Latar Belakang Ir. Kalsum, M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa tetapi juga kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Visi Pembangunan Kesehatan di Indonesia yang dilaksanakan adalah Indonesia Sehat 2010 dimana penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh layanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Depkes RI, 2002. Kesehatan kerja dapat tercapai secara optimal jika tiga komponen berupa kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja dapat berinteraksi baik dan serasi. Suma’mur P.K, 1996 Kecelakaan di tempat kerja merupakan penyebab utama penderita perorangan dan penurunan produktivitas. Menurut ILO 2003, setiap hari rata-rata 6000 orang meninggal akibat sakit dan kecelakaan kerja atau 2,2 juta orang per tahun sebanyak 300.000 orang pertahun, diantaranya meninggal akibat sakit atau kecelakaan kerja. Universitas Sumatera Utara Kecelakaan kerja juga berakibat pada biaya 1000 Milliar USD atau 20 kali bantuan umum yang diberikan ke negara berkembang. Jepang dan AS melaporkan lebih dari 2 juta kecelakaan akibat pekerjaan setiap tahunnya sedangkan Perancis, Republik Federal Jerman dan Italia melaporkan lebih dari sejuta kecelakaan kerja setiap tahunnya. Biro Statistik Buruh Bureau of Labour Statistic, menyatakan 5703 kecelakaan fatal atau 3,9 pekerja di tahun 2007 Industrial, Engineer,2007. Di Indonesia data kecelakaan kerja dari PT. Jamsostek Jakarta pada tahun 2007 terdapat kecelakaan kerja 95.000 kasus, pada tahun 2008 terdapat 93.823 kasus dan pada tahun 2009 terdapat 88.492 kasus kecelakaan kerja. Terlihat bahwa kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 ada penurunan. Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja, mudah sakit, stres, sulit berkonsentrasi sehingga menyebabkan menurunnya produktif kerja. Kondisi kerja meliputi variabel fisik seperti distribusi jam kerja, suhu, penerangan, suara, dan ciri-ciri arsitektur tempat kerja Lingkungan kerja yang kurang nyaman, misalnya : panas, berisik, sirkulasi udara kurang, kurang bersih, mengakibatkan pekerja mudah stress Supardi, 2007. Kondisi lingkungan fisik dapat terjadi misalnya suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas dan terlalu dingin menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaan. Panas bukan hanya dalam pengertian temperatur udara, tetapi juga sirkulasi atau arus udara, disamping itu, kebisingan mengambil andil tidak kecil Universitas Sumatera Utara munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain. Margiati, 1999. Hadian 2000, melaporkan tahun 1988 terdapat 8-12 penduduk dunia menderita kebisingan dalam berbagai bentuk. Angka itu diperkirakan akan terus meningkat bila kondisi kebisingan melebihi ambang batas. Setyawati, 2007. Kelelahan kerja merupakan masalah yang sangat penting perlu ditanggulangi secara baik. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya penurunan kekuatan Otot, rasa lelah yang merupakan gejala subjektif dan penurunan kesiagaan Grandjean, 1985. Banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja cepat terjadi yaitu faktor internal seperti : usia, jenis kelamin, kesehatan, pengetahuan, sikap, keterampilan,dan lain-lain dan faktor eksternal seperti : suhu, cahaya, ventilasi, kebisingan, sifat pekerjaan, postur kerja ILO 1983, Astrand 1986, Green 1992, Suma’mur 1994. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Tri Yuni Ulfa Hanifa 2005 di Industri Pengolahan kayu Brumbung Perum Perhutani Semarang ada hubungan yang signifikan antara kebisingan dengan kelelahan tenaga kerja. Sama halnya dengan hasil penelitian Irawan Harwanto 2004 di Depo Lokomotif PT. Kereta Api, Daerah Operasi IV Semarang, bahwa 13 tenaga kerja mengalami kelelahan ringan, 69,6 kelelahan sedang dan 17,4 mengalami kelelahan berat akibat paparan bising yang melebihi NAB, yaitu : 85,8-90,6dBA. Penelitian tentang kelelahan yang lain pada tenaga kerja di bagian welding 2b dan bagian p2 shipping CBU di PT X Plant II Jakarta Utara oleh Ema Isnarningsih Universitas Sumatera Utara menunjukan bahwa ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap kelelahan kerja. Pencahayaan yang tidak memenuhi syarat penerangan dalam ruangan juga dapat menimbulkan efek kelelahan pada mata maupun badan. Sama halnya dengan hasil penelitian Giacinta Yunita Anggraini 2005 di Pabrik tekstil PT. A Pada Operator Loom Unit Weaving V Denim Di Pabrik Tekstil PT.A Kabupaten Semarang bahwa ada hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan kelelahan. Hasil penelitian Risva 2002 di PT. Indokores Sahabat Purbalingga menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pencahayaan dengan kelelahan tenaga kerja. Hasil Penelitian Noor Fatimah 2002, di bagian Packing PT. Palur Raya Karang Anyer, ada 90 tenaga kerja mengalami kelelahan sedang, dan 10 kelelahan berat akibat paparan bising sebesar 82,4 dBA. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Arif Yoni Setiawan 2000 di bagian machine moulding and floor moulding unit Produksi Departemen Foundry PT. Texmaco Perkasa Engineering Kaliwungu bahwa dengan range kebisingan 98-105 dBA pada bagian machine moulding 22,2 tenaga kerja mengalami kelelahan ringan, 51 kelelahan sedang, 25,9 kelelahan berat dan pada bagian floor moulding dengan intensitas kebisingan 74-80 dBA terjadi kelelahan ringan sebesar 70, kelelahan sedang 25 dan kelelahan berat 5. Berdasarkan data PT. Jamsostek tahun 2007 di Propinsi Sumatera Utara terdapat 9.349 kasus, tahun 2008, terdapat 9.096 kasus, tahun 2009, 10.770 kasus. kecelakaan kerja di beberapa perusahaan, jika dihubungkan dengan nihil kecelakaan Universitas Sumatera Utara atau zero accident kecelakaan kerja oleh Depnaker 90 terjadi dibagian produksi, maka target nihil kecelakaan belum terpenuhi. Tahun 2010 bulan Februari PT PDM Indonesia memeriksa kebisingan di bagian produksi dengan hasil pemeriksaan bahwa ruangan Hydra Area, Bobbin Area, Ream Cutting Area dan Filligrain Area kebisingan di bawah NAB 85 dBA, namun ruangan Dryer Area dan Stock preparation Area ditemukan hasil pemeriksaan kebisingan di atas NAB sebesar 93,7 dBA dan 95,4 dBA. Hasil pemeriksaan pencahayaan pada bagian produksi menunjukkan bahwa Dryer Area 90 Lux, Hydra Area 185 Lux, Ream Cutting Area 58 Lux dan Filligrain Area 140 Lux, terlihat pencahayaan ruangan di bawah Nilai Ambang Batas 100 Lux adalah ruangan Ream Cutting Area, Dryer Area. Melihat data hasil pemeriksaan kebisingan dan pencahayaan pada Perusahaan pabrik kertas rokok PT PDM Indonesia berpotensi menimbulkan kelelahan pada tenaga kerja , disamping perusahaan tidak ada menerapkan SMK3 di tempat kerjanya, sementara perusahaan ini bergerak dibidang teknologi tinggi dan sangat beresiko menimbulkan kecelakaan kerja. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh kondisi lingkungan kerja kebisingan dan pencahayaan terhadap kelelahan kerja di Pabrik kertas rokok PT PDM Indonesia Medan. Universitas Sumatera Utara

1.2. Permasalahan