Subyek 2 A Hasil Observasi terhadap Subyek

lxxxv b. Gambaran penyesuaian diri yang di lakukan oleh L tergolong dalam penyesuaian diri yang di sebutkan oleh Schneiders, 1964 dalam Yusuf, 2004: 27 adalah, sebagai berikut: 1. Mampu belajar, mampu mengembangkan dirinya, khususnya yang berkaitan dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah sehari-hari. 2. Mampu menerima kenyataan hidup yang di hadapi secara wajar.

4.2.2. Subyek 2 A Hasil Observasi terhadap Subyek

Pada saat A di wawancarai, A mengenakan baju kurung Blus warna coklat, rok berwarna coklat, manset berwarna coklat, dan mengenakan kerudung+cadar warna coklat. A memiliki tinggi badan sekitar 159 cm dan berat badan 45 kg. Wawancara di lakukan pada tanggal 09 Februari 2008, pukul 15.00 WIB di Ruang tamu di rumah subyek, di daerah Roxy Mas. Pada saat wawancara berlangsung suasana rumah sepi dan nyaman untuk melakukan tanya jawab, namun karena rumah A berdekatan dengan rel kereta sesekali ada suara kereta. Tetapi keadaan di buat sedemikian santai sehingga subyekpun merasa nyaman. Selama wawancara berlangsung A tidak banyak melakukan gerakan, hanya sesekali memasukkan tangannya kedalam kerudungnya. A lxxxvi cukup lancar dalam menjawab semua pertanyaan dari Peneliti dan kata- katanyapun cukup jelas, tidak berbelit-belit. Jawaban A pun mengalir seperti sedang mengobrol biasa pada seorang teman. Wawancara kedua di lakukan di Halaman Mesjid Fathullah pada pukul 09.00- 11.30 WIB, pada tanggal 10 Februari. A sangat ramah dan terbuka kepada siapapun bahkan pada orang yang baru di kenal. Intonasi suara A juga cukup jelas dan lantang. Wawancara di lakukan kurang lebih 2 jam, di mulai sekitar pukul 15.00 dan berakhir pada pukul 17.30 WIB. Gambaran Penggunaan Cadar A mengenal cadar sejak duduk di bangku Madrasah Tsanawiah setingkat SMP kelas 1, pada saat itu A bersekolah Pesantren Tharikat Fatimah Al- Idrisiyyah yang semua muridnya mengenakan cadar. Namun ketika itu A belum mengenakan cadar, hanya sesekali saja dan pada saat-saat tertentu pengajian di pesantren. Bahkan ketika A pulang ke rumah orangtuanya dari pesantren A tidak mengenakan cadar. Setelah lulus Madrasah Tsanawiah, A melanjutkan sekolah di tempat yang sama dan baru terpikirkan oleh A untuk mengenakan cadar, sampai akhirnya A memutuskan untuk mengenakannya. Namun, A mengenakan cadar pada pertengahan kelas 2 Madrasah Aliyah atau kurang lebih ketika A berusia 16 tahun. Pada saat itu A mengetahui apa yang akan terjadi kemudian hari mengenai resiko yang harus di hadapi bila mengenakan cadar. Ibu, Ayah, dan kakak-kakaknya tidak setuju ketika A lxxxvii memutuskan untuk mengenakan cadar. Namun ada satu orang kakak yang mendukungnya, yaitu kakak ke-2 A. Dan mereka yang tidak setuju A mengenakan cadar mengungkapkan bahwa A terlihat lebih cantik apabila memakai kerudung biasa. Ketika itu A mulai memikirkan apakah mengenakan cadar atau mengenakan kerudung biasa saja. Dalam hati A pun berpikir bahwa setiap manusia butuh di puji, di sanjung dan sebagainya. Namun A mengatakan itu hanya nafsu belaka yang ada di Dunia, menurut A “bukan hanya istri-istri nabi yang harus menutup seluruh auratnya, namun seluruh wanita muslim juga wajib menutup seluruh auratnya”. Ada peperangan dalam hatinya, antara mengenakan cadar dan tidak, namun setelah A konsultasi dan meminta saran kepada Syeh guru “yang tidak mau di sebutkan identitasnya” yang biasa di panggil A, A memantapkan hatinya untuk mengenakan cadar. Dan setelah A berkonsultasi dengan kakak ke 2 A ternyata sang kakak pun setuju dan mendukung A untuk mengenakan cadar. Dari situlah kemantapan hatinya untuk eksis mengenakan cadar. “Pertama kali saya memakai cadar ya karena kesadaran diri dan timbul dalam hati, bahwa setiap wanita muslim wajib menutup seluruh auratnya, dan Bismillahirohmannirohim, lalu saya memakainya” Dengan lantangnya A mengatakan itu kepada peneliti. ”Alhamdulillah” A bisa mengatasi semua ini pemakaian cadar sampai akhirnya semua bisa menerima A sampai sekarang. Memang pada awalnya tetangga A lxxxviii memandang aneh dan anak-anak kecil takut bila melihat A, namun lama- kelamaan semua lingkungan rumah A bisa menerima A apa adanya seperti sekarang. A melakukan ini tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun, melainkan dari dalam dirinya yang kuat. Bahkan kakak ipar A juga mengenakannya, dan A sering berdiskusi dengan kakak iparnya tersebut mengenai cadar. A melakukan pengajian 1 minggu 2 kali, hari Jum’at dan Ahad di rumah dan di daerah harmoni, untuk membahas masalah tentang pakaian dan membaca Al-Qur’an untuk memantapkan hatinya. A mengenakan cadar dari lubuk hati yang paling dalam dan A mengenakan cadar karena memang dalam Al- Quran. A juga tahu ada beberapa pendapat tentang aurat wanita itu tidak termasuk muka dan telapak tangan, namun setelah di kaji dan kaji lebih dalam A menemukan surat yang benar-benar membuktikan bahwa aurat wanita itu adalah dari ujung kaki sampai kepala, termasuk muka dan telapak tangan. “kakak baca deh surat Al- Ahzab Ayat 59, disitu ada penjelasan tentang jilbab dan penggunaannya. Jilbab itu kan dipakenya harus menutupi kepala sampai menutup muka dan dada biar kalo di luar ngga di ganggu tapi gampang dikenali”. Dari petunjuk Al-Quran dan Guru, A merasa mantap untuk mengenakan cadar. Pertama kali A mengenakannya, sering di cela oleh orang-orang terutama tetangganya. “ A kenapa sih ko pake gituan?”. Bahkan anak-anak lxxxix kecil di rumah A takut, bahkan sampai ada yang menangis melihat A seperti itu. Berkat dukungan dan arahan yang kuat dari Syekh Guru, A berani menghadapi semua ini, meskipun lingungan rumah A kurang baik dan kurang sehat A tetap mengenakannya. Sedangkan di lingkungan kampus, ada yang memandang aneh. Bahkan ada teman A yang sampai memanggil A, dan bilang kalau dia suudzon melihat A seperti teroris. Pada saat itu pula A menjelaskan kepada teman A bahwa orang yang mengenakan cadar bukan berarti tidak memiliki teman laki-laki dan bukan berarti tidak bisa menyesuaikan diri dengan yang lain. Tekad itu yang menjadi senjata utama bagi A, “Saya percaya kalau saya bisa menyesuaikan diri dengan baik terhadap teman-teman saya, siapapun dia”. Meskipun banyak persepsi negatif mengenai dirinya, A tidak terlalu memikirkannya, menurut A lebih baik selalu berpikir positif dari pada menanggapi hal-hal negatif tersebut. A selalu berfikir bahwa setiap manusia memiliki keimanan dan kepercayaan masing-masing. “Kenapa saya seperti ini dan kenapa saya mengenakan cadar yah inilah keimanan saya”. xc A tidak pernah memaksakan kalau semua wanita muslim harus bercadar. Lagi-lagi A, berkata “itu tergantung keimanan masing-masing Nafsi-nafsi saja lah tentang berpakaian”, karena kita sudah tahu dalam Al-quranpun sudah di berikan penjelasan yang jelas dalam hal berpakaian. Gambaran Persahabatan A di kampus mempunyai 4 orang sahabat Y, R, A, N, yang menurutnya amat cocok dalam segala hal, dan usia semua sahabat A juga sama dengan A. Sahabat A juga berada dalam Fakultas yang sama dan kelas yang sama dengan A. Namun A lebih dekat pada satu sahabat, yaitu Y. A bersahabat dengan sahabatnya sejak masuk kuliah pada saat propesa, A lebih sering bersama dengan Y daripada ketiga sahabatnya yang lain, sampai saat ini semester 4 masih bersahabat. A bersahabat dengan Y kurang lebih selama 2 tahun, A memilih Y karena, karena A merasa Y sama dengan A. Dari segi Finansial, Fisik, dan kehidupan keluarga. Bahkan ketika A belum membayar uang spp, sahabat A juga belum membayarnya. Dari situlah A merasakan ada kecocokan dan kemiripan sifat dan keadaan keuangan keluarga mereka. Keduanya saling memberikan masukakan dan mengakui bila ada kesalahan, keduanya bisa menerima dengan senang hati. Dari situlah A merasa nyaman dengan Y meskipun mereka sangat jauh berbeda dari segi berpakaian, dan jarak rumah mereka. A juga merasa nyaman bila menceritakan semua masalah pada Y. xci A merasa nyaman bila bercerita dengan Y, daripada harus bercerita dengan ketiga sahabatnya. Bukan berarti ketiga sahabatnya itu tidak di ceritakan tetapi hanya sebatasnya saja, tidak mendetail seperti A menceritakan kepada Y. Gambaran persahabatan yang dilakukan oleh A adalah persahabatan timbal balik seperti yang di paparkan oleh Reisman dalam Hays, 1988:28. Persahabatan timbal balik seperti ini hubungan akan menjadi lebih dekat secara emosional dan terikat dalam waktu yang lama.

a. Pembentukan Persahabatan

Dokumen yang terkait

Gambaran Penyesuaian Diri pada Muallaf

6 97 123

Gambaran Penyesuaian Diri Pada Istri Yang Dipoligami

6 80 154

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

16 111 210

Gambaran Penyesuaian Diri Pada Remaja yang Memiliki Saudara Autis

0 8 130

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 0 15

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 0 2

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 1 10

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

1 2 21

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 0 2

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

1 2 65