Bahwa pidana denda ini dapat dibayarkan atau ditanggung oleh pihak

sejahtera material atau berkemampuan financial, mungkinkah dapat memenuhi denda yang harus dibayar. 5. Dalam pidana denda ini seharusnya denda yang didapat diberikan kepada si korban bukan Negara, tetapi dalam pidana Indonesia diambil oleh Negara dan yang jadi pertanyaan siapa yang merasa rugi dan siapa yang mendapat keuntugan.

C. Analisa Perbandingan Hukuman Diat Dan Denda

Pada dasarnya setiap hukum mempunyai tujuan yang umum baik dalam hukum islam maupun hukum pidana Indonesia adalah untuk menciptakan suatu kedamaian atau maslaha dan keselarasan hidup serta melindungi kepentingan- kepentingan masyarakat yang berdasar pada rasa keadilan. Dimana pada prioritasnya pembenahan bagi pelaku dan berhati-hati dalam mengrjakan sesuatu atau jarimah sebagai konsekuensi atas perbuatannya. Dalam hukum pidana islam, terdapat tiga syarat mengenai pertanggungjawaban pidana antaranya adalah: a. Melakukan perbuatan yang dilarang atau haram b. Perbuatan atas kealpaan c. Mengetahui akibat perbuatanya Dengan demikian hukuman atau pertanggung jawaban dalam hukum pidana islam bisa dikenakan kepada orang yang berbuat pidana baik secara sengaja ataupu tidak sengaja dan termasuk kepada perbuatan yang dilarang oleh syara’. Dan hal ini diatur dalam tindak pidana denda, dan untuk bentuk hukumannya bisa di pertimbangkan apabila ada unsur kelalaian atau kekeliruan, dan pidana diat bisa saja tidak dilaksanakan apabila unsur tersebut terbukti.dan dalam hal ini ada bentuk hukuman pengganti didalamnya. Syari’at islam dalam menjatuhkan hukuman mempunyai tujuan untuk membentuk masyarakat yang baik dan dikuasai oleh rasa saling menghormati, mencintai antara sesama anggotanya denagn mengetahui batasan-batasan hak dan kewajibannya. Karena sesuatu jarimah pada hakekatnya adalah perbuatan yang tidak disenangi dan menginjak keadilan serta membangkitkan kemarahan masyarakat terhadap perbuatannya, disamping menumbuhkan rasa kasi sayang terhadap korban, maka hukuman yang dijatuhkan terhadap pembuat tindak pidana lain merupakan salah satu cara menyatakan reaksi dan balasan dari masyarakat terhadap perbuatan atau pembuat yang telah melanggar kehormatan dan merupakan usaha penenangan terhadap diri korban. Dengan hukuman itu dimaksut untuk memberikan rasa derita yang harus dialami oleh pembuat, dan dengan demikian maka terwujudlah rasa keadilan. Adapun syarat pertanggung jawaban pidana dalam hukum pidana Indonesia antara lain sebagai berikut: a. Melakukan kesalahan b. Perbuatan tersebut dilakukan bukan karena kehendaknya atau kealpaan tetapi merupakan betuk ketidak hati-hatian seseorang. c. Pelaku mengetahui akibat dari perbuatannya d. Mampu bertanggung jawab dan tidak ada alasan kecuali keluarga memaafkan Apabila ditinjau dari hukum pidana Islam dan hukum pidana Indonesia. Hukuman bagi pelaku tindak pidana pembunuhan semi sengaja adalah diat tetapi karena ada unsur ketidak tahuan atau kealpaan maka hukumannya bias diganti dengan hukuman yang sifatnya mengganti yaitu kifarat, atau ta’zir karena ada kesalahan dan ini sudah diatur dalam hukum islam kecuali hukum ta’zir yang kebijakannya diserakan kepada hakim dalam memutusnya. Karena sudah diatur dalam KUHP dalam pasal 359 “Barang siapa karena kesalahannya kealpaannya menyebabkan oarng lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pdana kurungan paling lama satu tahun“ . Dari uraian diatas dalam hal pembunuhan semi sengaja hanya orang yang mempunyai kehendak dan tidak memenuhi syarat dan unsurlah yang dikenakan pidana diat, sedangkan yang ada unsure kealpaan ada konsekuensi yang bias dinegosiasi yaitu adanya unsure pemaafan dari keluarga korban dan bias diganti dengan denda, apabila tidak ada keluarga yang mampu membayar maka ada unsure paksaan, dan bias dikurung sesuai dengan pasal 359 KUHP. Diatas telah dijelaskan mengenai hukuman bagi tindak pidana pembunuhan semi sengaja menurut hukum islam dan hukum pidana Indonesia. Dimana hukuman tersebut tentu sedikit banyaknya ada persamaan dan perbedaan yang mencolok. Karena sumber hukumnyapun berbeda kalau hukum islam dari Allah SWT, dan hukum pidana Indonesia berasal dari hasil rekayasa manusia. Akan tetapi di kedua hukum tersebut juga ada kesamaan yaitu kedua hukum tersebut sama-sama