c mengembangkan kwalitas dirinya. A sadar bahwa hidup di dunia harus bisa
menyesuaikan diri dengan siapapun bergaul termasuk dengan laki-laki, asalkan tahu batasan.
A merasa penyesuaian diri, belum maksimal. Dan A selalu menyakinkan dan berusaha untuk memaksimalkan dan belajar dari teman-temannya yang lain
tentang penyesuaian dirinya. Dan menurut A itulah gunanya sahabat, untuk mengingatkan kita jika ada yang tidak sesuai dengan diri kita. A juga
menyakinkan dirinya bahwa orang yang bercadar juga bisa menyesuaikan diri dengan baik, sehingga semua orang juga senang bergaul dengan orang yang
mengenakan cadar.
4.2.3. Subyek 3 F Hasil Observasi terhadap Subyek
Sebelum wawancara dimulai, F terlihat sedang membaca sebuah buku dan sempat menceritakan tentang isi buku tersebut. Pada saat F di wawancarai, F
mengenakan Kemeja warna putih, rok berwarna hitam, manset berwarna putih, dan mengenakan kerudung+cadar warna hitam. F memiliki tinggi
badan sekitar 160 cm dan berat badan 45 kg. Wawancara di lakukan pada tanggal 11 Februari 2008, pukul 13.20 sampai 15.20 WIB di Ruang tamu di
kos subyek, di daerah Kampus. Pada saat wawancara berlangsung suasana rumah sepi dan nyaman untuk melakukan tanya jawab, namun karena F kos
ci ada saja yang lalu-lalang di sekitar ruang tamu. Tetapi keadaan di buat
sedemikian santai sehingga subyekpun merasa nyaman. Selama wawancara berlangsung F tidak banyak melakukan gerakan, hanya sesekali membuka-
buka buku. Wawancara kedua dilakukan di Halaman Tarbiah pada tanggal 14 Februari 10.00- 12.30 WIB. F cukup lancar dalam menjawab semua
pertanyaan dari Peneliti dan kata-katanyapun cukup jelas, tidak berbelit-belit. Jawaban F pun mengalir seperti, mengobrol dengan teman lama. F sangat
terbuka kepada siapapun bahkan pada orang yang baru di kenal. Namun tidak demikian kepada lawan jenis. Intonasi suara F juga cukup jelas.
Gambaran Penggunaan Cadar
F mengenal cadar ketika duduk di bangku SMA kelas 3, pada saat itu F bersekolah SMA 3 Bekasi. Namun ketika itu F belum mengenakan cadar,
hanya sesekali saja dan pada saat-saat tertentu pengajian di Majlis ta’lim At-taqwa. Bahkan ketika F mengaji di Majlis ta’lim belum mengenakan cadar.
Setelah lulus SMA, baru terpikirkan oleh F untuk mengenakan cadar, sampai akhirnya F memutuskan untuk mengenakannya. Namun F, mengenakan
cadar atas anjuran calon suami. F mengenakan cadar pada pertengahan semester kuliah bulan februari, namun ketika itu sedang libur kuliah. Atau
kurang lebih, ketika F berusia 18 tahun. Pada F mengenakan cadar, F tahu apa yang akan terjadi kemudian hari mengenai resiko yang harus di hadapi
bila mengenakan cadar. Ibu, dan Ayahnya tidak setuju ketika F memutuskan
cii untuk mengenakan cadar. Namun pada saat itu hanya calon suami yang
mendukungnya. Ayah dan ibu F mengungkapkan bahwa F terlihat lebih cantik apabila memakai kerudung biasa, seperti sebelumnya.
Ketika itu F mulai memikirkan apakah mengenakan cadar atau mengenakan kerudung biasa saja, apakah mengikuti anjuran calon suami atau anjuran
kedua orangtuanya. Dalam hati F pun terpikirkan bahwa “aku masih muda ” butuh di puji, di sanjung dan sebagainya. Namun F mengatakan itu hanya
nafsu belaka yang ada di Dunia, menurut F “bukan hanya istri-istri nabi yang harus menutup seluruh auratnya, namun
seluruh wanita muslim juga wajib menutup seluruh auratnya”. Ada peperangan dalam hatinya, antara mengenakan cadar dan tidak, antara
anjuran calon suami atau mengikuti anjuran orangtua. Namun setelah F konsultasi dan meminta saran kepada Ustadz, F memantapkan hatinya untuk
mengenakan cadar. Dan F memberikan penjelasan kepada ke dua orangtua F untuk merestui F, mengenakan cadar. Sampai akhirnya F di setujui oleh
kedua orangtuanya. Dari situlah kemantapan hatinya untuk eksis mengenakan cadar.
“Pertama kali saya memakai cadar ya karena calon suami, kalau kita nurut pada suami kan surga imbalannya, ya kan ka? dan itupun timbul atas
kesadaran diri ternyata calon suami juga menyetujuinya yah saya pakailah cadar itu”.Setiap wanita muslim wajib menutup seluruh auratnya, dan
Bismillahirohmannirohim, lalu saya memakainya”
ciii Dengan tegasnya F mengatakan itu kepada peneliti. ”Alhammdulillah” F bisa
mengatasi semua ini, sampai akhirnya semua bisa menerima F sampai sekarang. Memang pada awalnya tetangga F memandang aneh, namun
lama-kelamaan semua lingkungan rumah F bisa menerima F apa adanya seperti sekarang. F melakukan ini tidak ada unsur paksaan, walaupun
awalnya mengenakan cadar anjuran dari calon suami. F melakukan pengajian 1 minggu 1 kali, hari Ahad di dekat rumah untuk
membahas masalah tentang pakaian dan membaca Al-Qur’an untuk memantapkan hatinya. Sedangkan lingkungan kampus F juga ada yang
memandang aneh. Bahkan teman-teman yang sampai menanyakan F tentang keanehan yang terjadi pada F.
“kenapa sih, aneh pakeannya? Di suruh sama calon suami yah, jadi pake cadar?”.
Dari situlah F langsung berfikir apakah orang yang mengenakan cadar aneh? Dan ketika itu pula F mengkonsultasikan pada calon suami dan ustadz.
Meskipun banyak persepsi negatif mengenai dirinya, F tidak terlalu memikirkannya, menurut F lebih baik selalu berpikir positif dari pada
menanggapi hal-hal negatif tersebut. F selalu berfikir bahwa setiap manusia memiliki keimanan dan kepercayaan masing-masing.
“Kenapa saya seperti ini dan kenapa saya mengenakan cadar yah inilah saya”.
civ
Gambaran Persahabatan
F memiliki 1 orang sahabat, yang menurutnya amat cocok dalam segala hal, dan usia sahabat F juga sama dengan F. Sahabat F berada dalam Fakultas
yang sama yaitu Tarbiah dan Ilmu Keguruan Fakultas Bahasa Indonesia dan kelas yang sama dengan F. F bersahabat dengan R sejak masuk kuliah, F
lebih sering bersama R, dari pada dengan teman yang lainnya. Sampai saat ini semester 4, F masih bersahabat dengan R. F bersahabat dengan R
kurang lebih selama 2 tahun, F memilih R karena, F merasa R bisa menerima F apa adanya. Dari situlah F merasakan cocok dan kemiripan sifat.
Keduanya saling memberikan masukakan dan mengakui bila ada kesalahan, Gambaran persahabatan yang dilakukan oleh F secara khusus adalah
persahabatan timbal balik di mana persahabatan seperti ini hubungan akan menjadi lebih dekat secara emosional dan terikat dalam waktu yang lama, hal
ini seperti yang dipaparkan oleh Reisman dalam Hays, 1988: 22 . keduanya bisa menerima dengan senang hati. Dari situlah F merasa nyaman
dengan R meskipun mereka sangat jauh berbeda dari segi berpakaian. Mereka juga tinggal pada satu kos yang sama dan kamar yang sama. F
merasa nyaman bila menceritakan semua masalah pada R.
F merasa nyaman bila bercerita dengan R, daripada harus bercerita dengan ketiga teman se kamarnya. Bukan berarti ketiga temannya itu tidak di
cv ceritakan tetapi hanya sebatasnya saja, tidak mendetail seperti F
menceritakan kepada R.
a. Pembentukan Persahabatan