1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT memerintahkan kita untuk berbekal dalam menghadapi suatu perjalanan atau suatu tindakan. Hal ini mengandung pengertian bahwa suatu
perbuatan atau tindakan itu haruslah dimulai dengan suatu perencanaan yang konkrit, guna menghindari kekeliruan yang dapat merugikan. Dengan
perencanaan yang baik dan matang, maka diharapkan manusia dapat memperbaiki kehidupannya di masa yang akan datang menjadi lebih baik.
Pada dasarnya, perencanaan keuangan adalah disiplin menajemen kekayaan yang berlaku dengan kebutuhan unik dan keprihatinan individu masing-
masing.
1
Secara sederhana, perencanaan keuangan didefinisikan sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan hidup melalui pengaturan keuangan yang sesuai.
2
Financial Planning can be defined as the careful preparation and coordination of plans necessary to prepare for future financial needs and goals. It is not
investment analisys. It involves mapping strategies to achieve your defined goals.
3
Personal Financial Planning is the process of managing your money to achieve personal economic satisfaction.
4
1
Agustianto Mingka dan Lutfi T. Rizki, Fiqih Perencanaan Keuangan Syariah, Jakarta, MudaMapan Publishing, 2010, h.13.
2
Adler H. Manurung dan Lutfi T. Rizky. Successful Financial Planner a Complete Guide. Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009, h.1.
3
Bertisch 1994 dalam Yohnshon, Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya Jurnal Penelitian Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas
Ekonomi, Universitas Kristen Petra, 2009, h.57.
4
Jack R. Kapoor, dkk, Personal Finance Seventh Edition, New York, America, McGraw-Hill Companies, 2004, h.4.
2
Perencanaan keuangan juga didefinisikan sebagai proses merencanakan keuangan untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang.
5
Jadi, perencanaan keuangan adalah suatu proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan solusi perencanaan, pemilihan
pengelolaan keuangan, kekayaan atau investasi agar dapat mencapai tujuan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
Hakikatnya, tidak ada perbedaan antara perencanaan keuangan biasa dengan perencanaan keuangan syariah. Namun, perencanaan keuangan syariah
tidak hanya sekedar proses akuisisi dan pengumpulan kekayaan saja, tetapi memiliki definisi yang luas berkaitan dengan tugas manusia sebagai khalifah
untuk memanfaatkan nikmat Allah SWT di muka bumi mengikuti aturan-aturan syariah Islam.
Maka perencanaan keuangan syariah dapat didefinisikan sebagai proses perancangan suatu kehidupan yang lebih baik dengan melakukan perencanaan,
pemilihan, serta pengelolaan kekayaan dan keuangan dalam kehidupan untuk mencapai tujuan hidup jangka pendek, menengah, dan panjang baik di dunia
maupun di akhirat. Tujuan hidup manusia itu sendiri sangat beragam, misalnya membeli
mobil, rumah, tabungan pendidikan anak, asuransi jiwa, perencanaan dana pensiun, dan lain-lain. Perencanaan keuangan merupakan salah satu solusi untuk
5
Safir Senduk. Seri Perencanaan Keuangan, Mengelola Keuangan Keluarga, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 2009, h.3.
3
memecahkan masalah keuangan seseorang. Dengan memaksimalkan dana dari penghasilan kita setiap tahunnya untuk mencapai kemandirian secara finansial.
Perencanaan keuangan juga dapat membantu kita mengenal sejauh mana tujuan finansial yang dibuat akan mempengaruhi aspek-aspek keuangan lainnya.
6
Sebagai contoh, jika seseorang mempunyai tujuan untuk memiliki sebuah rumah, dengan membeli sebuah produk investasi yang memberikan hasil investasi yang
cukup tinggi, mungkin saja hasil investasinya dapat membantu orang tersebut untuk melunasi cicilan pembiayaan rumahnya dengan lebih cepat. Jadi, dengan
melihat setiap tujuan keuangan sebagai suatu kesatuan, maka tujuan hidup jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang akan lebih tertata dengan baik.
Islam mengajarkan untuk selektif dalam membelanjakan harta. Dalam pengeluaran, yang perlu diperhatikan seseorang adalah prioritas, bukan
berdasarkan keinginan, tetapi berdasarkan kebutuhan, baik itu jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Selain itu, pengeluaran juga harus
memperhatikan aspek keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Karena untuk mencapai kehidupan akhirat yang baik, kita juga harus mempunyai
kehidupan dunia yang baik.
7
Dewasa ini, banyak sekali produk-produk keuangan yang ditawarkan oleh berbagai lembaga keuangan baik itu syariah maupun konvensional. Banyaknya
6
Manurung, Successful Financial Planner a Complete Guide, h.2.
7
Rahmawati Dian Pratiwi. “Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Perencanaan Keuangan Keluarga Perspektif Islam Studi pada Masyarakat Kelurahan Cempaka Putih Ciputat”. Skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, h.3.
4
pilihan tersebut membuat seseorang harus melakukan perencanaan untuk dapat mengetahui jenis dan produk mana yang memang dibutuhkan dan tidak
dibutuhkan agar seseorang tidak banyak menghamburkan uang karena membeli produk yang salah.
Untuk bisa mengatur masalah keuangan keluarga, diperlukan pengetahuan yang baik mengenai seluk beluk masalah keuangan pribadi self finance maupun
keuangan keluarga family finance. Wanita umumnya memiliki perhatian yang lebih terhadap dirinya maupun keluarganya terutama dalam masalah keuangan.
Sebuah studi di Amerika Serikat menguak fakta bahwa rasio perempuan menikah yang memiliki kontrol atas pembelian rumah tangga jumlahnya 2:1. Bahkan lebih
dari 80 konsumsi rumah tangga dibuat oleh perempuan. Perempuan bukan hanya meningkatkan angka belanja, tetapi juga angka penghasilan. Data statistik
menyebutkan 60 persen dari 85,4 juta tenaga kerja di sektor UKM adalah perempuan.
8
Dari kutipan yang ditulis oleh Ubaidillah Nugraha dari a women financial converence, March 2005, held by American University of Paris, menyatakan
bahwa, “60 keputusan keuangan keluarga dilakukan oleh wanita. Tetapi hanya 12 perempuan bertanggung jawab untuk perencanaan uang mereka. Sedangkan
rata-rata wanita hidup lebih lama dibandingkan laki-laki, karena itu wanita
8
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam sambutan Peringatan Hari Ibu ke-80 dan Perancangan Tahun Indonesia Kreatif 2009 di Jakarta Convention Centre, Senin 22 Desember 2008.
5
membutuhkan 20 lebih banyak uang untuk pensiun daripada laki-laki. Dan hampir
25 bangkrut dalam waktu 2 tahun setelah pasangan meninggal dunia.”
9
Penulis memilih lokasi penelitian di Palangkaraya yang merupakan ibukota Propinsi Kalimantan Tengah. Mayoritas masyarakat di Kota
Palangkaraya berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan jumlah 6.145 pegawai.
10
Di Palangkaraya, terdapat 2 dua Bank Umum Syariah, yaitu Bank Muamalat, Tbk dan Bank Syariah Mandiri dan 3 tiga Baitul Maal Wat Tamwil,
yaitu BMT Kubu Sejahtera, BMT Attoybah, dan BMT Aisyiah sehingga memungkinkan masyarakat di Palangkaraya mempunyai pengetahuan yang baik
mengenai perencanaan keuangan secara syariah.
Gambar 1.1 Banyaknya PNSCPNS Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Kepangkatan
Sumber: Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kota Palangkaraya Wanita karir yang menjadi objek penelitian penulis adalah Pegawai Negeri
Sipil yang bekerja pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya. Wanita
9
Ubaidillah Nugraha, Wealth Management, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008, h. 14.
10
Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan dalam Kota Palangkaraya dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kota Palangkaraya, 2009, h. 29.
6
yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil juga tergolong sebagai wanita karir karena mereka bekerja, memiliki jabatan, sehingga memiliki kemajuan dalam hal
pekerjaan. Mereka bekerja menggunakan keahlian tertentu yang diperoleh dari bangku sekolah maupun bangku kuliah. Sebelumnya belum ada penelitian
mengenai minat membuat perencanaan keuangan syariah pada wanita karir khususnya yang bekerja di Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya.
Dengan mengetahui bagaimana minat wanita karir di Palangkaraya dalam membuat perencanaan keuangan syariah, maka akan diperoleh gambaran umum
perekonomian wanita karir terutama mengenai tujuan hidup mereka serta bagaimana cara mereka mewujudkan tujuan tersebut. Tingkat pendidikan serta
status marital yang berbeda memungkinkan terjadinya perbedaan ketertarikan wanita karir pada perencanaan keuangan syariah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan dibuat dalam bentuk skripsi dengan judul
“Perbedaan Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Berdasarkan Tingkat
Pendidikan dan Status Marital Wanita Karir Studi pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah