Kebijakan Luar Negeri Kerangka Konseptual

13 masalah pertanggungjawaban terhadap politik di suatu negara, pemimpin suatu negara yang memiliki otoritas dalam pembuatan kebijakan luar negeri dapat fleksibel untuk merespon situasi eksternal.Yang juga sangat berpengaruh dari sumber ini ialah struktur kepemimpinan yang berasal dari berbagai individu dan kelompok yang berbeda-beda. 4. Sumber idiosinkratik idiosyncratic sources Sumber ini berasal dari kepribadian elit-elit politik yang mempengaruhi persepsi, kalkulasi, dan perilaku mereka terhadap kebijakan luar negeri. Hal ini juga meliputi persepsi seorang elit politik tentang keadaan alamiah dari arena internasionaldan tujuan nasional yang hendak dicapai.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian yang ditulis oleh Adhi Cahya Fahadayna yang berjudul “Pengaruh Ikhwanul Muslimin terhadap Politik Luar Negeri Mesir dalam Konflik Israel-Palestina ” membahas salah satu instrumen yang turut memberikan pengaruh terhadap kebijakan luar negeri Mesir, yakni eksistensi kelompok Ikhwanul Muslimin. 24 Ikhwanul Muslimin berhasil meraih kekuasaan setelah pemilihan umum yang diselenggarakan secara demokratis pada tahun 2011-2012 yang lalu. Ikhwanul Muslimin juga menempatkan salah seorang tokoh senior mereka, Mohammed Mursi, sebagai presiden melalui pemilihan umum secara demokratis pertama sejak revolusi 2011. Dengan berhasil menguasai 24 Adhi Cahya Fahadayna, “Pengaruh Ikhwanul Muslimin terhadap Politik Luar Negeri Mesir dalam Konflik Israel- Palestina”, Universitas Airlangga 2013, h. 1 14 kepemimpinan di Mesir, Mursi dan Ikhwanul Muslimin memberikan pengaruh signifikan terhadap kebijakan luar negeri Mesir, khususnya yang berkaitan dengan isu Palestina-Israel. Selain itu, Adi Cahya juga menilai bahwasanya Ikhwanul Muslimin telah membuka jalan bagi Mesir untuk melakukan reorientasi dan rekonstruksi politik luar negeri yang independen. Menurutnya, politik luar negeri Mesir sebelum pemerintahan Mursi lebih identik dengan kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah. Oleh sebab itu, semenjak menjabat sebagai presiden, Mursi mencoba untuk mengembalikan independensi dalam politik luar negeri Mesir. Langkah Mursi tersebut diimplementasikan dengan melakukan hubungan intensif dengan negara-negara di Timur Tengah dan Afrika. 25 Penelitian yang dilakukan oleh Adhi Cahya Fahadayna melihat peranan Ikhwanul Muslimin sebagai new religious movements yang membawa unsur- unsur keagamaan terhadap isu Palestina-Israel. Dengan menjadikan agama sebagai instrumen utama pergerakan, Ikhwanul Muslimin mampu mendominasi politik Mesir setelah revolusi dan mampu memperoleh dukungan legitimasi dari rakyat Mesir. Setelah itu, dalam kasus ini, Ikhwanul Muslimin juga berhasil merubah orientasi kebijakan luar negeri Mesir Perubahan tersebut terlihat dari sikap Mesir yang dengan tegas mendukung Palestina sebagai permanent observer di PBB. Dengan demikian, dukungan tersebut mengindikasikan Mesir sudah tidak sepenuhnya lagi tunduk pada perjanjian Camp David. 26 25 Ibid, h.11 26 Ibid, h. 12 15 Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Major Ehab Elsayed Elhadad yang berjudul “The Egyptian Military’s Role In The 25 January Revolution, And The Post- Revolution Impacts On Egypt’s Foreign Relations And Middle East Stability ” dalam salah satu sub pembahasan menjelaskan tentang hubungan Mesir-Israel yang sudah terjalin sejak 1948 menunjukkan adanya ketidakstabilan dan berada pada tingkat ketegangan yang tinggi. 27 Hubungan kedua negara tersebut ditengahi oleh AS yang berujung pada kesepakatan damai melalui Perjanjian Camp David tahun 1979. Perjanjian tersebut membuat hubungan kedua negara menjadi harmonis dalam bidang politik maupun ekonomi. Menurut Major Ehab, setelah revolusi yang terjadi di Mesir pada tahun 2011 lalu, Israel mengalami kekhawatiran akan nasib dari perjanjian tersebut. Hal ini disebabkan adanya pergantian rezim yang dihasilkan setelah revolusi, yaitu berakhirnya rezim Mubarak dan terpilihnya Mursi sebagai presiden baru Mesir. Kekhawatiran Israel terhadap status Perjanjian Camp David dalam pandangan pemerintah yang baru berdasarkan pada tiga kategori, yaitu: 1. keinginan pemerintah Mesir untuk mengakhiri perjanjian tersebut, 2. keinginan pemerintah Mesir untuk merevisi beberapa poin dalam perjanjian tersebut, 3. dan keinginan pemerinah Mesir untuk terus berkomitmen menjalani perjanjian tersebut. 28 27 Major Ehab Elsayed Elhadad, The Egyptian Military’s Role In The 25 January Revolution, And The Post- Revolution Impacts On Egypt’s Foreign Relations And Middle East Stability, Fort Leavenworth: Kansas, 2012, h. 62 28 Ibid, h. 63 16 Dalam tesis Major Ehab juga menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan adanya upaya untuk mengakhiri Perjanjian Camp David. Faktor- faktor tersebut antara lain: 1. Masalah pendudukan Israel di Palestina 2. Hubungan erat antara Ikhwanul Muslimin di Mesir dengan gerakan pembebasan Palestina PLO dan gerakan anti-Israel; Hamas. 3. Masalah perbatasan Mesir-Israel di dataran tinggi Sinai. 4. Masalah blokade Israel terhadap kapal Mavi Marmara Turki yang membawa bantuan untuk Palestina. 29 Dari faktor-faktor tersebut, Major Ehab menilai permasalahan Israel dengan Palestina menjadi permasalahan sensitif yang membuat opini publik di Mesir mengarahkan pandangannya untuk mengakhiri perjanjian Camp David. Selain itu, pandangan publik Mesir pula tertuju pada upaya untuk menciptakan keamanan dan stabilitas di kawasan Timur Tengah yang selama ini terus berada dalam ketegangan, khususnya dalam konflik Palestina-Israel. 30 Berbeda dengan skripsi yang ditulis oleh Adhi Cahya Fahadayna 2011 yang menyoroti hubungan Mesir-Israel melalui pengaruh Ikhwanul Muslimin yang dipandang sebagai new religious movement, skripsi ini mencoba meyoroti hubungan kedua negara melalui kerangka teoritis berupa konsep politik luar negeri dan kebijakan luar negeri Mesir. Melalui konsep tersebut, skripsi ini mencoba mengidentifikasi politik luar negeri Mesir dan berbagai faktor-faktor 29 Ibid 30 Ibid, h. 64