2. Klasifikasi Produk
Produk dapat diklasifikasikan berdasarkan daya tahan dan wujudnya,
dan penggunaannya konsumen atau industri. Berdasarkan daya tahan dan wujudnya, produk dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan, adalah
sebagai berikut KotlerKeller, 2006. a. Produk tidak tahan lama nondurable goods, adalah produk berwujud
yang dikonsumsi dalam satu atau beberapa penggunaan seperti makanan atau minuman. Karena produk ini sering dibeli dan dikonsumsi dalam
waktu yang singkat, maka ketersediaan produk merupakan aspek penting.
b. Produk tahan lama durable goods, adalah produk berwujud yang digunakan untuk jangka waktu lama seperti lemari, pakaian, dan meja.
Produk tahan lama biasanya memberikan margin yang lebih besar dan lebih memerlukan garansi penjualan.
c. Jasa
service, adalah produk tidak berwujud misalnya jasa pemotongan rambut dan penasihat hukum. Berdasarkan sifatnya, jasa memerlukan
kredibilitas penyedianya, dan kontrol kualitas yang lebih ketat. Berdasarkan penggunanya, produk dapat dibagi menjadi produk
konsumen dan produk industri. Produk konsumen dapat diklasifikasikan menjadi produk nyaman convenience products, produk belanja shopping
products , produk special specialty product, dan produk tidak dicari
unsought products.
Produk industri dapat diklasifikasikan menjadi materials dan parts, capital item,
dan jasa supplies dan bisnis. Materials dan parts merupakan produk yang memasuki proses produksi dan akan menjadi bagian dari
produk jadi, contohnya adalah terigu bahan baku untuk pembuatan roti dan ban parts pada kendaraan. Capital item merupakan produk tahan lama
yang memfasilitasi pengembangan dan pengelolaan produk jadi, dan tidak menjadi bagian dari produk jadi. Contohnya adalah instalasi dan peralatan
dalam pabrik yang menghasilkan produk tertentu. Jasa supplies dan bisnis adalah produk yang digunakan dalam proses bisnis namun tidak menjadi
bagian dari produk jadi. Contohnya adalah peralatan kantor dan jasa konsultasi hukum.
25
D. BMT Baitul Maal wat Tamwil
1. Definisi
BMT Baitul maal wattamwil BMT terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal
dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti; zakat, infaq dan
shadaqoh . Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan
penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi
masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.
25
Serian Wijatno, Pengantar Entrepreneurship, h.180-181