Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kelelahan

fisik menyakitkan telinga pekerja dan Psikis mengganggu konsentrasi dan kelancaran komunikasi. Hasil Penelitian Noor Fatimah 2002, di bagian Packing PT. Palur Raya Karang Anyer, ada 90 tenaga kerja mengalami kelelahan sedang, dan 10 kelelahan berat akibat paparan bising sebesar 82,4 dBA. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Arif Yoni Setiawan 2000 di bagian machine moulding and floor moulding unit Produksi Departemen Foundry PT. Texmaco Perkasa Engineering Kaliwungu bahwa dengan range kebisingan 98-105 dBA pada bagian machine moulding 22,2 tenaga kerja mengalami kelelahan ringan, 51 kelelahan sedang, 25,9 kelelahan berat dan pada bagian floor moulding dengan intensitas kebisingan 74-80 dBA terjadi kelelahan ringan sebesar 70, kelelahan sedang 25 dan kelelahan berat 5. NIOSH National Institusi of Occuppational Safety Health telah mendefinisikan status suara kondisi kerja dimana suara berubah menjadi polutan secara lebih jelas bila tingkat kebisingan lebih dari 104 dBA dan kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus menghadapi tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dBA selama lebih 8 jam Tambunan, 2005

5.4. Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kelelahan

Setelah dianalisa menggunakan analisis linear berganda menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh yang bermakna antara pencahayaan dengan kelelahan p value 0,023 0,05, hasil ini juga menunjukkan bahwa risiko peluang pekerja yang berada didaerah dengan pencahayaan diatas NAB mengalami kelelahan sebesar 0,277 nilai Universitas Sumatera Utara B kali dari kelompok pekerja yang tinggal di wilayah tingkat pencahayaannya dibawah NAB. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Risva 2002 di PT. Indokores Sahabat Purbalingga menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pencahayaan dengan kelelahan tenaga kerja. Menurut Tarwaka dkk 2004 faktor penyebab terjadinya kelelahan akibat kerja antara lain penyebabnya adalah lingkungan iklim, penerangan, kebisingan, getaran dll. Menurut Barnes 1980 pencahayaan, berpengaruh pada kenyamanan fisik, sikap mental, output dan kelelahan tenaga kerja. Persyaratan cahaya, suhu sebaiknya dipahami agar dapat memberikan kondisi fisik menyenangkan dalam bekerja. Menurut Suma’mur 1993 tenaga kerja harus dengan jelas dapat melihat objek- objek yang sedang dikerjakan, juga harus dapat melihat dengan jelas pula mesin- mesin peralatan selama proses produksi agar tidak terjadi kecelakaan kerja. Untuk itu diperlukan penerangan ditempat kerja yang memadai untuk setiap jenis pekerjaan. Dari hasil pengamatan diperoleh dari lapangan tenaga kerja mendapat waktu istirahat 45 menit setelah bekerja selama 5 jam, diharapkan dengan waktu istirahat yang diberikan kelelahan kerja akan hilang dan dapat bekerja kembali. Kelelahan mudah ditiadakan dengan istirahat. Tetapi jika dipaksa terus, kelelahan akan bertambah dan cenderung membuat masalah dalam kesehatan. Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan kepada keadaan umum lingkungan fisik ditempat kerja, misalnya pengaturan jam kerja, pemberian istirahat yang tepat, penerapan ergonomi dan lain-lain. Usaha pengendalian kelelahan ditujukan kepada kebisingan, tekanan panas dan ventilasi yang baik. Universitas Sumatera Utara Dibagian produksi dryer area, stock preparation area memiliki kebisingan diatas NAB, yaitu 8,61 dan 87,5 dBA dan suhu dibagian tersebut berkisar suhu 29,9 C sampai 31,3 C. Menurut keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.51MEN1999 kondisi tersebut telah melampaui ambang batas. Tenaga kerja di lingkungan panas perlu proses aklimatisasi yaitu adaptasi suhu lingkungan panas. Bekerja dilingkungan panas dapat mempercepat kelelahan oleh karena tubuh kehilangan ion-ion melalui keringat. Sedangkan Circadian Rhythm dari aspek psikologis dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti terang, gelap, dan suhu lingkungan.

5.5. Keterbatasan Penelitian