Teori Vygotsky Teknik Scaffolding

pembelajaran kooperatif, memberi petunjuk konkret, melakukan tanya jawab, memberikan kata-kata kunci, atau melakukan pemodelan. Di samping itu, bila diperlukan bantuan dapat berupa: mengaktifkan latar belakang pengetahuan yang dimiliki siswa, memberikan tips-tips atau kiat-kiat, strategi, dan prosedur- prosedur kunci untuk melaksanakan tugas atau memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Bantuan itu diberikan agar siswa tidak merasa sulit karena mengerjakan tugas atau suatu keterampilan yang sulit dicapaidilaksanakan. Oleh karena itu, penerapan konsep Vygotsky dalam pembelajaran diharapkan agar siswa dapat aktif dalam belajar sehingga tingkat kemampuan dan perkembangan siswa di atas rata-rata atau dengan kata lain kemampuan siswa berada pada tingkat kemampuan potensial tingkat kemampuan yang bisa dikuasai oleh siswa. Ide penting lain yang diturunkan oleh teori Vygotsky adalah Scaffolding. Scaffolding berarti pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya. 17 Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, atau apapun yang lain yang memungkinkan siswa tumbuh mandiri. Contoh dalam pembelajaran adalah: pada pembelajaran materi lingkaran dalam segitiga, guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa penjelasan tentang langkah-langkah menemukan rumus mencari panjang jari-jari lingkaran dalam segitiga. Atau guru dapat memberikan bantuan berupa gambar lingkaran yang terdapat di dalam segitiga.

3. Langkah-langkah Teknik Scaffolding

Dalam Priyatni terdapat beberapa aspek-aspek esensial dari tahapan teknik scaffolding, yaitu: 1 pemilahan aspek yang kompleks menjadi tahapan-tahapan, namun tetap merupakan satu kesatuan untuk mencapai kompetensi yang utuh, 17 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif..., hal. 27. 2 penentuan fokus bantuan yang diperlukan siswa, 3 penjelasan aspek penting dari pemodelan, 4 pemberian umpan balik melalui teknik kolaborasi, dan 5 pemantapan pemahaman siswa. Menurut Applebee dan Langer Priyatni, 2008 mengidentifikasi ada lima langkah dalam pembelajaran dengan menerapkan teknik scaffolding, yaitu: 18 1 intentionality yaitu mengelompokkan bagian yang kompleks yang hendak dikuasai siswa menjadi beberapa bagian yang spesifik dan jelas. Bagian- bagian itu merupakan satu kesatuan untuk mencapai kompetensi secara utuh. 2 appropriateness yaitu memfokuskan pemberian bantuan pada aspek-aspek yang belum dapat dikuasai siswa secara maksimal. 3 structure yaitu pemberian model agar siswa dapat belajar dari model yang ditampilkan. Model tersebut dapat diberikan melalui proses berpikir, model yang diverbalkan dengan kata-kata dan model melalui perbuatan atau performansi. Kemudian siswa diminta untuk menjelaskan apa yang telah dipelajari dari model tersebut. 4 collaboration yaitu guru melakukan kolaborasi dan memberikan respons terhadap tugas yang dikerjakan siswa. Peran guru di sini bukan sebagai evaluator, tetapi sebagai kolaborator. 5 internalization yaitu pemantapan pemilikan pengetahuan yang dimiliki siswa agar benar-benar dikuasainya dengan baik. Berdasarkan langkah-langkah metode penemuan dan teknik scaffolding, maka langkah-langkah kegiatan pembelajaran matematika dengan metode penemuan yang menggunakan teknik scaffolding sebagai berikut: 18 Endah Tri Priyatni, dalam http:sastra.um.ac.idwp-contentuploads200910Peningkatan Kompetensi-Menulis-Paragraf-dengan-Teknik-Scaffolding-Endah-Tri-Priyatni.pdf?q=sari- penelitian-pembelajaran

Dokumen yang terkait

Pengaruh metode penemuan terbimbing terhadap hasil belajar matematika

1 13 188

PENGARUH PEMBERIAN BANTUAN (SCAFFOLDING) PADA AKTIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

4 14 52

PENGARUH METODE PENEMUAN (DISCOVERY) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SCAFFOLDING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI TRIGONOMETRI PADA SISWA KELAS XI SMK PGRI 1 TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 6 117

PENGARUH METODE PENEMUAN (DISCOVERY) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SCAFFOLDING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI TRIGONOMETRI PADA SISWA KELAS XI SMK PGRI 1 TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 3

PENGARUH METODE PENEMUAN (DISCOVERY) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SCAFFOLDING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI TRIGONOMETRI PADA SISWA KELAS XI SMK PGRI 1 TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

PENGARUH METODE PENEMUAN (DISCOVERY) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SCAFFOLDING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI TRIGONOMETRI PADA SISWA KELAS XI SMK PGRI 1 TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 7

PENGARUH METODE PENEMUAN (DISCOVERY) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SCAFFOLDING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI TRIGONOMETRI PADA SISWA KELAS XI SMK PGRI 1 TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 20

PENGARUH METODE PENEMUAN (DISCOVERY) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SCAFFOLDING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI TRIGONOMETRI PADA SISWA KELAS XI SMK PGRI 1 TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 26

PENGARUH METODE PENEMUAN (DISCOVERY) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SCAFFOLDING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI TRIGONOMETRI PADA SISWA KELAS XI SMK PGRI 1 TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 41

PENGARUH METODE PENEMUAN (DISCOVERY) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SCAFFOLDING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI TRIGONOMETRI PADA SISWA KELAS XI SMK PGRI 1 TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 20