Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Kenyataan

106

4. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Kenyataan

Hidup Tabel 4.42 Merencanakan Keuangan dengan Lebih Matang untuk Menghindari Resiko saat Terkena PHK Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 75 25 Menikah 33,3 61,5 2,6 2,6 Diploma 3 Belum Menikah 25 75 Menikah 26,7 60 13,3 S1 Belum Menikah 46,2 53,8 Menikah 31,5 61,6 2,7 4,1 S2 Menikah 18,2 81,8 Sumber: kuesioner diolah, 2011 Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 75 wanita karir menyatakan sangat setuju dan 25 menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 33,3 menyatakan sangat setuju, 61,5 menyatakan setuju, 2,6 menyatakan ragu, dan 2,6 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25 wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75 menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 26,7 menyatakan sangat setuju, 60 menyatakan setuju, dan 13,3 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 46,2 wanita karir menyatakan sangat setuju dan 53,8 menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 31,5 menyatakan sangat setuju, 61,6 menyatakan setuju, 2,7 menyatakan ragu, dan 4,1 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status 107 marital sudah menikah 18,2 wanita karir menyatakan sangat setuju dan 81,8 menyatakan setuju. Resiko saat bekerja salah satunya adalah PHK Pemutusan Hubungan Kerja, maka perlu adanya perencanaan keuangan yang lebih matang seperti pengurangan biaya hidup. Seluruh responden wanita karir bekerja sebagai pegawai negeri sipil sehingga kemungkinan besar terhindar dari resiko PHK. Namun, mayoritas responden menjawab sangat setuju dan menyadari akan perlunya perencanaan keuangan yang lebih matang saat tidak memiliki pekerjaan lagi. Tabel 4.43 Berinvestasi untuk Menghindari Naiknya Harga Barang-barang di Masa yang akan Datang Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 50 50 Menikah 10,3 76,9 12,8 Diploma 3 Belum Menikah 25 75 Menikah 26,7 46,7 36,7 S1 Belum Menikah 15,4 76,9 7,7 Menikah 21,9 67,1 11 S2 Menikah 100 Sumber: kuesioner diolah, 2011 Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 50 wanita karir menyatakan sangat setuju dan 50 menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 10,3 menyatakan sangat setuju, 76,9 menyatakan setuju dan 12,8 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25 wanita karir menyatakan sangat 108 setuju dan 75 menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 26,7 menyatakan sangat setuju, 46,7 menyatakan setuju, dan 7,7 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 15,4 wanita karir menyatakan sangat setuju, 76,9 menyatakan setuju, dan 7,7 menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 21,9 menyatakan sangat setuju, 67,1 menyatakan setuju dan 11 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 100 wanita karir menyatakan setuju. Inflasi yang terus meningkat tiap tahunnya membuat seseorang harus berinvestasi untuk mengurangi resiko tersebut. Dari tabel di atas, untuk tingkat pendidikan SLTA, Diploma, dan S1 persentase responden wanita karir menikah yang menjawab sangat setuju akan pernyataan ini lebih besar daripada persentase wanita karir yang belum menikah. Dan secara absolut pada karakteristik tingkat pendidikan wanita karir, semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir tersebut, semakin besar persentase yang menjawab setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa wanita karir yang sudah menikah dan wanita karir yang tingkat pendidikannya tinggi lebih sadar akan pentingnya berinvestasi untuk mengantisipasi resiko inflasi pada harga barang-barang di masa yang akan datang. 109 Tabel 4.44 Harga Barang yang Terus Meningkat, Menuntut Perhatian Lebih pada Keuangan Pribadi dan Keluarga Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 75 25 Menikah 12 30,8 66,7 2,6 Diploma 3 Belum Menikah 100 Menikah 13,3 66,7 20 S1 Belum Menikah 15,4 76,9 7,7 Menikah 27,4 65,8 5,5 1,4 S2 Menikah 9,1 72,7 18,2 Sumber: kuesioner diolah, 2011 Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 75 wanita karir menyatakan dan 25 menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 30,8 menyatakan sangat setuju, 66,7 menyatakan setuju dan 2,6 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 100 wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 13,3 menyatakan sangat setuju, 66,7 menyatakan setuju, dan 20 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 15,4 wanita karir menyatakan sangat setuju, 76,9 menyatakan setuju, dan 7,7 menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 27,4 menyatakan sangat setuju, 65,8 menyatakan setuju, 5,5 menyatakan ragu, dan 1,4 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 9,1 wanita karir menyatakan sangat setuju, 72,7 menyatakan setuju, dan 18,2 menyatakan ragu. Terlihat bahwa wanita karir 110 yang sudah menikah untuk seluruh karakteristik tingkat pendidikan memiliki perhatian yang lebih besar pada keuangan keluarganya untuk mengantisipasi harga barang yang terus meningkat dari waktu ke waktu dari pada wanita karir yang belum menikah. Pada tingkat pendidikan wanita karir, secara umum terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka akan semakin besar pula minatnya dalam merencanakan keuangan untuk menghindari inflasi. Tabel 4.45 Tidak Berminat Menempatkan Dana pada Sektor Keuangan karena Imbal Hasil yang Rendah Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 25 75 Menikah 7,7 30,8 48,7 12,8 Diploma 3 Belum Menikah 25 25 50 Menikah 20 46,7 33,3 S1 Belum Menikah 23,1 53,8 23,1 Menikah 6,8 20,5 52,1 20,5 S2 Menikah 18,2 63,6 18,2 Sumber: kuesioner diolah, 2011 Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25 wanita karir menyatakan ragu dan 75 menyatakan tidak setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 7,7 menyatakan sangat setuju, 30,8 menyatakan setuju, 48,7 menyatakan ragu, dan 12,8 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25 wanita karir menyatakan sangat setuju, 25 menyatakan setuju, dan 50 menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 20 menyatakan setuju, 46,7 111 menyatakan ragu, dan 33,3 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 23,1 wanita karir menyatakan setuju, 53,8 menyatakan ragu, dan 23,1 menyatakan tidak setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,8 menyatakan sangat setuju, 20,5 menyatakan setuju, 52,1 menyatakan ragu, dan 20,5 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 18,2 wanita karir menyatakan setuju, 63,3 menyatakan ragu, dan 18,2 menyatakan tidak setuju. Terlihat bahwa mayoritas wanita karir menjawab ragu-ragu bahkan tidak setuju atas pernyataan tidak berminat menempatkan dana pada sektor keuangan karena imbal hasil yang rendah. Ini berarti wanita karir tidak peduli akan imbal hasil yang besar dalam hal berinvestasi. Mereka tidak hanya mengejar keuntungan atau profit semata. Tabel 4.46 Mengantisipasi Kenaikan Harga Bahan Pokok yang Terus Meningkat dengan Mengatur Kembali Anggaran Belanja Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 100 Menikah 25,6 69,2 2,6 2,6 Diploma 3 Belum Menikah 25 75 Menikah 20 73,3 6,7 S1 Belum Menikah 30,8 61,5 7,7 Menikah 23,3 69,9 6,8 S2 Menikah 9,1 81,8 9,1 Sumber: kuesioner diolah, 2011 112 Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100 wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 25,6 menyatakan sangat setuju, 69,2 menyatakan setuju, 2,6 menyatakan ragu, dan 2,6 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25 wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75 menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 30,8 menyatakan sangat setuju, 61,5 menyatakan setuju, dan 7,7 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 23,3 wanita karir menyatakan sangat setuju, 69,9 menyatakan setuju, dan 6,8 menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 9,1 menyatakan sangat setuju, 81,8 menyatakan setuju dan 9,1 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 18,2 wanita karir menyatakan sangat setuju, 63,6 menyatakan setuju, dan 18,2 menyatakan ragu. Terlihat bahwa wanita karir untuk seluruh karakteristik tingkat pendidikan yang berbeda-beda yang berstatus sudah menikah memiliki perhatian yang lebih pada kenaikan harga bahan pokok sehingga lebih berminat untuk mengatur kembali anggaran belanjanya dibandingkan wanita karir yang belum menikah. 113 Tabel 4.47 Lebih Selektif Untuk Berinvestasi karena Krisis Ekonomi yang Melanda Indonesia Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 100 Menikah 23,1 61,5 15,4 Diploma 3 Belum Menikah 25 75 Menikah 20 66,7 13,3 S1 Belum Menikah 30,8 61,5 7,7 Menikah 19,2 68,5 11 1,4 S2 Menikah 18,2 81,8 Sumber: kuesioner diolah, 2011 Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100 wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 23,1 menyatakan sangat setuju, 61,5 menyatakan setuju dan 15,4 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25 wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75 menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 20 menyatakan sangat setuju, 66,7 menyatakan setuju, dan 13,3 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 30,8 wanita karir menyatakan sangat setuju, 61,5 menyatakan setuju, dan 7,7 menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 19,2 menyatakan sangat setuju, 68,5 menyatakan setuju, 11 menyatakan ragu, dan 1,4 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 18,2 wanita karir menyatakan sangat setuju dan 81,8 menyatakan setuju. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menuntut sikap yang selektif dalam berinvestasi. Dari 114 tabel di atas, mayoritas wanita karir setuju dengan pernyataan tersebut. Maka dapat disimpulkan seluruh responden wanita karir menyadari dan berminat untuk melakukan perencanaan dalam hal investasi untuk menghindari resiko krisis ekonomi. Tabel 4.48 Lebih Memperhatikan Keuangan Pribadi karena Nilai Tukar Rupiah atas Mata Uang Asing yang Fluktuatif Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 100 Menikah 10,3 71,8 12,8 5,1 Diploma 3 Belum Menikah 25 50 25 Menikah 13,3 60 26,7 S1 Belum Menikah 7,7 76,9 15,4 Menikah 17,8 64,4 17,8 S2 Menikah 9,1 63,6 27,3 Sumber: kuesioner diolah, 2011 Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25 wanita karir menyatakan sangat setuju, 25 menyatakan setuju, dan 50 menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 12,8 menyatakan sangat setuju, 66,7 menyatakan setuju, 15,4 menyatakan ragu, dan 5,1 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25 wanita karir menyatakan sangat setuju, 50 menyatakan setuju, dan 25 menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 13,3 menyatakan sangat setuju, 73,3 menyatakan setuju, dan 7,7 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 115 23,1 wanita karir menyatakan sangat setuju, 69,2 menyatakan setuju, dan 7,7 menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 16,4 menyatakan sangat setuju, 68,5 menyatakan setuju, 13,7 menyatakan ragu, dan 1,4 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 18,2 wanita karir menyatakan sangat setuju, 63,6 menyatakan setuju, dan 18,2 menyatakan ragu. Nilai tukar rupiah atas mata uang asing yang fluktuatif juga menuntut perhatian lebih pada keuangan pribadi wanita karir. Dari tabel di atas, terlihat bahwa persentase wanita karir yang sudah menikah untuk seluruh karakteristik tingkat pendidikan yang menjawab sangat setuju secara umum menunjukkan angka yang lebih besar daripada persentase wanita karir yang belum menikah. Dan terlihat perbedaan persentase minat pada tiap karakteristik pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir, semakin peduli mereka terhadap keuangan pribadi maupun keluarganya. Tabel 4.49 Tertarik Berinvestasi pada Pasar Modal Syariah karena Imbal Hasil Obligasi Syariah yang Tinggi Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 100 Menikah 2,6 53,8 28,2 15,4 Diploma 3 Belum Menikah 25 50 25 Menikah 6,7 46,7 46,7 S1 Belum Menikah 7,7 30,8 53,8 7,7 Menikah 6,8 56,2 30,1 4,1 2,7 S2 Menikah 45,5 45,5 9,1 Sumber: kuesioner diolah, 2011 116 Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100 wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 2,6 menyatakan sangat setuju, 53,3 menyatakan setuju, 28,2 menyatakan ragu, dan 15,4 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25 wanita karir menyatakan sangat setuju, 50 menyatakan setuju, dan 25 menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,7 menyatakan sangat setuju, 46,7 menyatakan setuju, dan 46,7 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7 wanita karir menyatakan sangat setuju, 30,8 menyatakan setuju, 53,8 menyatakan ragu, dan 7,7 menyatakan tidak setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,8 menyatakan sangat setuju, 56,2 menyatakan setuju, 30,1 menyatakan ragu, 4,1 menyatakan tidak setuju, dan 2,7 menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 45,5 wanita karir menyatakan setuju, 45,5 menyatakan ragu, dan 9,1 menyatakan tidak setuju. Dari tabel di atas mayoritas menjawab setuju dan ragu-ragu. Ini berarti wanita karir tidak peduli akan imbal hasil yang besar dalam hal berinvestasi. Mereka tidak hanya mengejar keuntungan atau profit semata. Dalam perencanaan keuangan syariah, tidak diperkenankan hanya mengejar profit, tetapi yang paling penting adalah berinvestasi pada sektor yang tidak bertentangan dengan syariat Islam. 117 Tabel 4.50 Tertarik Membuat Perencanaan Pendidikan Bagi Anak Saya karena Biaya Pendidikan dari Tahun ke Tahun yang Terus Meningkat Tingkat Pendidikan Status Marital SS S R TS STS SLTA Belum Menikah 100 Menikah 25,6 71,8 2,6 Diploma 3 Belum Menikah 50 50 Menikah 26,7 60 13,3 S1 Belum Menikah 38,5 46,2 15,4 Menikah 35,6 57,5 4,1 2,7 S2 Menikah 27,3 54,5 18,2 Sumber: kuesioner diolah, 2011 Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100 wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 25,6 menyatakan sangat setuju, 71,8 menyatakan setuju, dan 2,6 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 50 wanita karir menyatakan sangat setuju dan 50 menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 26,7 menyatakan sangat setuju, 60 menyatakan setuju, dan 13,3 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 38,5 wanita karir menyatakan sangat setuju, 46,2 menyatakan setuju, dan 15,4 menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 35,6 menyatakan sangat setuju, 57,5 menyatakan setuju, 4,1 menyatakan ragu, dan 2,7 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 27,3 wanita karir menyatakan sangat setuju, 54,5 menyatakan setuju, dan 18,2 menyatakan ragu. Inflasi bukan hanya meningkatkan harga barang-barang, tetapi 118 juga biaya pendidikan. Untuk mengantisipasinya, diperlukan adanya perencanaan pendidikan agar pendidikan anak menjadi terjamin. Dari tabel di atas, secara umum diperoleh gambaran bahwa wanita karir yang belum menikah untuk setiap karakteristik tingkat pendidikan belum terlalu memperhatikan perencanaan pendidikan bagi anaknya karena mereka belum memiliki anak. Berbeda dengan yang sudah menikah, mereka sangat setuju dan sadar akan pentingnya perencanaan pendidikan bagi anak-anak mereka karena naiknya biaya pendidikan dari tahun ke tahun.

5. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Dunia Keuangan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintah Kabupaten / Pemerintah Kota Di Sumatera Utara

66 321 115

Studi Komperatif Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Medan)

0 34 88

Tingkat Kesadaran Pegawai Baitul Maal Wa Tamwil Dalam Membuat Perencanaan Keuangan Syariah (Studi Pada Pegawai Baitul Maal Wa Tamwil Di Kota Tangerang Selatan)

0 8 164

Pengaruh Sistem Informasi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan dan Implikasinya terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

0 9 32

Pengaruh perencanaan keuangan syariah terhadap minat masyarakat dalam menempatkan dana di lembaga keuangan syariah: studi pada masyarakat Villa Pamulang

0 5 107

PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ANTARA DAERAH INDUK DAN DAERAH Perbedaan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Antara Daerah Induk Dan Daerah Otonom Baru Setelah Pemekaran.

0 2 20

Analisis kinerja keuangan pemerintah kota berdasarkan rasio keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) : studi kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta.

0 0 186

Analisis kinerja keuangan pemerintah kota berdasarkan rasio keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) studi kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta

1 2 184

KAJIAN PERBEDAAN MINAT MEMBUAT PERENCANAAN KEUANGAN KELUARGA MENURUTTINGKAT PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU RUMAH TANGGA DI KOTA PEKANBARU

0 0 11

AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH: Studi Eksplanatif Tentang Pengaruh Tingkat Profesionalisme Aparat dan Keefektifan Sistem Informasi Keuangan Daerah Terhadap Tingkat Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Badan Pengelolaan Keuangan Pemeri

0 0 217