Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Dalam aturan ini penulis menggambarkan hukuman bagi pelaku pidana pembunuhan yang dikenai konsekuensi hukuman Diat dan denda baik dalam hukum
islam maupu hukum pidana indonesia yang digambarkan dalam KUHP dalam pasal 82 ayat 1, 2, dan 3.
2
Pembayaran denda hanya dapat terjadi dalam hal pelanggaran yang hanya diancam dengan sanksi pidana denda saja. Jika maksimum denda yang diancamkan
dibayar penuh oleh terdakwah, maka tidak dilakukan penuntutan lagi. Jika disamping hukuman denda, dikenakan juga hukuman tambahan berupa
perampasan barang-barang, maka barang tersebut harus diserahkan bersamaan dengan pelaksanaan pembayaran denda pada waktu itu juga harga barang-barang
yang disita dirampas dibayar sekaligus. Pembayaran denda itu tidak menghilangkan penambahan hukuman denda
tambahan bila terjadi residivis, Ketentuan ini tidak berlaku bagi orang yang belum dewasa, yang pada saat melakukan perbuatan itu belum berumur 16 tahun.
Ketentuan pembayaran diat dan denda maksimum untuk pelanggaran ini diatur oleh lembaga yang disebut “Afkoop” atau sering juga disebut “Schikking”
perdamaian.
3
Dalam pengaturan tentangh hukuman diat bagi pembunuh telah diatur dalam al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 92:
2
Hamzah Andi, Kitap Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta : Rineka Cipta, 2005.Cetakan ke Duabelas, h. 30
3
Yuswandi Ali. Penuntutan, Hapusnya Kewenangan Menuntut Dan Menjalankan Pidana, Jakarta : CV: Pedoman Ilmu Jaya. 1994.
+,-. 0 1- 2 1
34-. 5 1
678 9:; =
5- ? AB
CD7 EF G:
DHIJKL 782
MN O
6 5-.
? P
QCD7 DHRO
S T UGV
S T WX YZ F
: +,-.
0 1- 2 1 [
O 6
DHKL \:]
_ Z`
ab[c \VAK
ab d 8-T
efga Artinya:
“...Dan barang siapa membunuh seorang mukmin karna tersalah, hendaklah ia memerdeka kan hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan
kepada keluarganya terbunuh itu kecuali jika mereka keluarga terbunuh bersedekah Dan barang siapa yang tidak memerolehnya, hendaklah ia si pembunuh
berpuasa dua bulan berturut-turut.... QS. An-Nisa’:92
4
Dalam kasus pembunuhan ada beberapa paktor kondisi yang harus dilihat baik dari segi Sikis maupun dari segi Fisikis karena semua bentuk ini sangat
mempengaruhi terjadinya pembunuhan yang terencana maupun tidak terencana karna dalam segi ini bentuk pembunuhan semi sengaja banyak terjadi di zaman moderen
ini. Dalam meleksanakan putusan, seorang hakim dalam memutuskan perkara
pembunuhan harus dilihat dari segi kondisi pembunuh itu, yang menjadi landasan apakah seorang pelaku delik pembunuhan ini dalam keadaan sehat jasmani maupun
rohani karna untuk memperkuat ketetapan hukum yang akan diambila bahwa pembunuh ini melakukan pembunuhan semi sengaja dan hukumanya pun termasuk
4
Muslich Wardi Ahmad, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika. Hal,168
pada hukuma yang berat atau ringan.Dan apakah seorang pelaku pembunuhan ini dalam keadaan cakap hukum atau tidak.
Pembunuhan pada dasarnya dibagi kepada beberapa bentuk yaitu sengaja, tidak sengaja, semi sengaja. Begitu juga tingkatnya berat dan ringan. Tetapi sangat berbeda
dengan yang diterapkan di hukum pidana indonesia bentuk objeknya maupun nilai nominalnya karna hukum pidana indonesia menganut hukum Barat dan Islam
menganut hukum Timur.