Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan kerja

Nixon 1982 mengatakan bahwa hyperarousal kronis berhubungan dengan kondisi kehabisan tenaga yang meningkat adalah gejala awal umum penyakit jantung. Kehabisan tenaga dan kehilangan kendali yang bersatu dalam kelelahan kronis bergabung kedalam indera yang peka tentang apatis, kehilangan ingatan, kegagalan yang mencirikan kondisi psychoneurotic depresi, dan melancholia. Kelelahan diatur secara, sentral oleh otak Pada susunan syaraf pusat terdapat sistem aktivasi bersifat simpatis dan inhibisi bersifat para simpatis. Tanda-tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan pada organ-organ di luar kesadaran serta proses pemulihan menunjukkan: 1. Penurunan perhatian, 2. Pelambatan persepsi, 3.Lambat dan sukar berpikir, 4. Penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja, 5.Kurang efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental. Menurut Gilmer 1966 dan Cameron 1973, gejala kelelahan ditandai 1. Menurun kesiagaan dan perhatian, 2. Penurunan dan hambatan persepi. Cara berpikir atau perbuatan anti sosial, 4. Tidak cocok dengan lingkungan, 5. Depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif, 6. Gejala umum sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan, kecemasan, perubahan tingkah laku, kegelisahan dan sukar tidur.

2.3.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan kerja

Barnes 1980 menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi jumlah pekerjaan yang akan dilakukan seseorang setiap hari dan tingkat kelelahan fisik Universitas Sumatera Utara akibat kerja. Tersedianya kondisi kerja dan peralatan, jumlah pekerjaan setiap hari akan tergantung pada kemampuan dan kecepatan kerja yang dilakukan tenaga kerja. Faktor terakhir adalah tergantung pada keinginan atau kemauan kerja yang dipengaruhi oleh banyak hal, yaitu :

2.3.6.1. Lama Waktu Kerja

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penerapan peneliti yang sesuai dengan situasi organisasi tertentu termasuk bagaimana biasanya pekerjaan itu dilakukan. Shift kerja temyata berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja terutama shift kerja siang dan malam. Shift kerja ini nyata lebih menimbulkan kelelahan dibandingkan dengan shift pagi, karena menyebabkan gangguan circadian rhythm gangguan tidur Ida, 1997. Shift kerja adalah sistem jam kerja sebagai suatu jadwal kerja yang diatur dalam memperpanjang waktu produksi dalam 24 jam. Dalam upaya menghasilkan produksi yang berkesinambungan, suatu perusahaan selalu mempekerjakan karyawannya dalam sistem shift selama 24 jam, hal ini perlu mendapat perhatian yang kemungkinan akan meningkatkan terjadinya kecelakaan kerja. Ada beberapa sistem jadwal kerja shift, tetapi umumnya perusahaan sering menggunakan sistem shift rotasi yang mengakibatkan terganggunya irama circadian dan kesehatan seseorang. Pada umumnya pekerja sebagian menyesuaikan diri, tetapi dapat juga yang mengalaini intoleransi, dikenal dengan Shift Maladaptation Syndrome SMS. Keluhan-keluhan yang dijumpai pada keadaan ini berupa gangguan Universitas Sumatera Utara pencernaan mual dan muntah, nyeri dada, sesak nafas, kegelisahan, rasa dingin, dan lelah. Hal ini kadang-kadang mengakibatkan pekerja berhenti dari pekerjaannya. Beberapa penelitian mengatakan kecelakaan banyak terjadi pada shift malam sehubungan dengan gangguan irama circadian. Penelitian lain, di Inggris menemukan bahwa puncak kecelakaan lokal terjadi sebelum waktu istirahat shift pagi yang mungkin disebabkan faktor kelelahan atau pekerja mempercepat produksi pada saat- saat ini untuk mengejar target sebelum istirahat. Suatu penelitian menunjukkan bahwa 13 tenaga kerja tidak dapat menyesuaikan diri pada shift malam dan banyak tidak menyukai rotasi shift kerja 1 minggu, sebab mempengaruhi kesehatan dan kehidupan pribadi. Pada penelitian tersebut digunakan skedul kerja 1 minggu setiap shift pagi, minggu depannya shift sore, minggu ke 3 shift tengah malam. Barnes, 1980.

2.3.6.2. Periode Istirahat

Pada berbagai jenis pekerjaan berat dan ringan diperlukan periode istirahat dengan alasan : a. Periode istirahat meningkatkan jumlah pekerjaan yang dilakukan b. Periode istirahat dibutuhkan tenaga kerja c. Periode istirahat menurunkan keragaman pekerjaan dan cenderung mendorong operator mempertahankan tingkat performance mendekati output yang maksimum. d. Periode istirahat mengurangi kelelahan fisik. Universitas Sumatera Utara e. Periode istirahat mengurangi jumlah waktu yang diperlukan selama jam kerja. Selain faktor-faktor diatas, kelelahan kerja dapat dikurangi dengan penyediaan sarana tempat istirahat, memberi waktu libur dan rekreasi, pengetrapan ergonomi, organisasi proses produksi yang tepat, penggunaan warna dan dekorasi pada lingkungan kerja, musik di tempat kerja. Waktu-waktu istirahat untuk latihan-latihan fisik bagi pekerja yang bekerja sambil duduk tenaga kerja akan lebih cepat merespon rangsang yang diberi dan seseorang yang telah mengalaini kelelahan akan lebih lama merespon rangsang yang diberi Koesyanto dan Tunggul, 2005. Menurut Tarwaka dkk 2004 faktor penyebab terjadinya kelelahan akibat kerja adalah : 1. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental 2. Lingkungan iklim,penerangan, kebisingan, getaran dll 3. Cicardian rhythm 4. Problem fisik, tanggung jawab, kekhawatiran konflik 5. Kenyerian dan kondisi kesehatan 6. Nutrisi

2.3.7. Upaya Penanggulangan Kelelahan