PENUTUP Hukuman Diat Bagi Tindak Pidana Pembunuhan Semi Sengaja Dalam Hukum Islam Dan Relevansinya Dengan Hukum Pidana Indonesia
                                                                                Dalam  hukum  Islam  pengaturan  tentang  seberapa  besar  harta  yang  harus dikeluarkan oleh seorang pelaku pidana pembunuhan, dan bentuk-bentuk harta yang
harus  dikeluarkan  seperti  Unta,  Emas,  Perak,  Sapi,  Kambing,  Pakaian  dan  lain sebagainya. Dalam hal ini penulis ambil sebagai sebuah gambaran :
Contoh : unta.
Bagi pelaku tindak pidana berat diatur dengan ketentuan tiga puluh ekor bagi unta  betina  berumur  tiga  sampai  empat  tahun,  Tiga  pulu  bagi  unta  betina  yang
berumur empat sampai lima tahun, Empat puluh bagi unta betina yang dalam keadaan bunting.
Bagi pelaku tindak pidana ringan sebesas seratus unta. Dua puluh untuk unta betina  yang  berusia 1-2 tahun, Dua puluh untuk unta betina  yang  berusia 2-3 tahun,
Dua  puluh  untuk  unta  jantan  yang  berusia  2-3  tahun,  Dua  puluh  unta  jantan  yang berusia 3-4 tahun, Dua puluh untuk unta betina yang berusia 4-5 tahun.
Dalam  aturan  ini  hukuman  denda  baik  tindak  pidana  atau  jarimah  berat maupun  ringan  adalah  suatu  kewajiban  bagi  pelaku  delik  atau  jarimah  dan  masalah
pemberian  ini  harus  diberikan  oleh  pelaku  atau  keluarga  dengan  diberi  waktu  Tiga bulan dari putusan yang diberikan kepada pelaku kejahatan.
1
Bentuk  denda  ini  telah  diatur  dalam  beberapa  literatur  hukum  fiqih  dan walaupun  dalam  penetapan  aturan  cara  pembagian  ini  banyak  para  fuqoha  yang
berbeda pendapat.
1
Rasjit Sulaiman.  Fiqh Islam, Bandung : PT .  Sinar Baru Algensindo, 1986. hal, 432-433
Dalam  aturan  ini  penulis  menggambarkan  hukuman  bagi  pelaku  pidana pembunuhan yang dikenai konsekuensi hukuman Diat dan denda baik dalam hukum
islam  maupu  hukum pidana  indonesia  yang digambarkan dalam  KUHP dalam  pasal 82 ayat 1, 2, dan 3.
2
Pembayaran  denda  hanya  dapat  terjadi  dalam  hal  pelanggaran  yang  hanya diancam  dengan  sanksi  pidana  denda  saja.  Jika  maksimum  denda  yang  diancamkan
dibayar penuh oleh terdakwah, maka tidak dilakukan penuntutan lagi. Jika  disamping  hukuman  denda,  dikenakan  juga  hukuman  tambahan  berupa
perampasan  barang-barang,  maka  barang  tersebut  harus  diserahkan  bersamaan dengan  pelaksanaan  pembayaran  denda  pada  waktu  itu  juga  harga  barang-barang
yang disita dirampas dibayar sekaligus. Pembayaran  denda  itu  tidak  menghilangkan  penambahan  hukuman  denda
tambahan  bila  terjadi  residivis,  Ketentuan  ini  tidak  berlaku  bagi  orang  yang  belum dewasa, yang pada saat melakukan perbuatan itu belum berumur 16 tahun.
Ketentuan  pembayaran  diat  dan  denda  maksimum  untuk  pelanggaran  ini diatur  oleh  lembaga  yang  disebut  “Afkoop”  atau  sering  juga  disebut  “Schikking”
perdamaian.
3
Dalam pengaturan tentangh  hukuman diat bagi pembunuh telah diatur dalam al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 92:
2
Hamzah Andi, Kitap Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta : Rineka Cipta, 2005.Cetakan ke Duabelas, h. 30
3
Yuswandi Ali. Penuntutan, Hapusnya Kewenangan Menuntut Dan Menjalankan Pidana, Jakarta : CV: Pedoman Ilmu Jaya. 1994.
                                            
                