Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka

11 nasional, kebudayaan, konflik, kapabilitas, institusi, dan aktivitas rutin yang ditujukan untuk mencapai dan memelihara identitas sosial, hukum, dan geografi. 20 Sementara itu, menurut Holsti, kebijakan luar negeri meliputi semua tindakan serta aktivitas negara terhadap lingkungan eksternalnya. 21 Hal tersebut dilakukan dalam upaya untuk memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya tersebut, serta hirau akan berbagai kondisi internal yang menopang formulasi tindakan tersebut. Tujuan-tujuan yang hendak dicapai suatu negara dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu: 1 nilai yang menjadi tujuan dari pembuat kebijakan, 2 jangka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan 3 tipe tuntutan yang diajukan suatu negara kepada negara lain. 22 Dari beberapa teori yang dikemukan oleh para pemikir tentang kebijakan luar negeri di atas, secara garis besar kebijakan luar negeri merupakan sebuah tindakan yang dilakukan oleh suatu negara yang disebabkan oleh adanya faktor- faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal, yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari lingkungan eksternal negara tersebut dan bergantung pada kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh negara tersebut berdasarkan skala prioritas yang telah ditentukan oleh suatu negara dan menentukan jenis kebijakan yang dikeluarkan. 20 Ibid, h.15 21 K.J. Holsti.1988. International Politics: A Framework for Analysis. New Jersey: Prentice Hall, hal. 21 22 Perwita dan Yani, Pengantar Ilmu, 51-52. 12 Sementara itu, Rosenau mengklasifikasikan sumber-sumber utama dalam kebijakan luar negeri tersebut kedalam empat kategori, yang mana terdapat sumber yang berasal dari internal dan eksternal suatu negara, 23 yaitu: 1. Sumber sistemik systemic sources Sumber ini berasal dari lingkungan eksternal suatu negara. Sumber ini menjelaskan struktur hubungan antara negara-negara besar, pola aliansi antar negara, dan faktor eksternal lain, seperti isu area atau krisis. 2. Sumber masyarakat societal resources Yaitu, sumber yang mencakup berbagai faktor yang berasal dari internal negera itu sendiri, antara lain berupa: a. Kebudayaan dan sejarah, yang meliputi nilai, norma, tradisi, dan pengalaman. b. Pembangunan ekonomi, yang mencakup kemampuan suatu negara untuk mencapai kesejahteraan sendiri. c. Struktur sosial, yang mencakup sumber daya manusia yang dimiliki suatu negara atau seberapa besar konflik dan harmoni internal di dalam masyarakat. d. Perubahan opini publik, yang mencakup perubahan sentimen masyarakat terhadap dunia luar. 3. Sumber pemerintahan governmental resources Sumber ini menjelaskan tentang pertanggungjawaban politik dan struktur dalam pemerintahan. Sumber ini berasal dari internal suatu negara pula. Dalam 23 Rosenau.et.al, World Politics, hal 15-18 dalam Coloumbis and Wolfe, Introduction to International Relation: Power and Justice , Englewood Cliffs: Prentice Hall, 1978, h. 129 13 masalah pertanggungjawaban terhadap politik di suatu negara, pemimpin suatu negara yang memiliki otoritas dalam pembuatan kebijakan luar negeri dapat fleksibel untuk merespon situasi eksternal.Yang juga sangat berpengaruh dari sumber ini ialah struktur kepemimpinan yang berasal dari berbagai individu dan kelompok yang berbeda-beda. 4. Sumber idiosinkratik idiosyncratic sources Sumber ini berasal dari kepribadian elit-elit politik yang mempengaruhi persepsi, kalkulasi, dan perilaku mereka terhadap kebijakan luar negeri. Hal ini juga meliputi persepsi seorang elit politik tentang keadaan alamiah dari arena internasionaldan tujuan nasional yang hendak dicapai.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian yang ditulis oleh Adhi Cahya Fahadayna yang berjudul “Pengaruh Ikhwanul Muslimin terhadap Politik Luar Negeri Mesir dalam Konflik Israel-Palestina ” membahas salah satu instrumen yang turut memberikan pengaruh terhadap kebijakan luar negeri Mesir, yakni eksistensi kelompok Ikhwanul Muslimin. 24 Ikhwanul Muslimin berhasil meraih kekuasaan setelah pemilihan umum yang diselenggarakan secara demokratis pada tahun 2011-2012 yang lalu. Ikhwanul Muslimin juga menempatkan salah seorang tokoh senior mereka, Mohammed Mursi, sebagai presiden melalui pemilihan umum secara demokratis pertama sejak revolusi 2011. Dengan berhasil menguasai 24 Adhi Cahya Fahadayna, “Pengaruh Ikhwanul Muslimin terhadap Politik Luar Negeri Mesir dalam Konflik Israel- Palestina”, Universitas Airlangga 2013, h. 1 14 kepemimpinan di Mesir, Mursi dan Ikhwanul Muslimin memberikan pengaruh signifikan terhadap kebijakan luar negeri Mesir, khususnya yang berkaitan dengan isu Palestina-Israel. Selain itu, Adi Cahya juga menilai bahwasanya Ikhwanul Muslimin telah membuka jalan bagi Mesir untuk melakukan reorientasi dan rekonstruksi politik luar negeri yang independen. Menurutnya, politik luar negeri Mesir sebelum pemerintahan Mursi lebih identik dengan kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah. Oleh sebab itu, semenjak menjabat sebagai presiden, Mursi mencoba untuk mengembalikan independensi dalam politik luar negeri Mesir. Langkah Mursi tersebut diimplementasikan dengan melakukan hubungan intensif dengan negara-negara di Timur Tengah dan Afrika. 25 Penelitian yang dilakukan oleh Adhi Cahya Fahadayna melihat peranan Ikhwanul Muslimin sebagai new religious movements yang membawa unsur- unsur keagamaan terhadap isu Palestina-Israel. Dengan menjadikan agama sebagai instrumen utama pergerakan, Ikhwanul Muslimin mampu mendominasi politik Mesir setelah revolusi dan mampu memperoleh dukungan legitimasi dari rakyat Mesir. Setelah itu, dalam kasus ini, Ikhwanul Muslimin juga berhasil merubah orientasi kebijakan luar negeri Mesir Perubahan tersebut terlihat dari sikap Mesir yang dengan tegas mendukung Palestina sebagai permanent observer di PBB. Dengan demikian, dukungan tersebut mengindikasikan Mesir sudah tidak sepenuhnya lagi tunduk pada perjanjian Camp David. 26 25 Ibid, h.11 26 Ibid, h. 12 15 Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Major Ehab Elsayed Elhadad yang berjudul “The Egyptian Military’s Role In The 25 January Revolution, And The Post- Revolution Impacts On Egypt’s Foreign Relations And Middle East Stability ” dalam salah satu sub pembahasan menjelaskan tentang hubungan Mesir-Israel yang sudah terjalin sejak 1948 menunjukkan adanya ketidakstabilan dan berada pada tingkat ketegangan yang tinggi. 27 Hubungan kedua negara tersebut ditengahi oleh AS yang berujung pada kesepakatan damai melalui Perjanjian Camp David tahun 1979. Perjanjian tersebut membuat hubungan kedua negara menjadi harmonis dalam bidang politik maupun ekonomi. Menurut Major Ehab, setelah revolusi yang terjadi di Mesir pada tahun 2011 lalu, Israel mengalami kekhawatiran akan nasib dari perjanjian tersebut. Hal ini disebabkan adanya pergantian rezim yang dihasilkan setelah revolusi, yaitu berakhirnya rezim Mubarak dan terpilihnya Mursi sebagai presiden baru Mesir. Kekhawatiran Israel terhadap status Perjanjian Camp David dalam pandangan pemerintah yang baru berdasarkan pada tiga kategori, yaitu: 1. keinginan pemerintah Mesir untuk mengakhiri perjanjian tersebut, 2. keinginan pemerintah Mesir untuk merevisi beberapa poin dalam perjanjian tersebut, 3. dan keinginan pemerinah Mesir untuk terus berkomitmen menjalani perjanjian tersebut. 28 27 Major Ehab Elsayed Elhadad, The Egyptian Military’s Role In The 25 January Revolution, And The Post- Revolution Impacts On Egypt’s Foreign Relations And Middle East Stability, Fort Leavenworth: Kansas, 2012, h. 62 28 Ibid, h. 63 16 Dalam tesis Major Ehab juga menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan adanya upaya untuk mengakhiri Perjanjian Camp David. Faktor- faktor tersebut antara lain: 1. Masalah pendudukan Israel di Palestina 2. Hubungan erat antara Ikhwanul Muslimin di Mesir dengan gerakan pembebasan Palestina PLO dan gerakan anti-Israel; Hamas. 3. Masalah perbatasan Mesir-Israel di dataran tinggi Sinai. 4. Masalah blokade Israel terhadap kapal Mavi Marmara Turki yang membawa bantuan untuk Palestina. 29 Dari faktor-faktor tersebut, Major Ehab menilai permasalahan Israel dengan Palestina menjadi permasalahan sensitif yang membuat opini publik di Mesir mengarahkan pandangannya untuk mengakhiri perjanjian Camp David. Selain itu, pandangan publik Mesir pula tertuju pada upaya untuk menciptakan keamanan dan stabilitas di kawasan Timur Tengah yang selama ini terus berada dalam ketegangan, khususnya dalam konflik Palestina-Israel. 30 Berbeda dengan skripsi yang ditulis oleh Adhi Cahya Fahadayna 2011 yang menyoroti hubungan Mesir-Israel melalui pengaruh Ikhwanul Muslimin yang dipandang sebagai new religious movement, skripsi ini mencoba meyoroti hubungan kedua negara melalui kerangka teoritis berupa konsep politik luar negeri dan kebijakan luar negeri Mesir. Melalui konsep tersebut, skripsi ini mencoba mengidentifikasi politik luar negeri Mesir dan berbagai faktor-faktor 29 Ibid 30 Ibid, h. 64 17 yang mempengaruhinya, khususnya dalam hubungan bilateral dengan Israel tahun 2011-2013 pada masa SCAF dan Mohammed Mursi. Selain itu, perbedaan antara tesis yang ditulis oleh Major Ehab Elsayed Elhadad dengan penelitian ini ialah terletak pada pembahasan mengenai sumber dalam proses pengambilan kebijakan terhadap hubungan diplomatik Mesir dengan Israel pada periode sebelum hingga sesudah revolusi Mesir. Pembahasan yang terdapat pada tesis Major Ehab Elsayed Elhadad lebih menyoroti pada pergantian rezim dan struktur kekuasaan di Mesir setelah diselenggarakannya pemilihan umum setelah revolusi tahun 2011. Major Ehab lebih melihat pengaruh cara pandang kelompok yang berkuasa – Ikhwanul Muslimin – dalam masalah Palestina-Israel setelah berhasil meraih kekuasaan politik dominan di Mesir. Berbeda dengan tesis Major Ehab, penelitian ini tidak hanya berfokus pada masalah Palestina-Israel dan disertai dengan cara pandang ideologis Ikhwanul Muslimin, melainkan juga mengidentifikasi secara umum langkah dan kebijakan luar negeri Mesir terhadap Israel, dinamika hubungan bilateral Mesir-Israel setelah revolusi 2011, dan disertai dengan orientasi politik luar negeri Mesir setelah revolusi 2011. F. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati 18 dari orang-orang yang diteliti. 31 Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat melalui teknik wawancara mendalam, pengamatan partisipasi, bahan dokumenter, serta teknik-teknik baru seperti teknik bahan visual serta teknik penelusuran bahan internet. Sementara itu, dalam penelitian ini skripsi ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, antara lain teknik analisis bahan dokumenter, yang terdiri dari berbagai jenis buku, jurnal ilmiah, media massa, serta penelitian terdahulu berupa skripsi dan tesis. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data tersebut, seluruh data yang skripsi ini dapatkan diklasifikasikan ke dalam jenis data sekunder. Selain mengolah data-data sekunder, skripsi ini dilengkapi dengan data- data primer yang bersumber dari berbagai jenis laporan yang terkait dengan politik luar negeri Mesir setelah revolusi tahun 2011 terhadap Israel, serta faktor- faktor yang mempengaruhinya, dan berbagai jenis nota kesepahaman antara kedua negara dalam menjalin hubungan diplomatik. Semua sumber data tersebut dapat skripsi ini dapatkan dari beberapa perpustakaan berbagai universitas, baik negeri maupun swasta, serta beberapa perpustakaan dari lembaga penelitian dan lembaga pemerintahan yang terkait dengan pembahasan penelitian ini. Selain itu, skripsi ini juga melakukan teknik pengumpulan data dari berbagai hasil penelusuran di internet untuk mencari berbagai informasi yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. 31 Steven J. Taylor dan Robert Bogdan. Introduction to Qualitative Research Methods: the Search for Meaning New York: Wiley Sons.Inc, 1984, h. 5 19

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini merumuskan kerangka yang sistematis dan sesuai dengan aturan yang berlaku di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun sistematika penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I Pendahuluan A. Pernyataan masalah B. Pertanyaan penelitian C. Tujuan penelitian dan manfaat penelitian D. Tinjauan pustaka E. Kerangka teori F. Metode penelitian G. Sistematika penulisan Bab II Politik Luar Negeri Mesir Sebelum Revolusi tahun 2011 A. Gambaran Umum Orientasi Politik Luar Negeri Mesir B. Orientasi Politik Luar Negeri Mesir Masa Kepemimpinan Hosni Mubarak C. Politik Luar negeri Mesir Masa Kepemimpinan Hosni Mubarak D. Sikap Israel terhadap Mesir E. Opini Publik Mesir terhadap Politik Luar Negeri Mesir terhadap Israel Bab III Politik Luar Negeri Mesir Setelah Revolusi Israel Tahun 2011: Studi Hubungan Bilateral Mesir-Israel 2011-2013 20 A. Politik Luar Negeri Mesir pada Masa Transisi di bawah Supreme Council of Armed Forces SCAF B. Politik Luar Negeri Mesir pada Masa Pemerintahan Mohammed Mursi Bab IV Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Politik Luar Negeri Mesir terhadap Israel tahun 2011-2013 A. Faktor Internal Mesir 1. Struktur Kekuasaan dan Pemerintahan 2. Geostrategik dan Geopolitik Mesir 3. Opini Publik Mesir terhadap Israel B. Faktor Eksternal Mesir 1. Amerika Serikat 2. Uni Eropa 3. Iran 4. Hamas 5. Arab Saudi 6. Turki Bab V Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran-saran

21

BAB II Politik Luar Negeri Mesir Sebelum Revolusi 2011

Bab ini akan menjelaskan politik luar negeri Mesir dengan Israel sebelum revolusi yang terjadi pada tahun 2011. Batasan waktu pembahasan dalam bab ini ialah kondisi Mesir di bawah pemerintahan Hosni Mubarak 1981-2011. Fokus pembahasan bab ini meliputi beberapa hal, antara lain: 1 gambaran umum orientasi politik luar negeri Mesir, 2 orientasi politik luar negeri Mesir pada masa pemerintahan Mubarak, 3 kebijakan luar negeri Mesir pada masa pemerintahan Mubarak terhadap Israel, 4 opini publik terhadap Politik Luar Negeri Mubarak, dan 5 Sikap Israel terhadap Mesir yang dipimpin oleh Mubarak. Alasan utama bab ini membatasi periodisasi pembahasan politik luar negeri Mesir pada masa pemerintahan Mubarak ialah permulaan masa pemerintahan Mubarak dimulai setelah meninggalnya Anwar Sadat, yang merupakan salah satu tokoh yang menandatangani perjanjian Camp David pada tahun 1979. Sejak awal menggantikan posisi Anwar Sadat sebagai presiden, Mubarak langsung dihadapkan oleh pilihan untuk melanjutkan perjanjian Camp David atau menghentikannya. Langkah yang diambil oleh Mubarak kemudian menjadi salah satu faktor yang menunjukkan sikap dan orientasi politik luar negeri Mesir. Hal tersebut ditambah lagi dengan posisi strategis Mesir di kawasan yang menjadi pertimbangan dan modal dalam menentukan arah politik luar negeri di bawah kepemimpinan Mubarak. 22

1. Gambaran Umum Orientasi Politik Luar Negeri Mesir

Gamal Abdel Nasser dalam The Philosophy of Revolution 1955, menyatakan bahwa orientasi politik luar negeri Mesir secara umum tidak dapat dilepaskan oleh faktor historis semenjak revolusi tahun 1952. Terdapat tiga hal yang menjadi dasar utama orientasi tersebut, yakni Arab, Afrika, dan Islam. 32 Pada saat Nasser memimpin Mesir, semangat Nasionalisme Arab menjadi fokus bagi Mesir untuk menjadi negara yang memiliki kekuatan dominan di Timur- Tengah. Selain itu, dalam pergaulan internasional, Nasser berfokus untuk membawa Mesir melakukan hubungan yang intensif dengan Uni Soviet dan Blok Sosialis. Hal tersebut disebabkan dengan adanya semangat anti-Imprealisme yang diusung oleh Nasser dalam rangka membangun Mesir dan Dunia Arab dari penjajahan yang dilakukan oleh Barat 33 . Akan tetapi, memasuki tahun 1970-an, yakni saat jabatan presiden Mesir dipegang oleh Anwar Sadat dan selanjutnya Hosni Mubarak, politik luar negeri Mesir sudah mulai mengalami pergeseran orientasi. Politik luar negeri Mesir saat itu tidak lagi mengutamakan semangat menyatukan Negara-negara Arab, melainkan cenderung lebih dekat dengan Amerika Serikat AS, Eropa, dan Negara-negara Teluk 34 . Saat itu pula, Mesir mengadakan kerjasama di berbagai 32 Abdel Monem Said Aly, Post-Revolution Egyptian Foreign Policy, Crown Center of Middle East Studies No. 86 November 2014, h. 1 33 Tianse, Four Point Toward, h. 95 34 Said Aly, Post-Revolution Egyptian, h. 1