Pola Resistensi 1. Bentuk Perlawanan Rakyat Resolusi Konflik

Hal itu mengakibatkan terjadinya penyempitan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pertanian, dimana tanah eks perkebunan sekarang telah berubah fungsi menjadi lahan pertanian bagi pemggarap atau masyarakat. Lewis Coser menyatakan bahwa perselisihan atau konflik dapat berlangsung antar individu, kumpulan-kumpulan atau antar individu dengan kelompok Veerger, 1986 : 211. Konflik dapat bersifat vertikal dan bersifat horizontal. Konflik tanah yang terjadi di desa Marindal akan menyebabkan perselisihan antar individu maupun kelompok yang ditandai dengan pihak PTPN II yang mengklaim areal tanahnya dengan hak yang legal sertifikat, sementara itu pihak penggarap sendiri tidak bisa menerima pengklaiman yang dilakukan oleh pihak PTPN II, begitu juga sebaliknya. Emile Durkheim mengatakan bahwa kebanyakan komunitas manusia dibagi menjadi kelompok-kelompok yang memiliki ā€¯solidaritasmelalui persamaanā€¯. Orang yang dekat satu sama lain biasa saling tergantung dari orang yang saling berjauhan. Kelompok yang anggotanya merasa saling tergantung satu sama lain dan berkompetisi dengan kelompok lainnya Duvenger, 1989 :248. Konflik yang terjadi didesa Marindal telah menciptakan atau meningkatkan solidaritas antar penggarap. Solidaritas yang tercipta antar sesama penggarap diakaibat kerena adanya rasa kebersamaan. Namun rasa kebersamaan ini akan menjadi perpecahan ketika tidak berkonflik lagi dengan PTPN II. Hal ini terjadi didalam tubuh penggarap, dimana antar sesama penggarap telah terjadi konflik dalam mengkalim lahan PTPN II. 6.3.10. Pola Resistensi 6.3.10.1. Bentuk Perlawanan Rakyat Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Langakah-langkah perlawanan yang dilakukan rakyat adalah dengan cara mengumpulkan data dan surat pembagian land reform atau Kartu Tanda Pendudukan Tanah yang masih ada. Namun setelah dikumpulkan terdapatlah 14 oarang yang masih menyimpan katu tersebut. Dengan dikumpulkannya semua data- data yang ada maka rakyat melakukan musyawarah untuk mencari tahu seberapa besar kekuatan lawan PTPN, Pengembang dan FOKRAT, kemudian mencoba melakukan negosiasi ke BUPATI, DPRD dan Tim B Plus. Awal mula kelompok masyarakat yang melakukan perlawanan megirimankan surat kepada BUPATI, DPRD dan Tim B Plus yang sudah mendapat kuasa dari masyarakat Marindal I dan Marindal II yang tergabung dalam Persatuan Kelompok Tani dan Pensiunan Marindal PKTPM. Adapun isi dari surat tersebut adalah : - Meminta tanah garapan, tapak perumahan seluas 43 Ha yang terletak di pasar 3,4 Amplas, dan di Marindal yang terletak di pasar 3,4,5,6, dan 7 dengan luas 149,53 Ha didistribusikan kepada mereka Masyarakat. Disamping itu perlawanan yang dilakukan masyarakat penggarap tidak sebatas bernegosiasi ke Bupati, DPRD dan Tim B Plus. Mereka juga melakukan secara terng-terngan menduduk imenempati lahan dengan cara menebangi pohon cuklat kakao yang selama ini menjadi tanaman perkebunan PTPN II. Setelah itu mereka menanami lahan yang sudah kosong dengan tanaman palawija, dan ada juga yang mendirikan rumah diatas lahan yang telah kosong tersebut. Dengan bentuk perlawanan seperti ini, terlihat jelas bahwa terjadi perubahan fungsi lahan yang dulunya lahan perkebunan ditanami coklat kini berubah menjadi lahan pertanian masyarakat. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

6.3.11. Resolusi Konflik

Dalam upaya penyelasaian konflik yang terjadi didesa Marindal I mengalami perdebatan yang cukup panjang dan hampir tidak menemukan jalan keluar karena masing-masing pihak saling mengklaim. Masing-masing pihak yang bertikai merasa bahwa merekalah yang benar dan mempunyai hak atas tanah garapan. Karena adanya surat pengajuan yang ditujukan kepada DPRD, maka akhirnya DPRD melayangkan surat yang ditujukan kepada Bupati kabupaten Deli Serdang. Adapun isi surat yang dilayangkan adalah : - Berhubungan dengan akan berakhirnya masa HGU PTPN II pada tahun 2000 - Masyarakat pensiunan desa Marindal I mengatas namakan pengurus ranting Persatuan Punakaryawan Republik Indonesia Kecamatan Patumbak mengajukan permohonan agar diberikan hak atas tanah dan tetap menempati rumah-rumah yang berda diareal HGU. - UU no. 5 tahun1960 tentang agraria dan keputusan Mentri tentang pedoman pemindah tanganan - Hasil pertemuan komosi I DPRD dengan pihak Pemda Kabupaten Deli Serdang dan pihak yang terkait serta hasil peninjauan langsung ke lapangan. Dari isi surat yang dilayangkan, maka DPRD meminta agar Bupati tidak jadi mengeluarkan surat yang menyatakan perpanjangan HGU PTPN II tepatnya didaerah areal yang didudukiditempati oleh para pensiun karyawan yang pada dasarnya turun temurun dan benar-benar mendistribusikan secara tegas kepada mereka. Begitu juga dengan mereka para pensiun yang tidak mendapatkan pertapakan tanah agar Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara diberikan. Selanjutnya bagi mereka para pensiun yang menyebar diluar areal lahan PTPN II, juga harus diberikan pertapakan tanah diareal eks perkebunan PTPN II. Penyelesaian kasus ini tidak hanya sampai dilayangkannya surat dari DPRD ke Bupati saja, tetapi beberapa instansi yang terkait juga turut serta menyelesaikan konflik tanah yang berada didesa Marindal I, tepatnya konflik Lahan PTPN II didesa Marindal I. Adapun instansi yang terkait dalam penyelesaian kasus ini adalah : 1. Gubernur Melayangkan surat kepada Direktur Utama PTPN II, yang meminta agar tidak menggusur para pensiun karyawan PTPN II yang masih menempati rumah dinas sebelum ada penyelesaian yang manusiawi. 2. BPN Melayangkan surat ke Bupati Deli Serdang yang menjelaskan bahwa menurut penelitian yang dilakukan BPN ternyata diareal lahan eks perkebunan PTPN II Marindal I dan II telah diterbitkan Surat Ketereangan Tanah SKT kepada pendudukrakyat setempat. Namun menurut BPN, SKT tersebut akan mempersulit pekerjaan Tim B Plus sebagai penengah dalam penyelesaian kasus ini. Masyarakat menganggap bahwa mereka telah memiliki bukti yang kuat atas hak tanah. 3. Kepala Desa Memberikan tawaran solusi kepada Panitia Tim B Plus dalam penyelesaian konflik tanah didesa Marindal yaitu : Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara - Adanya keputusan bahwa permohonan perpanjangan HGU PTPN II tidak diperpanjang - Adanya keputusan bahwa tanah eks perkebunan diberikan kepada karyawan atau pensiunan karyawan, penggarap yang tidak bermasalah dengan yang lainnya, mantan anggota DPRD dan pegawai PEMDA tingkat II, pemerintah desa Marindal I untuk kepentingan sosial dan kepentingan umum. 4. Tim B Plus Sebagai penengah dalam penyelesaian konflik tanah PTPN II, maka tim B Plus melakukan langkah-langkah sesuai pedoman sebagai petunjuk penyelesaian, antara lain : - Memperhatikan segala keputusan sampai ada bukti-bukti lain yang lebih kuat - Melakukan penelitian terhadap keaslian data dan peta yang dilampirkan masyarakat dalam mengajukan tuntutannya. Apabila data yang diajukan oleh masyarakat memiliki kebenaran dan belum ada penyelesaian dari PTPN II, maka tanah tersebut dikeluarkan dari areal HGU, begitu juga sebaliknya. - Tuntutan masyarakat yang dikabulkan harus memperhatikan ketentuan yang berlaku - Menyelesaikan permasalahantuntutangarapan yang ada diatasnya terhadap tanah yang dikuasi PTPN II diluar sertifikat HGU. - Diwajibkan kepada PTPN II Memberikan ganti rugi atau tempat penampungan bagi penggarap apabila tanah-tanah yang dikuasai PTPN II masuk dalam sertfikat HGU. Apabila hal tersebut tidak direalisasikan maka Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara areal tersebut dikecualikan dari perpanjangan HGU dengan memperhatikan penyelesaian sebelumnya. - Terhadap tanah yang dituntut oleh masyarakat dengan dasar keputusan pemerintah telah dinyatakan tidak dilindungi oleh Undang-Undang, tetapi dari hasil penelitian Tim B Plus ternyata tanah tersebut dilindungi oleh Undang- Undang, maka keputusan pemerintah tersebut diusulkan untuk direvisi - Berdasarkan keputusan pemerintah dan dinyatakan dilindungi oleh Undang- Undang terhadap tanah yang dituntut, maka tanah tersebut dikeluarkan dari areal HGU PTPN II. - Menolak segala tuntutan masyarakat terhadap tanah yang tidak jelas letak dan dasar tuntutannya - Terhadap tanah-tanah yang terbukti dilindungi oleh Undang-Undang, sementara subjek hak yang menuntut saat ini bukan orang yang ditunjuk dalam Undang-Undang tersebut, maka tanah tersebut dikeluarkan dari areal HGU PTPN II dan diserahkan kepada pemerintah daerah setempat. - Terhadap tanah-tanah yang letaknya tumpang tindih apabila berdasarkan keputusan panitia Tim B Plus dapat dikeluarkan dari HGU PTPN II, maka tanah tersebut diberikan kepada penuntut yang dapat menunjukan keaslian atas haknya, tetapi bila ada pihak lain mengajukan keberatan terhadap keputusan tersebut, maka untuk menentukan pemilik yang sebenarnya penyelesaian diserahkan kepada lembaga peradilan - Terhadap tanah yang dilindungi undang-undang tetapi PTPN II menguasai tanah tersebut dengan cara memberikan ganti rugi kepada penggarap, tetapi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara jika terbukti ada suatu unsur pemaksaan dalam pelaksanaan ganti rugi maka tanah tersebut dikeluarkan dari areal HGU PTPN II. Dari hasil-hasil pengolahan data atas permohonantuntutan garapan dari kelompok-kelompok penggarap ditanda tangani oleh panitia kecil yang dibentuk oleh Tim Panitia B Plus. Setelah selesai melakukan pengolahan data, kemudian Tim B Plus membuat berita acara penelitian terhadap penyelesaian tuntutan yang memuat 1. Riwayat tanah yang dituntut 2. Fakta dilapangan 3. Pertimbangananalisis 4. Kesimpulan Panitia Tim B Plus dibentuk berdasrkan keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 593.40652000 tanggal 11 Februari 2000 yaitu : 1. Kepala Kantor Wilayah BPN Sumut sebagai ketua merangkap anggota 2. Asisten ketataprajaan Sekretaris Daerah Sumut sebagai wakil ketua merangkap anggota 3. Staf khusuh Gubernur Bidang Pertanahan sebagai wakil ketua merangkap anggota 4. Bupati sebagai anggota 5. Kadis Perkebunan SUMUT sebagai anggota 6. Inspektur pembantu Bidang Kekayaan mewakili Kepala Inspektorat SUMUT sebagai anggota 7. Kepala Biro Tata Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Sumut sebagai anggota 8. Kepala Bidang Hak Atas Tanah Kantor Wilayah BPN Sumut sebagai anggota 9. Kepala Penatagunaan Tanah Kantor Wilayah BPN Sumut sebagai anggota Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 10. Kepala Bidang Pengaturan Penguasaan Tanah Kanto Wilayaj BPN Sumut sebagai anggota 11. Kepala Bidang Pengukuran dan Pendaftaran Tanah Kantor Wilayah BPN Sumut sebagai anggota 12. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten sebagai anggota 13. Camat sebagai anggota 14. Kepala Seksi Pengurusan Hak Atas Tanah Badan Hukum Kantor Wilayah BPN Sumut Sekretaris merangkap anggota 15. Kepala seksi Penyelesaian Masalah Pertanahan Kantor wilayah BPN Sumut sebagai Wakil sekretaris merangkap anggota.

4.3.8. Penyelesaian Akhir