Sarana Sosial Kemasyarakatan Di desa Marindal I terdapat berbagai organisasi kemasyarakatanlembaga
sosial seperti Serikat Tolong Menolong STM berupa perkumpulan PUJAKESUMA Putra Jawa Kelahiran Sumatera, kelompok pengajian kaum Ibu yang melakukan
kegiatan pengajian pada setiap hari kamis sore, dan Perkumpulan muda mudi yang terdiri dari remaja mesjid. Perkumpulan Muda-mudi ini mempunyai kegiatan seperti
melakukan pengajiantakdziah jika ada keluarga yang mendapat musibahkemalangan di desa, membantu pelaksanaan pesta perkawinan di desa, melakukan gotong-royong
membersihkan jalan desa atau gotong-royong membersihkan saluran air untuk Mesjid, dan melakukan kegiatan Olahraga seperti Bola kaki.
Sarana Komunikasi Saat ini desa Marindal I tersedia jaringan telepon rumah, dan sudah beberapa
tahun ini warga mulai membeli Handphone sebagai alat komunikasi mereka. Warga lainnya apabila ingin menelepon saudaranya yang berada di perantauan mereka harus
ke wartel yang terdapat hampir di setiap dusun.
4. 2. Profil Informan
Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk merangkaikan fenomena yang terjadi, yang sudah tentu tidak terlepas dari sumber – sumber, media yang di gali
untuk sebuah pengembangan data. Tentunya lewat informan yang berkompeten terhadap persoalan yang terjadi di desa Marindal I. Para informan ini mempunyai
keterlibatan langsung didalam konflik yakni pada saat terjadi konflik maupun pada
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
proses penyelesaianresolusi konflik, namun tidak semua informan bersedia identitasnya dicantumkan dalam tulisan ini, sebagian informan meminta agar
identitasnya tidak dicantumkan dengan alasan tertentu. Berikut adalah para informan yang identitasnya dicantumkan adalah:
4. 2. 1. Informan Kunci 1. Kustomo SH Kepala Desa Marindal I
Kustomo 56 Tahun adalah seorang tokoh masyarakat desa Marindal I, beliau juga merupakan seorang yang mempunyai pengaruh besar dan sangat di segani oleh
warga desa Marindal I. Beliau lahir dan di besarkan di desa Marindal I, sehingga beliau mengetahui dan hafal dengan baik segala kejadian – kejadian yang pernah
terjadi di desa ini. Selain sebagai kepala desa, ia juga mempunyai peranan penting dalam masyarakat seperti sebagai pendamai atau penengah apabila ada konflik di
tengah warga desa maupun konflik dengan warga desa lain, beliau telah beberapa kali mendamaikan perselisihan dan permasalahan yang terjadi pada warga.
Dengan tutur katanya yang begitu halus ia menjelaskan banyak hal seputar konflik yang terjadi antara pihak PTPN II dengan penggarap yang jadi meluas
penggarap dengan penggarap. Menurutnya konflik peralihan fungsi lahan PTPN II menjadi lahan pertanian masyarakat terjadi karena masyarakat telah memiliki nuansa
yang berbeda ketika memasuki masa reformasi. Penggarapan ini terjadi karena rakyat ingin mengambil kembali haknya atas tanah yang selama ini di ambil oleh pihak
PTPN II yang mendapat legitimasi dari pemerintah dengan cara menebangi tanaman coklat. Sebagaimana yang diutarakan bapak Kustomo S.H dalam wawancara dengan
penulis sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
”Konflik tanah PTPN II berawal dari masuknya masa reformasi dan berkembangnya isu bahwa masa HGU PTPN II telah habis. Yang kemudian
penggarap berangsur – angsur menebangi tanaman perkebunan coklat dan kemudian mereka menancapkan patok ke areal tanah yang mereka garap
sebagai tanda bahwa tanah tersebut adalah milik mereka. Hal lain yang menguatkan terjadinya konflik adalah bahwa adanya pemberitaan di koran
Waspada 2152001 yang isinya pemerintah akan menerbitkanperpanjangan HGU PTPN II terhadap tanah yang tidak
bermasalah sebelum berakhirnya HGU 9 juni 2000, kata Gubsu. Masalah ini akan di bahas ditingkat nasional dan izin perpanjangan HGU diberikan lagi
karena dari sektor perkebunan ini diperoleh devisa negara”. Masyarakat yang merasa memiki hak atas tanah melakukan perlawanan untuk
menggagalkan rencana perpanjangan HGU”. Kekuatan perlawanan yang di lakukan masyarakat membuat PTPN II tak mampu mengatasinya. Meskipun
pihak kepolisian dan di bantu oleh TNI terjun untuk mengatasi konflik yang terjadi. Tidak adanya kejelasan dalam penyelesaian konflik membuat
masyarakat merasa lebih leluasa memacak patok untuk membatasi luas tanah yang mereka garap. Namun karena tidak adanya surat-surat hak
kepemilikan atas tanah muncullah konflik baru yang melibatkan mayarakat dengan oknum-oknum pemilik modal atau biasanya masyarakat setempat
menyebutnya dengan ”cukong”. Lalu para cukong menyewa orang-orang bayaran untuk mempertahankan tanah garapannya”. Wawancara, 9 Juni
2009
Menurut informan bahwa konflik lahan PTPN II ini cukup besar yang mengakibatkan korban yang menderita luka-luka dan kerugian materil lainnya.
Mereka saling mengklaim lahan garapannya masing-masing meskipun tidak adanya kordinator yang menggerakkan masyarakat. Para cukong ataupun penggarap yang
memiliki modal tak mau kalah demi mendapatkan luas tanah yang digarapnya meskipun memakai kekerasan untuk menyingkirkan pihak lawan dengan jalan
menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Pihak-pihak yang berkonflik dikuasai oleh keinginan untuk mencapai suatu
hal yang disengketakan. Dengan tujuan ini perhatian masing-masing pihak di arahkan pada dua hal yaitu : lawan yang menghalangi akan nilai yang hendak dicapai. Dalam
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
hal ini perang dianggap suatu cara untuk menyelesaikan persengketaan dan menguasai barang nilai yang di persengketakan Hendro Puspito, 1989:248.
2. Drs. Rasman Purba Mantan Kepala Urusan Agraria PTPN II