c Penetapan Sayidina Umar dalam hadis atsar yang diriwayatkan oleh Baihaqi
melalui Imam Syafi’i. Syaidina Umar menetapkan untuk penduduk yang memiliki emas, diatnya adalah seribu dinar, dan untuk perak diatnya adalah
sepuluh ribu dinar.
29
Menurut Imam Abu Yusuf , Imam Muhammad ibn Hasan, dan Imam Ahmad ibn Hambal,jenis diat itu ada enam macam, yaitu:
a. Unta
b. Emas
c. Perak
d. Sapi
e. Kambing
f. Pakaian
Menurut Hanabila, lima jenis yang disebut pertama merupakan asal diat, sedangkan yang keenam,yaitu pakaian bukan asal, karena bisa berubah-ubah. Alasan
yang dikemukakan oleh kelompok kedua ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari ‘Amer ibn Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Sayidina
Umar berpidato:
g C [d C \ 6]
C 86 [Y 6 [h7 -
? 6,G PC C [d
S C [ e C i
S C [d 1
C d6ﺡ
H
Artinya: “Ingatlah, sesungguhnya harga Unta telah naik mahal –berkata perawi- maka Umar memberikan harga kepada pemilik emas dengan seribu dinar, dan
kepada pemilik perak dua belas ribu dirham, dan kepada pemilik sapi dua ratus ekor sapi, dan kepada pemilik kambing seribu ekor kambing, dan kepada pemilik pakaian
duaratus setel pasang pakaian.
30
Adapun kadar ukuran diat dan macamnya dari hadis tersebut telah cukup jelas, yaitu apabila diatnya unta, jumlah seratus ekor,sapi duaratus ekor, kambing dua
ribu ekor, uang emas seribu dinar, uang perak dua belas ribu dirham, dan pakaian dua ratus setel.Dalam hal ini tidaka ada perbedaan pendapat di kalangan ulama, kecuali
apabila diat dibayar dengan uang perak. Menurut Hanafiah, apabila diat dibayar dengan emas maka jumlahnya seribu dirham, dan apabila dibayar dengan uang perak
maka jumlahnya sepuluh ribu dirham. Sedangkan menurut jumhur ulama apabila diat dibayar uang perak, jumlahnya dua belas ribu dirham.sebab perbedaan pendapat ini
adalah karena perbedaan kurs uang emas dengan uang perak.Menurut Hanafiah nilai satu dinar setara dengan sepuluh dirham berdasarkan hadis atsar Umar yang
diriwayatkan oleh Baihaqi melalui Imam Syafi’i. Sedangkan menurut jumhur ulama nilai satu dinar setara dengan dua belas dirham, berdasarkan hadis Umar melalui
Amer ibn Syu’aib tersebut.
30
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamiah wa Adillatuhu, Juz VI, Dar Al-Fiqr, Damaskus, 1989, hlm. 217.
3. Diat Yang Diterima Bagi Pembunuh Semi Sengaja :
Pembunuhan menyerupai sengaja dalam hukum Islam diancam dengan beberapa hukuman, sebagai hukuman poko dan hukuman pengganti, dan sebagian lagi dengan
hukuman tambahan. Hukuman pokok untuk tindak pidana pembunuhan semi sengaja ada dua macam, yaitu diat dan kifarat. Sedangkan hukuman pengganti yaitu ta’zir.
Hukuman tambahan yaitu pencabutan hak waris dan wasiat.
a. Hukuman Diat
Pembunuhan semi sengaja tidak diancam dengan hukuman qishas, melainkan hukuman diat Mughalladzah.Hal ini didasarkan kepada hadis yang diriwayatkan oleh
Abu Dawud, Nasa’I, dan Ibn Majah dari Abdullah ibn Amr ibn Ash, bahwa Rosulullah saw. Bersabda:
P C KﻥR , C K
? 4S - 1 cR0 ,G PC
U C ﺝ C
d, 6ﺡ 4 6 ﺹ ﺝ S A6
X Artinya: Ingatlah, sesungguhnya diat kekeliruan dan menyerupai sengaja yaitu
pembunuhan dengan cambuk dan tongkat adalah seratus ekor unta, di antaranya enpat puluh ekor yang di dalamnya perutnya ada anaknya sedang bunting.
Hadis ini dikeluarkan oleh Abu Dawud, Nasa’I, dan Ibn Majah, dan dishahihkanoleh Ibn Hibban
31
Diat Syibhul ‘amdi pembunuh menyerupai sengajasama dengan diat pembunuh sengaja, baik dalam jenis, kadar, maupun pemberatannya. Hanya saja
31
Wahban Zuhaili, VI, op. cit.,hlm 314
keduanya berbeda dalam hal penanggung jawab dan waktu pembayaran.Dalam pembunuhan sengaja, pembayaran diatnya di bebankan kepada pelaku dan harus
dibayar tunai. Sedangkan diat untuk pembunuhan menyerupai sengaja di bebankan kepada ‘aqilah keluarga, dan pembayaranya dapat diangsur dalam waktu tiga
tahun.Akan tetapi, Imam Malik berpendapat bahwa sibhul ‘amd menyerupai sengaja sama dengan sengaja dalam pembebanan diat kepada harta pelaku,kecuali dalam hal
pembunuhan oleh orang tua terhadap anaknya yang pada mulanya dilakukan dalam rangka pendidikan dengan pedang atau tongkat. Dalam hal ini, diatnya adalah diat
sibhul ‘amd , yaitu diat mughalladzah diat yang berat, Komposisinya dibagi tiga dan
diangsur selama tiga tahun,seperti pembunuhan karena kesalahan.
32
Adapun diat yang ditanggung oleh ‘aqilah keluarga tidak ada kesepakatan dikalangan fuqaha. Menurut Hanafiah, ‘aqilah keluarga hanya menanggung
seperduapuluh 5 diat, yaitu lima ekor unta dalam tindak pidana atas selain jiwa. Akan tetapi untuk tindak pidana atas jiwa pembunuhan, ‘aqilah menanggung semua
diat.
33
Menurut Malikia dan Hanabilah, ‘aqilah hanya menanggung maksimal sepertiga diat. Syafi’iyahberpendapat bahwa ‘aqilah menanggung semua diat, baik sedikit maupun
banyak.
34
32
Wahabah Zuhaili, VI, op. cit.,hlm.317
33
‘Ala Ad-Din Al-Kasani, Bada’I Asy-Shanai’fi Tertib Asy-Syara’i, Juz, Juz VII,Dar Al- Fiqr,Beirut, 1996, hlm.378
34
Wahabah Zuhaili, VI, op, cit., hlm. 320; Al-Kasani, VII, op,cit.,hlm.377-378
b. Hukuman Kifarat
Menurut jumhur ulama, selain malikiah, hukuman kifarat diberlakukan dalam pembunuhan semi sengaja. Hal ini karna statusnya dipersamakan dengan
pembunuhan karena kesalahan, dalam hal tidak dikenakan qishas, pembebanan diat kepada ‘aqilah dan pembayaran dengan angsuranselama tiga tahun.
Sebagaimana halnya dalam pembunuhan sengaja, kifarat dalam pembunuhan menyerupai sengaja ini merupakan hukuman pokok yang kedua.Jenisnya, yaitu
memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Apabila hamba sahaya tidak ditemukan ia diganti dengan puasa dua bulan berturut-turut.
Malikiyah menganggap pembunuhan menyerupai sengaja sebagai pembunuhan sengaja yang tidak wajib dikenakan hukuman kifarat. Dengan demikian menurut
mereka hukuman pokok untuk tindak pidana ini hanya satu, yaitu diat.
c. Hukuman Ta’zir
Apabila hukuman diat gugur karena sebab pengampunan atau lainnya, hukuman tersebut diganti dengan hukuman ta’zir. Seperti halnya dalam pembunuhan sengaja,
dalam pembunuhan menyerupai sengaja ini, hakim diberi kebebasan untuk memilih jenis hukuman ta’zir yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan oleh pelaku.