Teori pertumbuhan penduduk 1. Teori Malthus

2.2.2. Teori pertumbuhan penduduk 2.2.2.1. Teori Malthus Pelopor dalam pembahasan masalah penduduk secara lebih mendalam dan dianggap sebagai ilmu pengetahuan kependudukan atau demografi adalah Thomas Robert Malthus 1766-1834 yang datang pada abad ke 18. Ia menulis sebuah karangan berjudul “An Essay On The Principal of Population, as Its Efects The Future Improvement of Society”. Menurut Malthus, sebab utama timbulnya kemiskinan dan kemelaratan bukan semata-mata karena organisasi masyarakat yang salah tetapi karena adanya ketidakselarasan yang selalu ada antara jumlah penduduk dan kebutuhan hidup yang tersedia. Pendapat ini dibuat berdasarkan dua gagasan utama, yaitu : 1. Manusia selalu memerlukan sandang dan pangan untuk kebutuhan hidup. 2. Nafsu seksual antara dua jenis kelamin akan selalu ada dan tidak akan berubah sifatnya. Kekuatan penduduk untuk bertambah adalah lebih besar daripada kesanggupan bumi untuk menyediakan atau menghasilkan kebutuhan hidup. Malthus menggambarkan bahwa jumlah penduduk akan bertambah menurut deret ukur 1,2,4,8,16,....dst, sedangkan kebutuhan hidup terutama bahan makanan akan mengikuti deret hitung 1,2,3,4,5,...,dst. Apabila perkembangan seperti ini berjalan terus maka lama kelamaan akan terjadi suatu ketimpangan yang akan sangat menyolok antara jumlah penduduk dengan kebutuhan hiduppangan yang dapat dihasilkan sehingga keadaaan ini dapat menimbulkan bencana yang hebat. Ketidakseimbangan pertumbuhan penduduk dengan pertambahan produksi pangan sangat mempengaruhi lingkungan hidupdan lahan Universitas Sumatera Utara hutan yang tersedia, di mana lingkungan hidup dan kekayaan hutan diperas dan dikuras untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sebagai akibatnya lingkungan hidup semakin berkurang kemampuan atau produktivitasnya. Apabila keadaan ini berjalan terus-menerus maka tentu saja akan merugikan daerah itu sendiri dan secara tidak langsung juga mempengaruhi keadaan lingkungan yang lebih luas lagi Lubis dikutip dari Ritonga : 2003 ; 28.

2.2.2. Interaksi Kependudukan dan Lingkungan Hidup