xlviii 4. Rational deliberation and self-direction Memiliki pertimbangan dan
pengarahan diri yang rasional, yaitu mampu memecahkan masalah berdasarkan alternatif-alternatif yang telah dipertimbangkan secara
matang dan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil. 5. Ability to learn Mampu belajar, mampu mengembangkan kualitas dirinya,
khususnya yang berkaitan dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah sehari-hari.
6. Utilization of past experience Mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu, bercermin ke masa lalu, baik yang terkait dengan keberhasilan
maupun kegagalam untuk mengembangkan kualitas hidup yang lebih baik.
7. Realistic, objective attitude Bersikap objektif dan realistik ; mampu menerima kenyataan hidup yang dihadapi secara wajar ; mampu
menghindari, merespon situasi atau masalah secara rasional, tidak didasari oleh prasangka buruk atau negatif.
2.2.2.2. Penyesuaian Diri yang Menyimpang maladjustment
Menurut Schneiders dalam Yusuf, 2004: 28 - 80 penyesuaian diri yang menyimpang atau tidak normal merupakan proses pemenuhan kebutuhan
atau upaya pemecahan masalah dengan cara-cara yang tidak wajar atau bertentangan dengan norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Dapat
xlix juga dikatakan bahwa penyesuaian diri yang menyimpang ini adalah sebagai
tingkah laku abnormal abnormal behavior, terutama terkait dengan kriteria sosio psikologis dan agama. Penyesuaian yang menyimpang dan abnormal
ini ditandai dengan respon-respon sebagai berikut. 1. Reaksi bertahan defence reaction = flight from self
Organisme atau individu dikepung tuntutan-tuntutan dari dalam diri sendiri need dan dari luar pressure dari lingkungan yang kadang-kadang
bersifat mengecam rasa aman egonya. Untuk melindungi rasa aman egonya, individu mereaksi tuntutan yang mengancam tersebut dengan
mekanisme pertahanan diri defence mechanism. Mekanisme pertahanan defence mechanism dapat di artikan sebagai
respon yang tidak disadari yang berkembang dalam struktur kepribadian individu, dan menjadi menetap, sebab dapat mereduksi ketegangan dan
frustasi, dan dapat memuaskan tuntutan-tuntutan penyesuaian diri. Orang ini berusaha mempertahankan diri sendiri, seolah-olah tidak
mengalami kegagalan, menutupi kegagalan, atau menutupi kelemahan dirinya sendiri dengan cara-cara atau alasan-alasan tertentu. Bentuk
reaksi ini diantaranya : 1 kompensasi : menutupi kelemahan dalam suatu hal, dengan cara mencari kepuasan dalam bidang lain 2 sublimasi :
menutupi atau mengganti kelemahan atau kegagalan dengan cara atau kegiatan yang mendapatkan pengakuan sesuai dengan nilai-nilai
l masyarakat. 3 proyeksi : melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada
pihak lain. Mekanisme pertahanan diri ini muncul dilatarbelakangi oleh dasar-dasar
psikologis, seperti : inferiority perasaan rendah diri, inadequacy perasaan tidak mampu, failure perasaan gagal dan guilt perasaan
bersalah. 2. Reaksi menyerang Agresive reaction dan Delinquency
Agresi dapat diartikan sebagai sebuah bentuk respon untuk mereduksi ketegangan dan frustasi melalui media tingkah laku yang merusak,
berkuasa, atau mendominasi. Berbeda dengan mekanisme penyesuaian diri yang lainnya, reaksi agresi
tidak berkontribusi atau tidak memberikan nilai manfaat bagi kesejahteraan rohaniah individu atau penyelesaian masalah yang
dihadapinya. Agresi ini terefleksi dalam bentuk-bentuk tingkah laku verbal dan non-
verbal. Contoh yang verbal : berkata kasar, bertengkar, panggilan nama yang jelek, jawaban yang kasar, sarkasme perkataan yang menyakitkan
hati, dan kritikan yang tajam. Sementara contoh yang non-verbal diantaranya: menolak atau melanggar aturan tidak disiplin,
memberontak, berkelahi tawuran, mendominasi orang lain, dan membunuh.
li Bentuk mekanisme yang sangat dekat hubungannya dengan agresi
adalah “delinquency”, karena kedua-duanya merupakan sikap perlawanan terhadap kondisi yang memfrustasikan kebutuhan atau keinginannya.
Delinquency dapat diartikan sebagai tingkah laku individu atau kelompok yang melanggar norma moral yang dijunjung tinggi masyarakat, yang
menyebabkan terjadinya konflik antara individu dengan kelompok atau masyarakat.
Tingkah laku nakal delinquency dapat dipandang sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mereduksi ketegangan, frustasi dan konflik
yang disebabkan oleh tuntutan tersebut. 3. Reaksi melarikan diri dari kenyataan Escape and withdrawal reaction atau
flight from reality Reaksi escape dan withdrawal merupakan perlawanan pertahanan diri
individu terhadap tuntutan, desakan, atau ancaman dari lingkungan dimana dia hidup.
Reaksi “escape” dan “withdrawal” berkembang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
1. Psikologis: frustasi, konflik, ketakutan, perasaan tertindas, dan kemiskinan emosional.
2. Lingkungan keluarga: orang tua terlalu memanjakan anak, orang tua bersikap menolak terhadap anak, dan orang tua menerapkan disiplin
yang keras terhadap anak.
lii 4. Penyesuaian yang patologis flight into illness
Penyesuaian yang patologis ini berarti bahwa individu yang mengalaminya perlu mendapat perawatan khusus, dan bersifat klinis,
bahkan perlu perawatan dirumah sakit hospitalized. Yang termasuk penyesuaian yang patologis ini adalah “neurosis” dan “psikosis”.
5. Tingkah Laku Anti Sosial Antisocial Behaviour Tingkah laku anti sosial merupakan tingkah laku yang menyimpang atau
bertentangan dengan norma masyarakat baik secara formal=hukumperundang-undangan, maupun informal=adat istiadat, dan
norma agama. Contoh tingkah laku anti sosial ini, diantaranya: pemerkosaan, perzinahan, perampokan, pencurian, perjudian, penculikan,
pemalsuan ijazah, persaksian, dan pembunuhan. Tingkah laku anti sosial ini diklasifikasikan kedalam tiga kategori, yaitu:
antisocial personality psychopathy, criminal dyssocial behavior, dan juvenile delinquency Harmatz, 1978.
6. Kecenderungan dan Ketergantungan Alkohol, dan Obat Terlarang Kecanduan alkohol minuman keras atau miras dan penyalahgunaan
Narkoba Naza merupakan gejala perilaku menyimpang baik secara hukum maupun psikologis yang berdampak sangat buruk terhadap
kesehatan fisik, seperti gangguan fungsi otak, dan peradangan lambung dan usus dan psikis seperti pemalas, pembohong, penipu, pencuri dan
perasa. Sementara upaya untuk “recovery” atau penyembuhannya
liii sangat susah, lama, dan mahal. Oleh karena itu, yang perlu menjadi
perhatian utama adalah upaya preventif atau pencegahan. 7. Penyimpangan Seksual, dan AIDS
Beberapa perilaku menyimpang yang harus mendapat perhatian semua pihak dewasa ini, diantaranya penyimpangan perilaku seksual dan freesex
yang menyebabkan AIDS. Penyimpangan seksual deviation sexual merupakan salah satu problem kepribadian atau kesehatan mental.
Penyimpangan ini dapat dikategorikan sebagai “psyhopatic personality” . Dengan alasan ini, istilah “sexual psyhopath” telah digunakan secara luas
dalam bidang medis, psikologi dan kriminologi. Penyimpangan seksual merupakan perilaku abnormal, atau salah satu maladjustment, karena
sering kali merintangi penyesuaian personal dan sosial.
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri