Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Kebutuhan

81 menjauhi hal-hal yang mengandung unsur riba. Berinvestasi di Bank Syariah merupakan salah satu cara untuk menghindari riba. Namun, tidak seluruh responden yang setuju dengan pernyataan ini. Berberapa masih meragukan hal tersebut, bahkan dari hasil penelitian terhadap wanita karir di Palangkaraya, masih terdapat responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini, jumlahnya 2,7 berasal dari wanita karir dengan tingkat pendidikan S1 dengan status sudah menikah.

2. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Kebutuhan

Hidup Tabel 4.25 Hanya Membeli Hal-hal yang Memang Benar-benar Dibutuhkan Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 25 25 50 Menikah 28,2 64,1 7,7 Diploma 3 Belum Menikah 75 25 Menikah 26,7 53,3 20 S1 Belum Menikah 7,7 76,9 15,4 Menikah 24,7 57,5 16,4 1,4 S2 Menikah 45,5 54,5 Sumber: kuesioner diolah, 2011 Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25 wanita karir menyatakan sangat setuju, 25 menyatakan setuju, dan 50 menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 28,2 menyatakan sangat setuju, 64,1 menyatakan setuju, dan 7,7 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 75 wanita karir menyatakan setuju dan 25 menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital 82 sudah menikah 26,7 menyatakan sangat setuju, 53,3 menyatakan setuju, dan 20 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7 wanita karir menyatakan sangat setuju, 76,9 menyatakan setuju, dan 15,4 menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 24,7 menyatakan sangat setuju, 57,5 menyatakan setuju, 16,4 menyatakan ragu, dan 1,4 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 45,5 wanita karir menyatakan sangat setuju dan 54,5 menyatakan setuju. Tidak semua responden sangat setuju dan menyatakan bahwa mereka hanya membeli hal-hal yang benar-benar mereka butuhkan. Kebanyakan responden menyatakan setuju dan masih banyak pula yang menyatakan ragu- ragu, bahkan ada 1,4 wanita karir berpendidikan S1 dengan status sudah menikah menyatakan tidak setuju bahwa dirinya hanya membeli hal-hal yang benar-benar ia butuhkan. Persentase responden dengan tingkat pendidikan SLTA menikah yang menjawab sangat setuju lebih besar dibandingkan responden SLTA belum menikah. Begitu pula dengan persentase responden Diploma dan S1 menikah yang menjawab sangat setuju, jumlahnya lebih besar dibandingkan persentase responden Diploma dan S1 yang belum menikah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa wanita karir yang sudah menikah lebih memperhatikan pengeluarannya secara teliti, tidak berbelanja hal-hal yang tidak penting dibandingkan wanita karir yang belum menikah. Untuk tingkat pendidikan wanita karir secara keseluruhan, semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir, persentase yang menjawab sangat setuju semakin besar. Hal ini berarti tingkat 83 pendidikan juga mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang dalam membelanjakan hartanya. Tabel 4.26 Tidak Menyukai Gaya Hidup Berlebihan, maka Kelebihan Dana Biasanya Ditempatkan pada Produk Tabungan Syariah Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 50 50 Menikah 20,5 59 17,9 2,6 Diploma 3 Belum Menikah 25 75 Menikah 6,7 86,7 6,7 S1 Belum Menikah 15,4 69,2 15,4 Menikah 8,2 76,7 11 4,1 S2 Menikah 18,2 54,5 27,3 Sumber: kuesioner diolah, 2011 Gaya hidup seseorang cenderung memperlihatkan kepribadiannya. Wanita karir dengan tingkat pendidikan SLTA berstatus belum menikah setuju dengan pernyataan tidak menyukai gaya hidup berlebih-lebihan dan lebih memilih menempatkan kelebihan dana yang dimilikinya untuk ditabung persentasenya sebanyak 50 dan sisanya menjawab bahwa mereka ragu dengan pernyataan tersebut. Sedangkan untuk wanita karir SLTA yang sudah menikah, persentase yang menjawab sangat setuju sebanyak 20,5 kemudian 59 menjawab setuju dan sisanya menjawab ragu-ragu dan tidak setuju. Bisa saja yang menjawab ragu-ragu tersebut tidak setuju dengan gaya hidup berlebihan namun tidak juga menabung untuk menyimpan kelebihan dana yang dimilikinya atau sebaliknya. Pada tingkat pendidikan Diploma belum menikah persentase 84 responden yang menjawab sangat setuju lebih besar dibandingkan persentase responden Diploma menikah 25 6,7. Namun, banyak juga responden Diploma menikah yang menjawab setuju yaitu sebesar 86,7. Jumlahnya lebih besar daripada persentase responden Diploma belum menikah yaitu sebesar 75. Untuk tingkat pendidikan S1, persentase responden belum menikah yang menjawab sangat setuju lebih besar dibandingkan yang sudah menikah. Tabel 4.27 Menabung di Bank Syariah agar Memiliki Kemudahan dalam Bertransaksi Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 50 50 Menikah 10,3 66,7 20,5 2,6 Diploma 3 Belum Menikah 25 75 Menikah 13,3 86,7 S1 Belum Menikah 15,4 61,5 23,1 Menikah 12,3 69,9 15,1 2,7 S2 Menikah 9,1 72,7 18,2 Sumber: kuesioner diolah, 2011 Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 50 wanita karir menyatakan setuju dan 50 menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 10,3 menyatakan sangat setuju, 66,7 menyatakan setuju, 20,5 menyatakan ragu, dan 2,6 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25 wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75 menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 13,3 menyatakan sangat setuju dan 86,7 menyatakan setuju. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 15,4 wanita 85 karir menyatakan sangat setuju, 69,2 menyatakan setuju, dan 15,4 menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 8,2 menyatakan sangat setuju, 76,7 menyatakan setuju, 11 menyatakan ragu, dan 4,1 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 18,2 wanita karir menyatakan sangat setuju, 54,5 menyatakan setuju, dan 27,3 menyatakan ragu. Kebutuhan akan kemudahan bertransaksi menjadi perlu dimiliki oleh seorang wanita karir. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, mayoritas setuju dengan menabung di Bank Syariah akan memberikan kemudahan dalam bertransaksi. Namun, tidak semua menyetujui hal tersebut karena sebagian kecil menyatakan ragu bahkan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan SLTA, responden menikah yang menyatakan sangat setuju persentasenya lebih besar dibandingkan persentase responden yang belum menikah. Kemudian pada tingkat pendidikan Diploma, persentase responden belum menikah yang menjawab sangat setuju lebih besar daripada responden yang sudah menikah, begitu pula pada tingkat pendidikan S1. 86 Tabel 4.28 Untuk Kebutuhan tidak Terduga Menyisihkan Dana Darurat yang Diinvestasikan pada Bank Syariah Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 50 50 Menikah 12,8 61,5 20,5 5,1 Diploma 3 Belum Menikah 25 75 Menikah 6,7 80 13,3 S1 Belum Menikah 7,7 61,5 30,8 Menikah 8,2 72,6 16,4 2,7 S2 Menikah 9,1 63,6 27,3 Sumber: kuesioner diolah, 2011 Dana darurat adalah suatu dana yang dialokasikan atau dipersiapkan pada rekening yang terpisah atau tidak dicampur dengan rekening lainnya, terutama rekening investasi, untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya sangat darurat saja. Pada tingkat pendidikan SLTA, responden yang belum menikah tidak satupun yang menjawab sangat setuju dengan pernyataan ini, sedangkan untuk responden yang sudah menikah 12,8 menyatakan sangat setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma, responden yang yang menikah mayoritas menjawab setuju untuk menempatkan sejumlah dana darurat untuk kebutuhan yang tidak terduga jumlahnya lebih besar dibandingkan responden yang belum menikah. Kemudian pada tingkat pendidikan S1, responden menikah yang menjawab sangat setuju persentasenya juga lebih besar daripada yang belum menikah. Maka dapat disimpulkan bahwa wanita karir yang sudah menikah lebih berminat untuk menempatkan sejumlah dana darurat emergency fund dibanding wanita karir 87 yang belum menikah. Untuk tingkat pendidikan secara umum, semakin tinggi tingkat pendidikan terakhir wanita karir, persentasenya cenderung semakin besar sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pula tingkat pendidikan seseorang, semakin berminat pula ia pada perencanaan keuangan dalam hal ini yaitu persiapan dana darurat. Tabel 4.29 Tertarik Menggunakan Produk Tabungan Haji di Bank Syariah untuk Memenuhi Rencana Naik Haji Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 25 75 Menikah 23,1 66,7 10,3 Diploma 3 Belum Menikah 25 75 Menikah 13,3 60 26,7 S1 Belum Menikah 7,7 61,5 30,8 Menikah 24,7 64,4 9,6 1,4 S2 Menikah 27,3 54,5 18,2 Sumber: kuesioner diolah, 2011 Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25 wanita karir menyatakan setuju dan 75 menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 23,1 menyatakan sangat setuju, 66,7 menyatakan setuju, dan 10,3 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25 wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75 menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 13,3 menyatakan sangat setuju, 60 menyatakan setuju, dan 26,7 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7 wanita karir 88 menyatakan sangat setuju, 61,5 menyatakan setuju, dan 30,8 menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 24,7 menyatakan sangat setuju, 64,4 menyatakan setuju, 9,6 menyatakan ragu, dan 1,4 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 27,3 wanita karir menyatakan sangat setuju, 54,4 menyatakan setuju, dan 18,2 menyatakan ragu. Setiap muslim pasti memiliki keinginan untuk naik haji, karena naik haji adalah salah satu rukun Islam. Namun tidak semua menjawab sangat setuju untuk menggunakan tabungan haji dalam mewujudkan rencana tersebut. Pada tingkat pendidikan SLTA, Diploma, S1, dan S2, responden yang sudah menikah persentase minatnya menjawab sangat setuju lebih besar dibandingkan responden yang belum menikah. Untuk karakteristik tingkat pendidikan wanita karir, semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir semakin besar nilai persentasenya, maka semakin berminat pula orang tersebut pada perencanaan keuangan dalam hal ini yaitu naik haji. 89 Tabel 4.30 Tertarik Menabung di Bank Syariah untuk Berjaga-jaga apabila ada Keluarga yang Sakit Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 100 Menikah 12,8 59 25,6 2,6 Diploma 3 Belum Menikah 100 Menikah 13,3 80 6,7 S1 Belum Menikah 7,7 61,5 30,8 Menikah 20,5 63 13,7 2,7 S2 Menikah 9,1 63,6 27,3 Sumber: kuesioner diolah, 2011 Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100 wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 12,8 menyatakan sangat setuju, 59 menyatakan setuju, 25,6 menyatakan ragu, dan 2,6 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 100 wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 13,3 menyatakan sangat setuju, 80 menyatakan setuju, dan 6,7 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7 wanita karir menyatakan sangat setuju, 61,5 menyatakan setuju, dan 30,8 menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 20,5 menyatakan sangat setuju, 63 menyatakan setuju, 13,7 menyatakan ragu, dan 2,7 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 9,1 wanita karir menyatakan sangat setuju, 63,6 menyatakan setuju, dan 27,3 menyatakan ragu. Tabungan untuk berjaga-jaga juga disebut dana darurat emergency fund. 90 Tabungan yang harus dimiliki oleh setiap orang untuk memenuhi kebutuhan tidak terduga termasuk saat ada keluarga yang sakit. Pada tingkat pendidikan SLTA, Diploma, S1, dan S2, persentase wanita karir yang memikirkan pentingnya kebutuhan akan dana darurat lebih besar dimiliki oleh wanita karir yang sudah menikah. Hal ini disebabkan wanita karir yang belum menikah belum memiliki tanggung jawab atas keluarga, berbeda dengan wanita karir yang sudah menikah. Sedangkan pada untuk tingkat pendidikan wanita karir, semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir semakin sadar ia akan pentingnya pemilikan dana darurat untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Tabel 4.31 Menginvestasikan Sejumlah Dana pada Asuransi Syariah untuk Keperluan Proteksi Diri Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 50 50 Menikah 7,7 61,5 28,2 2,6 Diploma 3 Belum Menikah 50 25 25 Menikah 53,3 46,7 S1 Belum Menikah 7,7 61,5 30,8 Menikah 5,5 64,4 24,7 2,7 2,7 S2 Menikah 63,3 36,4 Sumber: kuesioner diolah, 2011 Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 50 wanita karir menyatakan setuju dan 50 menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 7,7 menyatakan sangat setuju, 61,5 menyatakan setuju, 28,2 menyatakan ragu, dan 2,6 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat 91 pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 50 wanita karir menyatakan sangat setuju, 25 menyatakan setuju, dan 25 menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 53,3 menyatakan setuju dan 46,7 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7 wanita karir menyatakan sangat setuju, 61,5 menyatakan setuju, dan 30,8 menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 5,5 menyatakan sangat setuju, 64,4 menyatakan setuju, 24,7 menyatakan ragu, 2,7 menyatakan tidak setuju, dan 2,7 menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 63,3 wanita karir menyatakan setuju dan 36,4 menyatakan ragu. Salah satu cara merencanakan keuangan adalah dengan memiliki asuransi karena asuransi memiliki manfaat yang sangat banyak, salah satunya adalah memberikan rasa aman dan perlindungan. Namun, dari hasil penelitian yang dilakukan pada wanita karir di Palangkaraya, tidak semua setuju untuk berinvestasi pada asuransi syariah. Bahkan terlihat dengan jelas responden yang belum menikah hanya sebagian kecil yang setuju untuk memiliki asuransi dan sisanya masih ragu-ragu. Hal ini membuktikan bahwa wanita karir yang belum menikah tidak terlalu memikirkan resiko di masa yang akan datang sehingga belum memiliki minat untuk melakukan perencanaan asuransi, tidak demikian dengan responden yang sudah menikah. 92 Tabel 4.32 Menginvestasikan Sejumlah Dana pada Reksadana Syariah untuk Biaya Hidup di Hari Tua Nanti Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 100 Menikah 5,1 61,4 28,2 2,6 Diploma 3 Belum Menikah 25 50 25 Menikah 40 60 S1 Belum Menikah 7,7 46,2 46,2 Menikah 12,3 58,9 24,7 1,4 2,7 S2 Menikah 63,3 36,4 Sumber: kuesioner diolah, 2011 Banyak sekali cara untuk berinvestasi jangka panjang, salah satunya yaitu berinvestasi pada reksadana syariah. Dari tabel di atas, terlihat bahwa tanggapan wanita karir beragam terhadap reksadana syariah. Pada tingkat pendidikan SLTA, persentase responden belum menikah yang menjawab sangat setuju untuk berinvestasi pada reksadanya syariah sebesar 0, sisanya 100 menjawab setuju. Sedangkan untuk responden yang sudah menikah mayoritas menjawab setuju 61,4. Untuk tingkat pendidikan Diploma, responden belum menikah mayoritas menjawab setuju 50 dan responden yang sudah menikah mayoritas menjawab setuju 60 untuk berinvestasi jangka panjang pada reksadana syariah. Kemudian pada tingkat pendidikan S1, responden yang belum menikah mayoritas menjawab setuju dan juga ragu-ragu 46,2 sedangkan untuk responden S1 yang sudah menikah mayoritas menjawab setuju 58,9. Pada tingkat pendidikan S2, mayoritas responden menjawab setuju pula yaitu sebesar 63,3. 93 Tabel 4.33 Tertarik Berinvestasi di Pasar Uang Syariah untuk Mendapatkan Gaya Hidup yang Layak Nantinya Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 100 Menikah 2,6 69,2 25,6 2,6 Diploma 3 Belum Menikah 25 75 Menikah 6,7 60 33,3 S1 Belum Menikah 7,7 61,5 23,1 7,7 Menikah 5,5 68,5 19,2 4,1 2,7 S2 Menikah 72,7 27,3 Sumber: kuesioner diolah, 2011 Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100 wanita karir menyatakan setuju Sedangkan dengan status marital sudah menikah 2,6 menyatakan sangat setuju, 69,2 menyatakan setuju, 25,6 menyatakan ragu, dan 2,6 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25 wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75 menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,7 menyatakan sangat setuju, 60 menyatakan setuju, dan 33,3 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7 wanita karir menyatakan sangat setuju, 61,5 menyatakan setuju, 23,1 menyatakan ragu, dan 7,7 menyatakan tidak setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 5,5 menyatakan sangat setuju, 68,5 menyatakan setuju, 19,2 menyatakan ragu, 4,1 menyatakan tidak setuju, dan 2,7 menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 72,7 wanita karir menyatakan setuju dan 27,3 menyatakan ragu. Selain berinvestasi pada 94 reksadana, ada juga investasi jangka pendek pada pasar uang seperti deposito. Dari data di atas diperoleh gambaran jawaban yang beragam dari wanita karir. Mayoritas wanita karir menjawab setuju untuk berinvestasi pada pada pasar uang syariah. Terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir, cenderung semakin besar persentase yang menjawab setuju atas pernyataan tersebut. Begitu pula dengan status marital wanita karir. Wanita karir yang sudah menikah lebih memikirkan investasi untuk masa depan, sehingga mereka tertarik pula untuk berinvestasi pada pasar uang syariah.

3. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Siklus Hidup

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintah Kabupaten / Pemerintah Kota Di Sumatera Utara

66 321 115

Studi Komperatif Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Medan)

0 34 88

Tingkat Kesadaran Pegawai Baitul Maal Wa Tamwil Dalam Membuat Perencanaan Keuangan Syariah (Studi Pada Pegawai Baitul Maal Wa Tamwil Di Kota Tangerang Selatan)

0 8 164

Pengaruh Sistem Informasi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan dan Implikasinya terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

0 9 32

Pengaruh perencanaan keuangan syariah terhadap minat masyarakat dalam menempatkan dana di lembaga keuangan syariah: studi pada masyarakat Villa Pamulang

0 5 107

PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ANTARA DAERAH INDUK DAN DAERAH Perbedaan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Antara Daerah Induk Dan Daerah Otonom Baru Setelah Pemekaran.

0 2 20

Analisis kinerja keuangan pemerintah kota berdasarkan rasio keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) : studi kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta.

0 0 186

Analisis kinerja keuangan pemerintah kota berdasarkan rasio keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) studi kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta

1 2 184

KAJIAN PERBEDAAN MINAT MEMBUAT PERENCANAAN KEUANGAN KELUARGA MENURUTTINGKAT PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU RUMAH TANGGA DI KOTA PEKANBARU

0 0 11

AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH: Studi Eksplanatif Tentang Pengaruh Tingkat Profesionalisme Aparat dan Keefektifan Sistem Informasi Keuangan Daerah Terhadap Tingkat Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Badan Pengelolaan Keuangan Pemeri

0 0 217