C. Fokus Penelitian
Fokus penulis dalam penalitian mengenai metode bimbingan ZIS pada Majelis Konseling di Yayasan Daarul Qur’an adalah:
1.
Metode Bimbingan ZIS pada Majelis Konseling di Yayasan Daarul Qur’an Nusantara.
Metode bimbingan ZIS pada Majelis Konseling di Yayasan Daarul Qur’an Nusantara ini yaitu melalui metode direktif. Dalam hal ini
konselor atau pembimbing lebih sering memberikan saran-saran yang bersifat mengajak berdakwah.
2.
Materi yang digunakan dalam bimbingan ZIS pada Majelis Konseling di Yayasan Daarul Qur’an Nusantara.
Berbagai materi yang menjadi dasar di dalam proses bimbingan ZIS pada Majelis Konseling di Yayasan Daarul Qur’an Nusantara, yang
pertama: mengetahui apa yang menjadi penyebab atau masalah yang klien alami. Kedua: pembelajaran mengenai etika islam, seperti perintah untuk
melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan syariat islam seperti sholat lima waktu, sholat dhuha, tahajud, zakat, infaq, sedekah, dan lain
sebagainnya. 3.
Bentuk dan waktu untuk bimbingan ZIS pd Majelis Konseling di Yayasan Daarul Qur’an Nusantara
a Bentuk bimbingan zis yang diterapkan di Majelis Konseling Daarul
Qur’an Nusantara.
b Waktu yang digunakan untuk konsultasi bimbingan zis yang
diterapkan di Majelis Konseling Daarul Qur’an Nusantara.
D. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini dibagi dalam dua kategori, yaitu: 1.
Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian, dalam hal ini adalah para asatidz yang memberikan layanan konseling.
2. Data Sekunder, yaitu data yang sifatnya menunjang data primer, dapat
diperoleh dari pengurus yayasan, dokumentasi dan catatan-catatan lapangan selama penelitian.
Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data kongkret, dan yang dapat memberikan
informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.
4
E. Teknik Pengambilan Data
Dalam memperoleh data-data penelitian, peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik wawancara merupakan
percakapan yang berisikan tanya dan jawab yang mengarah pada tujuan tertentu yang diperoleh dari subjek penelitian. Menurut Deddy Mulyana
menjelaskan bahwa, wawancara adalah bentuk komunikasi dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya,
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.
5
4
Ibid, h. 29.
5
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, Cet. Ke-2, h. 180.
Menurut Fred N. Kerlinger, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
interview yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksudnya adalah orang yang diwawancarai itu mengemukakan isi hatinya, pandangan-
pandangannya, pendapatnya, dan lain-lain sedemikian rupa sehingga pewawancara dapat lebih mengenalnya.
6
Benister dkk seperti dikutip oleh E. Kristi Poerwandari menjelaskan, bahwa observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,
mencatat fenomena-fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan aspek- aspek dalam fenomena tersebut.
7
Sebelum melakukan wawancara, penulis terlebih dahulu menyusun panduan wawancara yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung.
Selain itu, penulis juga menggunakan tape recorder untuk merekam hasil- hasil yang diperlukan, dan juga mencatat informasi yang didapatkan ketika
wawancara berlangsung. Adapun pelaksanaan observasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap
kegiatan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh Majelis Konseling Yayasan Daarul Qur’an Nusantara.
Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi yakni, peneliti membaca dan mempelajari berbagai data tertulis seperti buku, jurnal, atau
bulletin yang diterbitkan oleh Yayasan Daarul Qur’an Nusantara atau penerbit
lain yang berkesesuaian dengan pembahasan penelitian ini.
6
Fred N. Kerlinger, Asas-asas Penelitian Bihavioral Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press, 2000, h. 770.
7
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, h. 62.