Konflik Pendekatan Penelitian Instrumen Penelitian

liv positif atau austress dan stress yang negatif atau distress. Apabila orang tersebut mampu mengatasi stress maka sebut dengan austress dan orang yang demikian dapat dikatakan orang yang mempunyai penyesuaian diri yang baik dan apabila orang tersebut tidak mampu mengatasi stress yang datang maka ia disebut dengan distress dan orang yang demikian itu dapat dikatakan dengan orang yang tidak mampu menyesuaikan diri.

b. Konflik

Konflik atau pertentangan batin adalah terdapatnya dua macam dorongan atau lebih, yang berlawanan atau bertentangan satu sama lain. Menurut Zakiah konflik itu terbagi tiga yang pertama yaitu konflik terhadap dua hal yang diingini, yang tidak mungkin di ambil keduanya, misalnya seorang gadis yang dilamar oleh dua orang pemuda yang sama-sama di cintainya, jika ia memilih A maka ia akan kehilangan yang B begitu juga sebaliknya. Yang kedua yaitu konflik terhadap dua hal yang bertentangan, contohnya adalah seorang anak yang ingin naik gunung tetapi oleh sang ibu dilarang, di satu sisi sang ibu tidak ingin kalau anaknya tidak mempunyai pengalaman yang menarik di saat liburan, tetapi di sisi yang lain ibu tersebut juga takut kalau anaknya mengalami kecelakaan di jalan. Yang ketiga yaitu konflik terhadap dua hal yang tidak diingini contohnya adalah seorang militer yang turun ke medan perang ia lv tidak ingin membunuh lawannya tetapi kalau ia tidak membunuh maka ia akan dibunuh oleh lawannya.

c. kecemasan

Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan frustasi dan pertentangan batin konflik. Kecemasan mempunyai segi yang di sadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa berdosa, juga ada segi-segi yang terjadi di luar kesadaran dan tidak bisa menghindari perasaan yang tidak menyenangkan. Kecemasan dapat di sebabkan oleh beberapa hal yang pertama yaitu rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang mengancamnya. Contohnya adalah seorang pejalan kaki yang melihat mobil berkecepatan tinggi datang menuju kearahnya seakan-akan ingin menabraknya tentunya ia akan merasa takut dan mencoba untuk menyelamatkan diri. Yang kedua rasa cemas berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk yaitu takut terhadap hal yang tidak jelas, tidak tentu, dan tidak ada hubungannya dengan apa-apa, serta takut itu mempengaruhi kepribadian seseorang. Bentuk yang lainnya adalah kecemasan yang ditimbulkan oleh benda-benda yang ada kaitan dengan dirinya. Yang ketiga kecemasan yang disebabkan oleh rasa berdosa atau bersalah karena melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya. Cemas ini juga dapat lvi diikuti denngan beberapa gejala baik itu fisik seperti jantung berdebar- debar, ujung jari berkeringat, dan lain-lain; dan gejala psikis seperti tidak nyaman, rasa takut yang berlebihan, gelisah, tidak percaya diri, merasa rendah diri dan lain-lain. 2.3. PAKAIAN

2.3.1. Pengertian Pakaian Secara Umum

Pakaian secara etimologi bisa diartikan dengan busana Ali, 1988: 50. Sedangkan secara terminologi pakaian adalah barang yang dibuat dari berbagai macam bahan untuk menutupi, melindungi dan menghiasi tubuh manusia. Barang-barang tersebut mencakup baju, celana, kemeja, kebaya, jas, gaun, rok, blus, jaket, sepatu, topi dan sebagainya. Badudu-Zain, 1994: 979. Menurut Daryanto dalam Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, 1997: 456 pakaian sama saja dengan busana yaitu, pakaian yang lengkap dengan coraknya indah, bahannya bagus, dan barang yang dipakai. Pakaian sesuai dengan fitrahnya berfungsi untuk menutupi anggota badan tertentu dari penglihatan orang lain dan untuk menjaga kesehatan yang di antaranya untuk perlindungan dari panas dan dingin. Selain itu pakaian juga lvii merupakan lambang kesopanan dan keindahan, sekaligus ciri khas masing- masing daerah, serta menunjukan ketinggian budaya suatu bangsa.

2.3.2. Pengertian Pakaian Menurut Islam

Pakaian menurut Islam Ibnu Arabi dalam http:www.jurnal.bizforum viewtopic.php? adalah jilbabpakaian yang menutupi seluruh badan dari atas kepala sampai ke bawah mata kaki yang lebih besar dari tudung. Al- Khatib Asy Syarbini dalam www.jurnal.bizforum viewtopic.php?, 2007 menjelaskan bahwa setiap pakaian yang berfungsi menutupi adalah jilbab, dan jika yang dimaksud dengan jilbab adalah pakain gamis, maka mengulurkannya adalah untuk menyempurnakannya. Islam mewajibkan menutup aurat dihadapan laki-laki yang bukan mahram adalah amat penting dan perlu dilaksanakan oleh setiap wanita. Perkara ini agar tidak memunculkan nafsu laki-laki akibat penglihatannya terhadap wanita yang tidak senonoh dan mendedahkan sebagian tubuhnya. Ini bermakna penutup aurat itu adalah satu dari bentuk jaminan keselamatan yang di ajukan oleh Islam untuk melindungi kepentingan wanita. Dengan kata lain pakaian dalam Islam adalah aurat, untuk melindungi seluruh tubuh dari ujung rambut hingga ujung kaki, dan untuk menjaga keselamatan lviii para wanita dari perbuatan yang kurang baik yang di lakukan oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab.

2.3.3. Pengertian Cadar

Cadar dalam bahasa Arab di sebut dengan An Niqab, adalah sesuatu yang berguna untuk menutupi seluruh wajah perempuan kecuali kedua mata atau sesuatu yang tampak di sekitar mata. Dinamakan penutup wajah Al- Niqab karena masih ada lubang disekitar daerah mata yang berguna untuk melihat jalan. httpwww.myblogger.com Pengertian “cadar” oleh para ulama sering di sebut dengan istilah “hijab”. Secara harfiah “hijab” berarti pemisah dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan secara istilah adalah sejenis baju kurung yang lapang dan dapat menutupi kepala, wajah, dan dada. Rasulullah SAW telah menerangkan bahwa wanita adalah aurat yang mesti di lindungi di tutupi. Labib MZ, 1993: 99. Ibnu Abbas dan Qotadat seperti yang dikutip Baidan bahwa hijab atau cadar adalah pakaian yang menutup pelipis dan hidung, meskipun kedua mata pemakaianya terlihat namun tetap menutup muka dan bagian dadanya. Baidan, 1999:118. Kemudian Fathan mengemukakan bahwa: lix “cadar hijab adalah kain penutup muka dan sebagian wajah wanita hingga mata saja yang nampak”. Abu Fathan, 1992: 6. Menurut Syaikh Bakar bin Abu Zaid pakaian bercadar adalah, pakaian yang luas menutupi seluruh badan, dan memakai jilbab pada pakaian luarnya dari ujung kepala turun sampai menutup wajahnya, sehingga menutupi perhiasaannya dan seluruh badannya sampai menutupi kedua ujung kakinya. www.jurnal,bizforumviewtopic.php?p

2.3.4. Alasan Penggunaan Cadar

Syaikh Muhammad Nashiruddin Albani ulama dan ahli hadits seperti di kutip Khan 2001: 181-182 memandang bahwa wajah perempuan tidak termasuk bagian yang wajib di tutupi, namun ia menganjurkan sebagian di tutup untuk mencegah kejahatan mengingat dekadensi moral yang umum terjadi di masyarakat modern seperti sekarang ini. Adapun peraturan memakai hijab menurutnya adalah sebagai berikut: a. Hijab harus menutup seluruh tubuh. b. Hijab hendaknya bukan merupakan sumber daya tarik pamer kemewahan. Firman Allah ‚ C5 QY I+? ,- .L …=  †s=  `zJ5 5 ‡ 9P BCD] ˆ}9P lx Artinya: “ hendaklah kalian tetap di rumah dan janganlah berhias dan bertingkah laku seperti perempuan-perempuan jahiliah masa lalu”. QS. Al-Ahzab, 33. c. Hijab merupakan kain yang tebal dengan keyakinan bahwa pakaian tembus pandang hanya akan memperkuat daya tarik perempuan dan menjadi sumber kejahatan. d. Hijab merupakan pakaian yang lapang dan tidak sempit. e. Pakaian tidak menyerupai pakaian laki-laki. f. Pakaian tidak menyerupai pakaian kafir. g. Pakaian tidak boleh merefleksikan kebesaran dunia. Khan, 2001: 181- 182. Sedangkan menurut R. Rusmini Suria Atmaja seperti di kutip Labib MZ 1990: 251 menyatakan bahwa di antara alasan penggunaan cadar hijab, adalah sebagai berikut: a. Memenuhi syarat peradaban sehingga tidak menyinggung rasa kesusilaan. b. Memenuhi syarat kesehatan, yakni melindungi tubuh dari gangguan luar seperti: panas teriknya matahari, udara dingin dan debu. c. Memenuhi rasa keindahan, sesuai dengan syari’at dan peradaban. d. Menutup segala kekurangan yang ada pada tubuh. lxi Pandangan berbeda disampaikan oleh Ibrahim Amini, mengenai alasan penggunaan hijab sebagai berikut : a. Untuk melindungi secara lebih baik nilai-nilai sosial terhadap upaya- upaya busuk yang menjadikan wanita sebagai objek tontonan. b. Dengan memperhatikan hijab Islam, perbuatan-perbuatan kotor dan tidak terpuji dapat di kendalikan. c. Dengan memakai hijab Islam, akan memberikan ketenangan lahir dan batin karena akan terbebas dari gangguan. Labib MZ, 1990: 230. lxii BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Peneliti memilih penelitian kualitatif dalam menjawab permasalahan, karena penelitian ini berusaha mendapatkan informasi dan untuk memahami dari sudut pandang subyek penelitian sesuai yang ingin di capai dalam penelitian ini, yaitu ingin mengetahui gambaran persahabatan dan penyesuaian diri pada mahasiswi UIN Jakarta yang mengenakan cadar. Penelitian kualitatif menghasilkan data dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan lain sebagainya. Poerwandari, 2001: 22

3.2. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian adalah, metode wawancara dan observasi. Metode wawancara sebagai metode utama sedangkan metode penunjangnya adalah metode Observasi. lxiii

3.2.1. Wawancara sebagai metode utama

Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara sebagai metode utama dalam pengumpulan data. Penulis menggunakan teknik wawancara agar mendapatkan data yang lebih mendalam mengenai persahabatan dan penyesuaian diri pada mahasiswi yang bercadar. Wawancara kualitatif menurut Banister dkk dalam Poerwandari, 2001: 75 dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui gambaran persahabatan dan penyesuaian diri pada mahasiswi yang mengenakan cadar. Maka dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam dan terfokus untuk mengarahkan pembicaraan pada hal-hal atau aspek-aspek tertentu dari kehidupan atau pengalaman subyek dengan menggunakan petunjuk umum wawancara Poerwandari, 2001.

3.2.2. Observasi sebagai metode penunjang

Pada penelitian ini digunakan juga metode observasi yang berfungsi sebagai metode penunjang. Menurut Banister dalam Poerwandari, 2001: 70 istilah Observasi di turunkan dari bahasa latin yang berarti “melihat” dan lxiv “memperhatikan”. Observasi di arahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tertentu. Metode observasi ini dilakukan dalam rangka menununjang hasil penelitian yang diperoleh dalam wawancara yang diharapkan agar peneliti dapat memahami lebih dalam apa yang akan diteliti serta memungkinkan peneliti melihat sesuatu yang oleh subyek tidak disadari.

3.3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: pedoman wawancara, lembar observasi, dan alat perekam. Patton dalam Poerwandari 2001: 70-81 1. Pedoman Wawancara berupa daftar pertanyaan: Berlaku sebagai pegangan dalam wawancara agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian, mengingatkan kembali akan aspek-aspek yang perlu digali dari subyek serta memudahkan kategorisasi dalam melakukan analisa data. 2. Lembar observasi: Digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting, dapat menerangkan lebih lanjut data yang telah diperoleh atau berpengaruh terhadap jalannya wawancara. Hal-hal yang dicatat meliputi setting tempat wawancara berlangsung, lama wawancara, hal-hal yang - terjadi selama wawancara yang mungkin berpengaruh terhadap jalannya lxv wawancara, penampilan subyek secara keseluruhan, respon subyek terhadap pertanyaan dan cara menyampaikan jawaban pertanyaan. 3. Alat perekam: Digunakan untuk memudahkan peneliti mengulang kembali hasil wawancara agar memungkinkan memperoleh data yang utuh, sesuai dengan yang disampaikan subyek dalam wawancara. Alat ini digunakan atas izin dari subyek sebelum wawancara.

3.4. Subyek Penelitian

Dokumen yang terkait

Gambaran Penyesuaian Diri pada Muallaf

6 97 123

Gambaran Penyesuaian Diri Pada Istri Yang Dipoligami

6 80 154

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

16 111 210

Gambaran Penyesuaian Diri Pada Remaja yang Memiliki Saudara Autis

0 8 130

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 0 15

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 0 2

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 1 10

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

1 2 21

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 0 2

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

1 2 65