Pembahasan Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
bersesuaian dengan hasil empirisnya yaitu dari rata-rata sampel siswa kelas eksperimen, yaitu 66,43 dan rata-rata sampel kelas kontrol, yaitu 56,25.
Pembelajaran yang menggunakan metode
penemuan teknik
scaffolding dapat memunculkan sikap tanggung jawab siswa terhadap siswa sendiri, serta sikap mandiri siswa dalam menemukan sendiri konseprumus.
Selain itu juga siswa lebih merasa tertantang dengan soal-soal yang diberikan yang semakin lama semakin sulit sehingga dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa dan juga hasil penemuan yang dilakukan oleh siswa melalui bantuan guru akan lebih bermanfaat bagi dirinya. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Bruner mengenai metode penemuan, yaitu metode penemuan dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan kemampuan
berpikir siswa. Di samping itu, siswa akan mengahasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya sendiri.
Konsep scaffolding berhubungan dengan zone of proximal development ZPD. Menurut Vygotsky ZPD adalah kisaran tugas-tugas yang
terlalu sulit untuk dikuasai siswa sendirian tetapi dapat dikuasai siswa dengan bantuan yang diberikan oleh guru. Akan tetapi, bantuan yang diberikan oleh
guru ini semakin lama semakin berkurang. Teori ini sesuai dengan pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan metode penemuan
dengan teknik scaffolding. Dimana siswa diberikan tugas-tugas yang semakin lama semakin sulit. Akan tetapi, siswa diberikan bantuan pada setiap
pertemuannya. Bantuan tersebut pada setiap pertemuannya semakin berkurang. Hal ini dilakukan agar siswa lebih mandiri dan lebih tertantang
dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Selain itu, siswa akan lebih bertanggung jawab terhadap hasil yang ditemukannya.
Metode penemuan teknik scaffolding ini merupakan metode pembelajaran yang dilakukan secara individu. Menurut pengamatan peneliti
pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan teknik scaffolding ini siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini
terlihat dari kemampuan siswa dalam memahami materi yang disajikan,
bertanya pada guru tentang materi yang kurang dipahami, serta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lingkaran. Dalam mempelajari materi lingkaran, siswa akan menemukan rumus luas dan
keliling lingkaran. Selain itu, siswa dapat juga menemukan besar sudut yang terdapat pada lingkaran. Seperti sudut pusat dan sudut keliling. Tentu saja,
dalam menemukan konseprumus tersebut siswa dibantu melalui bimbingan guru. Bantuan yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran ini bukan berarti
siswa diajarkan sedikit demi sedikit cara penyelesaiannya. Akan tetapi, guru memberikan bantuan kepada siswa agar kemampuan berpikir siswa lebih
terarah sehingga siswa dapat dengan mudah menyelesaikan tugas yang semakin sulit agar mudah diingat dan bertahan lama.
Dalam proses pembelajaran di kelas, guru menggunakan LKS yang telah dibuat. Kemudian LKS tersebut dibagikan kepada siswa dan siswa
diberi kesempatan untuk menyelesaikan LKS tersebut secara individual. Kemudian dalam mengerjakan LKS tersebut, ada beberapa siswa yang
mengalami kesulitan. Maka guru menghampiri siswa yang mengalami kesulitan untuk memberikan bantuansolusi.
Pembelajaran yang menggunakan metode penemuan dengan teknik scaffolding yaitu pembelajaran yang dilakukan oleh guru dimana siswa dapat
menemukan konseprumus dengan bantuan guru. Hal ini dikarenakan agar siswa dapat lebih mandiri dan bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan. Di samping itu juga, semakin lama semakin sulit tugas yang diberikan. Sehingga kemampuan berpikir siswa akan lebih ditantang dalam
menyelesaikan tugas tersebut. Bantuan yang diberikan oleh guru ini merupakan tahapan dalam teknik scaffolding. Bantuan-bantuan tersebut ada
lima tahap. Tahap yang pertama intentionality, dalam tahap ini guru
mengelompokkan tugas yang kompleks menjadi lebih spesifik lagi. Pembelajaran dengan bantuan atau tahapan ini membuat siswa lebih
memahami sedikit demi sedikit materi sedang disajikan. Tahap yang kedua
appropriateness, dalam tahap ini guru memfokuskan bantuan pada hal-hal yang memang belum diketahui siswa secara maksimal. Jadi, dalam
pembelajarannya guru lebih fokus terhadap sesuatu yang belum diketahui siswa. Kemudian siswa dapat lebih paham terhadap materi yang belum
diketahuinya sehingga siswa dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. Tahap yang ketiga structure, dalam tahap ini guru memberikan bantuan
dengan menggunakan model atau media pembelajaran. Pembelajaran dengan bantuan ini membuat siswa lebih tertarik sehingga siswa dapat lebih mudah
memahami pelajaran. Tahap yang keempat collaboration, dalam tahap ini guru melakukan kolaborasi dengan siswa dan guru memberikan respon
terhadap tugas yang dikerjakan siswa. Kolaborasi dalam tahap ini, guru mengingatkan siswa kembali tentang materi yang lalu yang masih berkaitan
dengan materi yang disajikan. Sehingga siswa dengan bantuan guru dapat mengingat kembali materi yang lalu. Di samping itu, adanya respon yang
diberikan guru terhadap siswa membuat siswa lebih giat lagi dalam menyelesaikan tugasnya. Antara siswa yang satu dengan yang lainnya seperti
berlomba-lomba untuk menunjukkan yang terbaik. Tahap yang terakhir internalization, dalam tahap ini guru membantu siswa dalam membuat
kesimpulan. Dalam tahap ini siswa mengalami kesulitan. Kebanyakan siswa merasa sulit untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Padahal dalam
tahap-tahap atau bantuan yang lain dapat dikatakan siswa cukup berhasil untuk menyelesaikan tugasnya.
Oleh karena itu, dari kelima tahapan yang terdapat dalam teknik scaffolding, pada tahap yang terakhir siswa belum melakukan secara
maksimal. Ini mungkin karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
Sebaliknya pada kelas kontrol yang diajarkan degan metode ekspositori teknik bertanya, yaitu metode yang biasa digunakan oleh guru.
Pada proses pembelajaran dengan metode ini guru menjelaskan materi, memberikan contoh soal dan latihan. Sesuai dengan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti pada saat proses pembelajaran dengan metode
ekspositori teknik bertanya siswa terlihat kurang aktif dalam proses pembelajaran dan kurang antusias untuk bertanya. Selain itu, ketika
dijelaskan materi pelajaran hanya sebagian siswa saja yang mendengarkan dengan serius dan juga ketika diberikan soal latihan hanya sebagian siswa
saja yang mengerjakan. Hal ini terjadi karena dalam proses pembelajaran dengan metode ekspositori teknik bertanya ini guru yang lebih dominan
dalam proses pembelajaran sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru.
Dari uraian di atas, jelas terlihat bahwa metode penemuan teknik scaffolding pada pokok bahasan lingkaran, yang diterapkan pada proses
pembelajaran dalam penelitian di SMP PGRI 1 Ciputat memberikan dampak positif pada siswa yaitu siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran
dengan cara bertanya mengenai materi yang belum dimengerti dan mandiri dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru serta dapat bertanggung
jawab terhadap tugas yang diselesaikannya, sehingga siswa terlihat lebih bersemangat dalam belajar dan mampu meningkatkan hasil belajar
matematika siswa serta dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang mungkin dapat dilaksanakan di kelas.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa metode penemuan teknik scaffolding yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan
hasil belajar matemátika siswa.