36
dengan Israel ini, Liga Arab pernah mengeluarkan Mesir dari status keanggotaan.
69
Mesir pun dikucilkan dari pergaulan internasional dan dianggap telah mencederai perjuangan negara-negara Arab dalam mencapai kepentingan
bersama, yakni keamanan dan stabilitas regional. Selain itu, masalah utama yang menjadi sorotan negara-negara Arab dari efek perjanjian damai Mesir dengan
Israel ialah masalah konflik Palestina dengan Israel.
70
Situasi negara-negara Arab dalam kasus tersebut untuk membantu membebaskan Palestina dari okupasi yang
dilakukan oleh Israel. Namun, dengan adanya perjanjian damai dengan Israel, Mesir dianggap telah merubah orientasi dukungannya kepada Israel.
69
Tianshe. Four Points toward, h.89
70
Ibid, h.90
37
BAB III
POLITIK LUAR NEGERI MESIR SETELAH REVOLUSI 2011: STUDI HUBUNGAN BILATERAL MESIR-ISRAEL TAHUN 2011-2013
Pada bab ini akan menjelaskan politik luar negeri Mesir setelah revolusi yang terjadi pada tahun 2011 hingga tahun 2013. Batasan tahun terakhir dalam
pembahasan bab ini ialah masa pemerintahan Mohammed Mursi, yang berakhir pada bulan Juni 2013. Sebelumnya bab ini akan terlebih dahulu membahas politik
luar negeri Mesir pada masa pemerintahan transisi - setelah berakhirnya kekuasaan presiden Hosni Mubarak - di bawah Supreme Council of Armed Forces
SCAF yang dipimpin oleh Marshall Hussein Tantawi. Dari dua masa pemerintahan setelah revolusi tersebut, bab ini akan memberikan gambaran terkait
dengan langkah-langkah yang dilakukan oleh masing-masing rezim, khususnya yang berkaitan dengan hubungan bilateral dengan Israel dan kepentingan nasional
yang hendak dicapai oleh Mesir dari lingkungan eksternal, baik pada level regional maupun internasional.
A. Politik Luar Negeri Mesir Masa Transisi di bawah Kepemimpinan SCAF
1. Eksistensi SCAF di Mesir pada Revolusi Tahun 2011
Supreme Council of Armed Forces SCAF atau Dewan Tinggi Angkatan Bersenjata Mesir merupakan lembaga yang mengambil alih pemerintahan transisi
Mesir pasca berakhirnya kekuasaan Mubarak pasca revolusi tahun 2011 silam. SCAF terdiri dari para pejabat senior militer Mesir yang dipimpin oleh Husein
38
Tantawi. Sebelumnya SCAF merupakan pihak yang mendukung pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat sipil dalam revolusi yang menuntut pemberhentian
Hosni Mubarak sebagai presiden Mesir. Keberpihakan SCAF pada masyarakat sipil dalam revolusi tahun 2011 ini dibuktikan dengan sikap mereka mendukung
secara penuh dan menjamin aksi masyarakat dalam menyampaikan aspirasi. SCAF juga bersedia membantu masyarakat untuk mewujudkan cita-cita revolusi
dan mewujudkan aspirasi yang disuarakan oleh masyarakat dalam demonstrasi.
71
Keberpihakan SCAF kepada masyarakat sipil pada revolusi 2011 menjadi sejarah tersendiri bagi Mesir. Berbagai pemberitaan di media, khususnya di media
televisi nasional, menyatakan bahwa keberpihakan SCAF pada rakyat merupakan sebuah peristiwa hebat. Langkah yang dilakukan oleh SCAF sendiri mendapat
apresiasi yang sangat tinggi dari masyarakat. Saat itu, masyarakat sipil seakan mendapatkan tambahan kekuatan untuk menghentikan kekuasaan rezim Mubarak
yang sudah menjabat selama 30 tahun.
72
2. Peran SCAF dalam Transisi di Mesir
Wewenang yang diberikan kepada SCAF dimulai dari periode Februari 2011 sampai dengan Agustus 2012. Dalam mengisi proses transisi tersebut, SCAF
mengedepankan berbagai diskursus mengenai demokrasi dan mempersiapkan pemilihan umum; referendum amandemen konstitusi, pemilihan majelis tinggi
dan majelis rendah, dan pemilihan presiden.
73
Dengan demikian, SCAF
71
Daniel Brumberg and Hesham Sallam , “The Politics of Security Sector Reform in Egypt”,
United States Institute Of Peace Special Report October 2012, h.2
72
Abul-Magd, Understanding SCAF, h.156
73
Ibid
39
bertanggung jawab terhadap stabilitas politik, ekonomi, dan sosial Mesir pasca revolusi sebagai bentuk realisasi terhadap cita-cita revolusi.
Dalam urusan politik luar negeri, SCAF berperan sebagai pengambil kebijakan luar negeri decision-makers. Hal tersebut berdasarkan pada keinginan
militer untuk menjaga peluang meningkatkan power dan meraih keuntungan materi serta kehendak untuk dapat terus menjaga status quo dalam mendominasi
segala aspek yang berkaitan dengan kepentingan militer. Dengan dominasi dalam pengambilan kebijakan, militer Mesir dapat menentukan langkah strategis bagi
mereka dengan menjadikan kepentingan nasional Mesir sebagai alat untuk mencapai kepentingan kelompok militer. Salah satu kepentingan yang ingin
dicapai melalui politik luar negeri Mesir ialah bantuan alat perlengkapan dan senjata dari AS.
74
3. Kebijakan SCAF dalam Politik Luar Negeri Mesir.
a. Mempertahankan Perjanjian Internasional yang telah disepakati dan
mengikat Mesir
Dalam dimensi politik luar negeri Mesir, langkah yang dilakukan oleh SCAF ialah dengan membentuk sebuah Deklarasi Konstitusional I yang salah satu
poin pentingnya ialah berkomitmen terhadap berbagai perjanjian internasional yang telah disepakati dan mengikat Mesir.
75
Poin penting ini merupakan hasil dari upaya SCAF untuk menjadi lembaga yang mewadahi berbagai jenis aspirasi
74
Sharp, Egypt: Background, h.9
75
A.M.Fachir, Gerakan Rakyat Untuk Perubahan: Pembelajaran dari Timur Tengah, Jurnal Luar Negeri Edisi Khusus 2011. Jakarta : Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Luar
Negeri, hal. 18
40
masyarakat Mesir. SCAF juga melakukan berbagai dialog dengan berbagai elemen masyarakat dan politik untuk merumuskan kebijakan dalam proses
transisi. Upaya diplomatik yang dilakukan SCAF dalam masa transisi ini dilakukan
secara terbuka untuk mempertahankan kepentingan nasional. SCAF berupaya mempertahankan status quo dalam menentukan kebijakan luar negeri Mesir.
SCAF berupaya untuk mempertahankan segala jenis koneksi dengan pihak luar untuk mencapai kepentingan nasional yang lebih condong kepada pemenuhan
kebutuhan ekonomi domestik.
76
b. Berperan dalam Konflik di Kawasan Arab-Israel
Dalam rangka upaya memulihkan peran Mesir di kawasan, SCAF sebagai otoritas tertinggi Mesir saat itu juga mengambil langkah strategis, yakni menjadi
mediator rekonsilisasi antara Fatah dan Hamas, mediator gencatan senjata antara Palestina-Israel pada tahun 2012, dan mediator pembebasan tahanan antara
Palestina-Israel sebanyak 1027 orang.
77
Salah seorang tahanan yang turut dibebaskan akibat peran yang dilakukan oleh Mesir ini adalah Ghilad Shalit
78
. Pembebasan tersebut diindikasikan sebagai langkah antisipatif Israel terhadap
kemungkinan komunikasi yang terjalin antara kelompok Islam di Mesir dengan
76
Abul-Magd, Understanding SCAF, h.156
77
Jeremy M. Sharp, “Egypt in Transition”, Congressional Reserve Service November 18, 2011,
h. 8
78
Gilad Shalit merupakan seorang kopral dari angkatan pertahanan Israel yang ditahan oleh tentara militan Palestina. Ia dtangkap oleh militan Palestina pada sebuah penyerangan di daerah
Jalur Gaza pada 25 Juni 2006.