58
Terlepas dari adanya dualisme dalam penetapan kebijakan luar negeri Mesir, secara konstitusional posisi presiden lebih absah sebagai aktor utama
pengambilan kebijakan luar negeri Mesir. Namun dengan kewenangan yang diberikan itu terkadang mengabaikan lembaga lain yang juga memiliki
keterkaitan dalam proses pengambilan kebijakan luar negeri. Hal tersebut disebabkan pula oleh adanya orang-orang di sekitar presiden Mursi, yang
dijadikan sebagai penasihat dalam urusan tersebut. Salah satu orang yang dipercaya Mursi dalam urusan kebijakan luar negeri Mesir ialah Essam al-
Haddad. Ia merupakan salah seorang penasihat yang juga berasal dari kelompok yang sama dengan presiden Mursi
–Ikhwanul Muslimin. Ia telah beberapa kali melakukan perjalanan ke AS dan Eropa bersama dengan tim penasihat yang
lainnya sebagai delegasi Mesir yang diutus oleh Mursi. Bahkan Essam al- Haddad tercatat lebih sering menyambut menteri luar negeri negara lain yang
berkunjung ke Mesir ketimbang menteri luar negeri Mesir sendiri, Mohamed Kamel Amr. Dan pada beberapa kesempatan, ia ditempatkan pada posisi yang
sebenarnya merupakan tempat bagi menteri luar negeri.
124
Sebagai presiden yang diusung oleh Freedom and Justice Party, keberadaan orang-orang yang berpengaruh dalam mengusung kebijakan luar
negeri mayoritas berasal dari partai yang mengusungnya tersebut. Selain Essam al-Haddad, terdapat pula nama Gehhad al-Haddad, yang juga anak dari Essam,
Khaled el-Qazzaz, dan Amr Darrag. Nama-nama tersebut merupakan tokoh- tokoh yang berpengaruh dalam penentuan kebijakan luar negeri berdasarkan
124
Ibid, h. 22
59
sudut pandang FJP, yang kemudian dikonversi menjadi pandangan dan masukan bagi pemerintahan Mursi. Dengan kapasitas sebagai pemenang dalam pemilihan
legislatif Mesir saat itu, pengaruh FJP merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari proses pengambilan kebijakan luar negeri Mesir saat itu.
125
Kesamaan posisi Mursi dalam pengambilan kebijakan luar negeri yang tidak jauh berbeda dengan pandangan umum FJP bisa dilihat dari kasus yang
terjadi antara Palestina dengan Israel. Mursi dan FJP sama-sama menyuarakan hak kemerdekaan bagi rakyat palestina dari okupasi yang dilakukan oleh Israel.
Saat masa pemerintahan Mubarak, FJP menilai Mesir dibawa ke dalam situasi kemunduran akibat mengabaikan kebutuhan yang seharusnya diberikan kepada
Palestina. Saat itu Mesir kehilangan identitas, baik dari sisi historis, religiusitas, maupun politis. Oleh sebab itu, FJP dengan Mursi ingin mengembalikan
kembali nilai-nilai yang dianggap hilang dalam selama rezim terdahulu terhadap masalah Palestina-Israel ini. Bentuk konkret Sikap Mesir yang menunjukkan
keberpihakan kepada Palestina terlihat saat pemberian status baru yang diberikan kepada Palestina oleh PBB sebagai permanent observer. Status ini
didukung oleh 138 negara dan Mesir termasuk di dalamnya sehingga menghasilkan resolusi 6719 Majelis Umum PBB.
126
125
Haber and Ighani. A Delicate Balancing Act, h.16
126
Khaled Elgindy. “Egypt, Israel and Palestine: Prospects for Peace After the Arab Spring”.
Cairo Review Vol. 6 2012, h, 172
60
2. Geostrategik dan Geopolitik Mesir
Faktor ini merupakan faktor yang mengidentifikasi serangkaian peristiwa dan kepentingan yang mempengaruhi pengambilan kebijakan luar negeri Mesir
dan menjadikan letak geografis Mesir menjadi bahan pertimbangan utama dalam pengambilan kebijakan tersebut. Secara geografis sendiri, Mesir berada di
dua wilayah yang secara geopolitis dapat memberikan berbagai keuntungan, yakni Afrika Utara dan Timur-Tengah. Kedua wilayah tersebut merupakan
wilayah yang dekat dengan Laut Mediterania. Mesir berbatasan langsung dengan Israel dan jalur Gaza di sebelah Timur, Libya di sebelah Barat, Sudan di
sepanjang Laut Merah. Dengan letak geografis demikian, Mesir menjadi tempat transit utama jalur perdagangan dan menjadi pemimpin utama dalam
menciptakan keamanan regional.
127
Mesir juga memiliki aset sentral yang dapat menjadikan kunci dalam upaya menciptakan stabilitas regional, yakni Terusan Suez. Terusan Suez ini
merupakan lokasi pusat pelayaran dan lalu lintas perdagangan internasional, khususnya digunakan untuk kapal-kapal eksportir minyak bumi.
128
Terusan Suez pula digunakan oleh pasukan AS untuk memindahankan perlengkapan
militer mereka ke berbagai tempat, seperti Afrika, Samudera Hindia, dan Teluk Persia. Hal itu pun memerlukan akses khusus dari Mesir untuk dapat melakukan
pemindahan tersebut. Secara khusus pula, Terusan Suez merupakan aset yang
127
Brian Katulis, Managing Change in Egypt: Advancing a New U.S. Policy that Balances Regional Security with Support for Egyptian Political and Economic Reforms,
June 2012, hal. 16
128
Arik Segal. “Egypt Uprising: Implications for Regional Stability”, hal. 2 dapat diakses melalui www.culturaldiplomacy.org tanggal 30 oktober 2014
61
vital bagi hubungan antara Mesir dan negara-negara tetangga Mesir, khususnya Israel.
129
3. Opini Publik Mesir
Menurut Annual Arab Public Opinion Survey yang diselenggarakan oleh Shibley Telhami pada tahun 2011 menyatakan bahwa 37 persen masyarakat
Mesir menyatakan untuk tetap mempertahankan perjanjian Camp David, sementara 35 persen masyarakat menolak untuk melanjutkan perjanjian Camp
David.
130
Selanjutnya pada tahun 2012, survei yang dilakukan oleh Gallup poll juga mengindikasikan adanya penolakan masyarakat Mesir untuk menghentikan
perjanjian Camp David. Dari hasil survei tersebut menghasilkan 48 persen masyarakat Mesir menganggap perjanjian tersebut merupakan sebuah hal yang
positif bagi negara, sedangkan 42 persen masyarakat Mesir menilai sebaliknya.
131
Dari hasil survei opini publik Mesir tersebut menunjukkan bahwasanya upaya untuk menghentikan perjanjian Camp David merupakan sesuatu yang
tidak terlalu populer di tengah masyarakat Mesir saat itu. Masyarakat Mesir lebih cenderung menginginkan pemerintahan Mursi untuk fokus membenahi
perekonomian dan stabilitas domestik sebagai bentuk upaya pembenahan dari krisis ekonomi yang berujung pada revolusi tahun 2011 silam.
129
Ibid
130
Telhami, Lebson, Lewis, and Medoff, “2011 Arab Public Opinion Survey.” Dalam Joshua Haber and Helia Ighani, A Delicate Balancing, hal.35
131
Dalia Mogahed, “Opinion Briefing: Egyptians Skeptical of U.S. Intentions.” Dalam Dalam Joshua Haber and Helia Ighani, A Delicate Balancing, hal.35
62
Di lain pihak survei yang dilakukan oleh Pew Research Center for the People and the Press pada 24 Maret sampai 7 April 2011 terhadap 1000 orang
menyatakan 54 masyarakat Mesir mendukung pembatalan perjanjian damai antara Mesir dengan Israel yang sudah dijalani sejak tahun 1979.
132
Hal tersebut menunjukkan adanya dorongan dari masyarakat Mesir yang melihat dampak
negatif dari adanya perjanjian tersebut dan sikap Israel yang kontradiktif dengan kehendak rakyat Mesir.
Selanjutnya, pendapat mengenai perjanjian Camp David juga disampaikan oleh berbagai kelompok yang berpengaruh di Mesir. FJP selaku pemegang
kekuasaan di dewan legislatif Mesir berpandangan bahwa penghentian perjanjian Camp David yang melibatkan Mesir dengan Israel semestinya harus melalui
persetujuan mayoritas masyarakat Mesir. Hal ini tidak boleh hanya berasaskan keadilan yang diusung oleh kepentingan partai politik atau golongan semata.
Sementara An-Nour Party melalui penasihat seniornya, Dr. Hatem Al-Haj, menyatakan bahwa perjanjian Camp David semestinya mesti direvisi secara
berkala dan dari beberapa poin dalam perjanjian tersebut, khususnya yang berkaitan dengan kepentingan nasional Mesir.
133
Di sisi lain, salah satu tokoh dari kalangan oposisi dan juga merupakan kandidat presiden Mesir yang berasal dari kelompok nasionalis, Hamdeen Sabahi,
memberikan pernyataan kontradiktif dengan kelompok Islam –FJP dan An-Nour
Party- terkait dengan perjanjian Camp David ini. Ia berpandangan bahwa akan
132
Ravi Bhavnani and Karsten Donnay, “Here’s Looking at You: The Arab Spring and Violence in
Gaza, Israel and the West Bank ”, Swiss Political Science Review, hal. 5
133
Joshua Haber and Helia Ighani, A Delicate Balancing, hal.36
63
menjaga seutuhnya segala jenis perjanjian dan kesepakatan yang membawa dampak perdamaian. Menurutnya, akan menjadi hal yang subjektif apabila
perjanjian ini di-review ataupun dibatalkan.
134
B. Faktor Eksternal
1. Amerika Serikat
Pengaruh adanya hubungan Mesir-Israel dengan politik luar negeri Mesir tidak terlepas dari kepentingan Amerika Serikat AS di kawasan Timur Tengah.
Gen. James N. Mattis selaku komandan pusat angkatan bersenjata AS menyebutkan ada empat hal yang menjadi fokus AS di kawasan Timur Tengah
pasca revolusi yang terjadi di Mesir pada tahun 2011 silam. Keempat faktor tersebut adalah 1 Keamanan nasional AS dan warga negara AS, 2 stabilitas
regional, 3 promosi terhadap efektivitas dan legitimasi pemerintahan, hak asasi manusia, penegakkan hukum, dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, dan 4
kebebasan untuk melakukan hubungan dagang, baik melalui jalur laut, darat maupun udara di dalam lingkup regional.
135
Sebagai negara yang memiliki sekitar 90 juta orang penduduk, Mesir merupakan negara dengan jumlah
populasi terbanyak di kawasan Timur-Tengah dan juga memiliki jumlah personel tentara militer terbanyak di antara negara-negara Arab lainnya. Di mata
AS, Mesir merupakan negara yang memiliki pengaruh secara politik, ekonomi,
134
Ibid
135
Katulis. Managing Change in Egypt, h.5