. dependent var 43717.07 S.E. of regression 40554.01 Sum squared resid 1.33E+11 F-statistic 3.787703 Durbin-Watson stat 1.346178 Prob(F-statistic) 0.003921

Unweighted Statistics

R-squared 0.352883 Mean dependent var 189704.1 Sum squared resid 7.86E+11 Durbin-Watson stat 0.228190


(6)

Lampiran 4

Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 18 Kabupaten di Sumatera Utara

2001-2008

(milyar rupiah)

Kabupaten

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Nias

2428,33

2684,31

1852,52

2106,53

2422,13

2761,71

3179,89

3666,95

Mandailing Natal

1595,77

1433,48

1621,15

1791,80

2000,00

2260,84

2603,79

3085,12

Tapanuli Selatan

3983,45

3428,91

3104,88

3420,34

3678,65

4219,35

4589,18

2558,43

Tapanuli Tengah

986,27

911,58

1020,81

1153,71

1294,34

1449,33

1610,43

1808,76

Tapanuli Utara

1710,62

2091,93

1523,40

1746,63

2155,28

2418,46

2729,50

3126,12

Toba Samosir

1497,05

1805,96

2955,50

1748,17

1895,77

2121,11

2415,65

2746,14

Labuhan Batu

7376,72

8012,09

8789,88 10753,27 10918,37 12593,78 14371,16 16626,18

Asahan

9292,09 10701,62 12735,43 14517,68 15793,38 17479,31

8182,56

9551,18

Simalungun

4210,69

4678,04

5091,04

5578,94

6256,96

6881,62

7647,49

8415,22

Dairi

1526,51

1808,03

1829,86

2054,75

2303,59

2552,75

2860,20

3114,09

Karo

1911,51

2710,29

2996,49

3270,31

3683,02

3978,80

4483,32

5058,68

Deli Serdang

8332,13 15822,86 18188,67 15616,42 19136,23 21459,07 26053,71 30116,83

Langkat

4836,67

6001,49

6625,84

7361,46

8463,44

9885,08 11455,32 13243,64

Nias Selatan

1163,49

1341,98

1458,64

1551,65

1692,40

1893,64

Humbang Hasundutan

947,45

1118,87

1380,38

1535,58

1726,74

1992,76

Pakpak Barat

144,29

175,69

188,49

207,59

230,91

258,87

Samosir

1014,14

1101,10

1196,46

1287,46

1392,38

Serdang Bedagai

4508,35

5059,77

5984,32

6429,01

7472,75