Kegiatan Bersama dan Kontak Fisik Pembentukan Persahabatan Keterbukaan Diri dan Kepercayaan

xcvii “Kenapa? Lagi bete yah? Ko dari tadi diem aja, cerita dong.....” A merasa bahwa dari sebuah perhatian, persahabatan akan terasa lebih bermanfaat dan dengan adanya perhatian, keterbukaan, dan saling percaya pada sahabat, itu adalah kunci untuk tetap langgeng dalam bersahabat.

d. Kegiatan Bersama dan Kontak Fisik

Kegiatan yang sering di lakukan A dengan sahabatnya adalah pergi keperpustakaan utama, dan mengerjakan tugas bersama. Seseorang cendrung untuk membentuk persahabatan dengan orang-orang yang mirip dengannya. Pengaruh kemiripan mungkin dapat terletak pada karakteristik demografi seperti: usia, kesehatan, fisik, pendidikan, latar belakang keluarga, status sosial, sikap dan sebagainya. Hal ini seperti yang di paparkan oleh Berg dan Archer dalam Fehr, 1996: 26. A lebih sering melakukan kegiatan kuliah bersama, dibandingkan melakukan kegiatan di luar kuliah. “Tapi pernah sih kita jalan-jalan nyari baju bareng dan minta pendapat gimana Y kalo A pake baju plus cadar yang ini?” Tetapi itu jarang sekali di lakukan, A dan Y lebih sering melakukan kegiatan kuliah bersama. Ketika A, bertemu di jalan dengan sahabatnya A selalu berjabat tangan dan cium pipi kanan dan kiri. Itu selalu di lakukan, di manapun mereka bertemu. ketika hendak pulang kerumah dari kampus atau setelah jam kuliah berakhir. xcviii

e. Manfaat dan Tujuan Persahabatan

Manfaat sahabat itu 1. Mengingatkan, menegur kita di saat kita salah, 2. Merasakan apa yang kita rasakan, 3. Jika kita punya masalah bisa di ceritakan kepada sahabat selain dengan orangtua. Sahabat itu penting merut A, karena sahabat adalah orang yang merasakan dan mengerti apa yang kita ceritakan, terkadang dia menjadi teman curhat, teman becanda, teman susah dan senang dan lain sebagainya. kita tidak bisa hidup sendirian di Dunia ini, walaupun nantinya jika kita meninggal tidak dengan sahabat. Tujuan A bersahabat dengan Y, adalah untuk berbagi segala cerita baik seang maupun susah. A tidak memiliki misi khusus dalam bersahabat yaitu hanya saja semua orang itu adalah sahabat. Tetapi pernah terfikirkan untuk mengajak sahabatnya mengaji Al’ Qur’an bersama dengan A di Majlis ta’lim dan dzikir Thariqat Al-Idrisiyyah. Gambaran Penyesuaian Diri A Bentuk penyesuaian A dengan lingkungannya cukup baik, terutama terhadap sahabatnya walaupun A mengenakan cadar. Terbukti dengan di terimanya A di lingkungan sekitar rumah, akan tetapi masih ada saja anak kecil yang takut bila melihat A. Mengenakan cadar bukan berarti menutup diri dan tidak memiliki teman atau sahabat. Penyesuaian diri A terhadap, peneliti juga baik. A selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti dengan senang, terbuka, xcix jelas dan tidak malu-malu untuk menjawab pertanyaan yang di berikan oleh peneliti. A berusaha untuk belajar menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik di rumah maupun di kampus. Hal ini terkait dengan pernyataan yang di sebutkan oleh Schneiders, 1964 dalam Yusuf, 2004: 27 Mampu belajar, mampu mengembangkan dirinya, khususnya yang berkaitan dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah sehari-hari. Mampu menerima kenyataan hidup yang di hadapi secara wajar. A juga meyakinkan diri sendiri, A mampu menyesuaikan diri dengan semuanya, meyakinkan orangtua bahwa mengenakan cadar bukan berarti tidak memiliki dan di jauhi teman. Namun tingkat penyesuaian diri A kurang baik, terbukti ketika A ditanya oleh peneliti ada berapa teman laiki-laki yang A miliki, lalu A menjawabnya “jujur saja kak penyesuaian A dengan lingkungan kampus kurang, hanya dengan sahabat saja, apalagi dengan teman laki-laki. Bahkan ada yang sampai memanggil A, dan di berkata saya sudzon melihat kamu A mengenakan cadar di kampus ini, seperti teroris saja.” Namun penyesuaian diri A adalah penyesuaian yang baik, namun tingkat penyesuaian diri A kurang baik terhadap lingkungan kampus. Namun penyesuaian diri A masih terbilang normal karena mampu menyesuaiakan diri dan menghindari ekspresi emosi, mampu belajar dan mampu c mengembangkan kwalitas dirinya. A sadar bahwa hidup di dunia harus bisa menyesuaikan diri dengan siapapun bergaul termasuk dengan laki-laki, asalkan tahu batasan. A merasa penyesuaian diri, belum maksimal. Dan A selalu menyakinkan dan berusaha untuk memaksimalkan dan belajar dari teman-temannya yang lain tentang penyesuaian dirinya. Dan menurut A itulah gunanya sahabat, untuk mengingatkan kita jika ada yang tidak sesuai dengan diri kita. A juga menyakinkan dirinya bahwa orang yang bercadar juga bisa menyesuaikan diri dengan baik, sehingga semua orang juga senang bergaul dengan orang yang mengenakan cadar.

4.2.3. Subyek 3 F Hasil Observasi terhadap Subyek

Sebelum wawancara dimulai, F terlihat sedang membaca sebuah buku dan sempat menceritakan tentang isi buku tersebut. Pada saat F di wawancarai, F mengenakan Kemeja warna putih, rok berwarna hitam, manset berwarna putih, dan mengenakan kerudung+cadar warna hitam. F memiliki tinggi badan sekitar 160 cm dan berat badan 45 kg. Wawancara di lakukan pada tanggal 11 Februari 2008, pukul 13.20 sampai 15.20 WIB di Ruang tamu di kos subyek, di daerah Kampus. Pada saat wawancara berlangsung suasana rumah sepi dan nyaman untuk melakukan tanya jawab, namun karena F kos ci ada saja yang lalu-lalang di sekitar ruang tamu. Tetapi keadaan di buat sedemikian santai sehingga subyekpun merasa nyaman. Selama wawancara berlangsung F tidak banyak melakukan gerakan, hanya sesekali membuka- buka buku. Wawancara kedua dilakukan di Halaman Tarbiah pada tanggal 14 Februari 10.00- 12.30 WIB. F cukup lancar dalam menjawab semua pertanyaan dari Peneliti dan kata-katanyapun cukup jelas, tidak berbelit-belit. Jawaban F pun mengalir seperti, mengobrol dengan teman lama. F sangat terbuka kepada siapapun bahkan pada orang yang baru di kenal. Namun tidak demikian kepada lawan jenis. Intonasi suara F juga cukup jelas. Gambaran Penggunaan Cadar F mengenal cadar ketika duduk di bangku SMA kelas 3, pada saat itu F bersekolah SMA 3 Bekasi. Namun ketika itu F belum mengenakan cadar, hanya sesekali saja dan pada saat-saat tertentu pengajian di Majlis ta’lim At-taqwa. Bahkan ketika F mengaji di Majlis ta’lim belum mengenakan cadar. Setelah lulus SMA, baru terpikirkan oleh F untuk mengenakan cadar, sampai akhirnya F memutuskan untuk mengenakannya. Namun F, mengenakan cadar atas anjuran calon suami. F mengenakan cadar pada pertengahan semester kuliah bulan februari, namun ketika itu sedang libur kuliah. Atau kurang lebih, ketika F berusia 18 tahun. Pada F mengenakan cadar, F tahu apa yang akan terjadi kemudian hari mengenai resiko yang harus di hadapi bila mengenakan cadar. Ibu, dan Ayahnya tidak setuju ketika F memutuskan cii untuk mengenakan cadar. Namun pada saat itu hanya calon suami yang mendukungnya. Ayah dan ibu F mengungkapkan bahwa F terlihat lebih cantik apabila memakai kerudung biasa, seperti sebelumnya. Ketika itu F mulai memikirkan apakah mengenakan cadar atau mengenakan kerudung biasa saja, apakah mengikuti anjuran calon suami atau anjuran kedua orangtuanya. Dalam hati F pun terpikirkan bahwa “aku masih muda ” butuh di puji, di sanjung dan sebagainya. Namun F mengatakan itu hanya nafsu belaka yang ada di Dunia, menurut F “bukan hanya istri-istri nabi yang harus menutup seluruh auratnya, namun seluruh wanita muslim juga wajib menutup seluruh auratnya”. Ada peperangan dalam hatinya, antara mengenakan cadar dan tidak, antara anjuran calon suami atau mengikuti anjuran orangtua. Namun setelah F konsultasi dan meminta saran kepada Ustadz, F memantapkan hatinya untuk mengenakan cadar. Dan F memberikan penjelasan kepada ke dua orangtua F untuk merestui F, mengenakan cadar. Sampai akhirnya F di setujui oleh kedua orangtuanya. Dari situlah kemantapan hatinya untuk eksis mengenakan cadar. “Pertama kali saya memakai cadar ya karena calon suami, kalau kita nurut pada suami kan surga imbalannya, ya kan ka? dan itupun timbul atas kesadaran diri ternyata calon suami juga menyetujuinya yah saya pakailah cadar itu”.Setiap wanita muslim wajib menutup seluruh auratnya, dan Bismillahirohmannirohim, lalu saya memakainya” ciii Dengan tegasnya F mengatakan itu kepada peneliti. ”Alhammdulillah” F bisa mengatasi semua ini, sampai akhirnya semua bisa menerima F sampai sekarang. Memang pada awalnya tetangga F memandang aneh, namun lama-kelamaan semua lingkungan rumah F bisa menerima F apa adanya seperti sekarang. F melakukan ini tidak ada unsur paksaan, walaupun awalnya mengenakan cadar anjuran dari calon suami. F melakukan pengajian 1 minggu 1 kali, hari Ahad di dekat rumah untuk membahas masalah tentang pakaian dan membaca Al-Qur’an untuk memantapkan hatinya. Sedangkan lingkungan kampus F juga ada yang memandang aneh. Bahkan teman-teman yang sampai menanyakan F tentang keanehan yang terjadi pada F. “kenapa sih, aneh pakeannya? Di suruh sama calon suami yah, jadi pake cadar?”. Dari situlah F langsung berfikir apakah orang yang mengenakan cadar aneh? Dan ketika itu pula F mengkonsultasikan pada calon suami dan ustadz. Meskipun banyak persepsi negatif mengenai dirinya, F tidak terlalu memikirkannya, menurut F lebih baik selalu berpikir positif dari pada menanggapi hal-hal negatif tersebut. F selalu berfikir bahwa setiap manusia memiliki keimanan dan kepercayaan masing-masing. “Kenapa saya seperti ini dan kenapa saya mengenakan cadar yah inilah saya”. civ Gambaran Persahabatan F memiliki 1 orang sahabat, yang menurutnya amat cocok dalam segala hal, dan usia sahabat F juga sama dengan F. Sahabat F berada dalam Fakultas yang sama yaitu Tarbiah dan Ilmu Keguruan Fakultas Bahasa Indonesia dan kelas yang sama dengan F. F bersahabat dengan R sejak masuk kuliah, F lebih sering bersama R, dari pada dengan teman yang lainnya. Sampai saat ini semester 4, F masih bersahabat dengan R. F bersahabat dengan R kurang lebih selama 2 tahun, F memilih R karena, F merasa R bisa menerima F apa adanya. Dari situlah F merasakan cocok dan kemiripan sifat. Keduanya saling memberikan masukakan dan mengakui bila ada kesalahan, Gambaran persahabatan yang dilakukan oleh F secara khusus adalah persahabatan timbal balik di mana persahabatan seperti ini hubungan akan menjadi lebih dekat secara emosional dan terikat dalam waktu yang lama, hal ini seperti yang dipaparkan oleh Reisman dalam Hays, 1988: 22 . keduanya bisa menerima dengan senang hati. Dari situlah F merasa nyaman dengan R meskipun mereka sangat jauh berbeda dari segi berpakaian. Mereka juga tinggal pada satu kos yang sama dan kamar yang sama. F merasa nyaman bila menceritakan semua masalah pada R. F merasa nyaman bila bercerita dengan R, daripada harus bercerita dengan ketiga teman se kamarnya. Bukan berarti ketiga temannya itu tidak di cv ceritakan tetapi hanya sebatasnya saja, tidak mendetail seperti F menceritakan kepada R.

a. Pembentukan Persahabatan

Ketika pertama kali bertemu dengan R di kontrakan kosan dan pada saat itu F belum mengetahui, bahwa R mengambl Jurusan yang sama dengan F. Namun setelah bertemu Fakultas, barulah mereka berdua dekat. Awal mulanya F merasa dekat dengan R, karena mereka berdua sering pulang bareng saat propesa. Dan ketika kuliah di mulai, ternyata F dan R satu kelas, yah di teruskanlah pertemanan mereka sampai ke jenjang persahabatan. Alasan utama F memilih R, karena R bisa memahami dan menerima kekurangan dan kelebihan F. Begitupun juga sebaliknya, bahkan mereka berdua sudah seperti saudara. Walaupun mereka tidak mengenal keluarga masing-masing, karena rumah mereka berjauhan. Namun menurut F “insyaallah dalam waktu dekat atau liburan ini saya akan silaturrahmi dengan keluarga R”.

b. Keterbukaan Diri dan Kepercayaan

F bersahabat dengan R atas dasar kejujuran, kepercayaan, sabar dan saling memahami satu sama lain. Dari situlah F, merasa bahwa R bisa menerima kekurangan dan kelebihan yang di miliki F, begitu pula sebaliknya. Hal yang cvi membuat mereka menjadi dekat karena mereka berada dalam satu kos dan satu kelas. Kedekatan itu timbul ketika F menceritakan penderitaan yang sedang di alaminya, yaitu dalam hal memilih calon suami yang F pilih atau yang di jodohkan oleh kedua orangtuanya. Dari situlah, membuahkan persahabatan yang menurut F, R bisa memahami perasaan yang sedang di rasakan oleh F. F merasa nyaman bila bercerita dengan R, walau mereka berbeda dari segi berpakaian. Tidak ada batasan dalam persahabatan yang di jalani F dengan R, bahkan pernah ketika suatu saat F, ingin melakukan percobaan yang tidak terpuji yaitu memakan lotion anti nyamuk, R lah yang ketakutan bahwa F akan kenapa-napa. Dan R lah yang menelfon calon suami F. F menceritakan semua masalah yang dirasakannya kepada R, tidak ada yang di tutup-tutupi. Dan F juga sering mengeluh tentang keuangan kepada R. Hubungan F dengan R sangat dekat, meskipun F hanya tahu keluarga A sebatas yang di ceritakan R. F sangat percaya kepada R, oleh karena itu tidak pernah ada masalah yang di tutup-tutupi oleh F, “Apapun masalahnya saya selalu cerita kepada R”. cvii Tidak pernah ada masalah yang terjadi dalam persahabatan F dan R, karena keduanya saling memahami sifat masing-masing.

c. Pengekspresian Emosi dan Dukungan Tak Bersyarat

Dokumen yang terkait

Gambaran Penyesuaian Diri pada Muallaf

6 97 123

Gambaran Penyesuaian Diri Pada Istri Yang Dipoligami

6 80 154

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

16 111 210

Gambaran Penyesuaian Diri Pada Remaja yang Memiliki Saudara Autis

0 8 130

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 0 15

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 0 2

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 1 10

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

1 2 21

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 0 2

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

1 2 65