Keterangan :
D = Jumlah dosis kebisingan
T = Lama paparan kebisingan Jam
C = Konsentrasi kebisingan Jam
Dari hasil penelitian yang dilakukan Srisantyorini 2002 diketahui bahwa terdapat hubungan antara tingkat kebisingan dengan terjadinya
penurunan pendengaran setelah bekerja dan lingkungan kerja yang sangat bising berpeluang memberikan risiko terhadap terjadinya penurunan
pendengaran 5 kali dibandingkan dengan lingkungan kerja yang tidak bising. Kemudian pada studi tentang hubungan antara kebisingan dengan ganggguan
pendengaran pekerja di Petrochina pada hasil analisis hubungan antara intensitas kebisingan dengan status pendengaran diperoleh ada 2 orang dari 5
orang 28,6 pekerja dengan intensitas kebisingan lebih dari 85 dBA mempunyai status pendengaran tidak normal. Pekerja dengan intensitas
kebisingan ≤ 85 dBA ada sebanyak 18 orang dari 30 orang 37,5 yang mempunyai status pendengaran tidak normal Herman, 2000.
2.7.2 Masa Kerja
Semakin lama masa kerja sesorang pekerja, maka semakin besar pula risiko terhadap terjadinya gangguan pendengaran. Menurut
National Safety Council, 1975, Gangguan pendengaran terjadi 5 – 10
tahun setelah pekerja bekerja di tempat bising. Menick, 1998, menambahkan semakin lama pajanan kebisingan setiap tahunnya maka
semakin besar kerusakan yang terjadi pada pendengaran. Sedangkan menurut Encyclopedia of Occupational Health and Safety, adanya
gangguan pendengaran karena kebisingan akan terlihat pada seseorang sesudah ia bekerja dilingkungan kerja yang bising selama kurang lebih 3
– 4 tahun Stellman, 1998. Kemudian dari hasil penelitian diketahui bahwa masa kerja
mempunyai pengaruh yang bermakna dengan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran lebih banyak terjadi pada pekerja yang
mempunyai masa kerja lebih dari 10 tahun. Pekerja dengan masa kerja lebih dari 10 tahun mempunyai risiko 5 kali lebih besar dibandingkan
pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 10 tahun Abdul Baktiansyah, 2004.
2.7.3 Usia Pekerja
Menurut Nasri, 1997 sensitivitas pendengaran seseorang akan berkurang dengan bertambahnya usia, semakin tua usia maka semakin
besar terjadinya gangguan pendengaran. Pada usia tua relatif akan mengalami penurunan kepekaan rangsangan suara karena adanya faktor
proses penuaan Presbycusis yaitu proses degeneratif organ pendengaran yang umumnya dimulai sejak usia 40 tahun ke atas. Biasanya, sensitivitas
pendengaran seseorang akan berkurang dengan bertambahnya umur Gloria dan Nixon, 1962 dalam WHO, 1980.
Kemudian Achmadi 1994 berpendapat bahwa orang yang berusia 40 tahun akan lebih mudah mengalami gangguan pendengaran
akibat bising. Sedangkan menurut Iskandar 1996 pengaruh usia terhadap terjadinya gangguan pendengaran terlihat pada usia 30
tahun.
2.7.4 Kebiasaan Merokok
Merokok dapat menyebabkan menurunnya fungsi pendengaran melalui efek dari nikotin dan CO atau karbonmonoksida yang
mengganggu peredaran darah manusia. Nikotin merupakan zat yang yang bersifat ototoksik secara langsung merusak sel saraf manusia pada organ
dalam telinga yang bernama koklea, sedangkan karbonmonoksida menyebabkan iskemia melalui produksi karboksi-hemoglobin ikatan
antara CO dan haemoglobin, dimana akibat terbentuknya ikatan tersebut, hemoglobin menjadi tidak efisien mengikat oksigen. Akibatnya ialah
terjadinya gangguan suplai oksigen ke organ korti di koklea, dan menimbulkan efek iskemia. Selain itu, efek lainnya adalah spasme
pembuluh darah, kekentalan darah, atau juga melalui terjadinya
arteriosklerosis Ditalia, 2011
Beberapa penelitian klinis membuktikan bahwa merokok menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya gangguan pendengaran, suatu
penelitian pada tahun 2006 yang melibatkan lebih dari 1.500 remaja Amerika Serikat yang berusia 12
– 19 tahun menunjukkan bahwa merokok pasif berdampak langsung merusak telinga anak-anak muda.
Semakin besar paparan, semakin besar kerusakan yang ditimbulkan. Pada beberapa kasus, keruakan tersebut cukup mengganggu kemampuan
seorang remaja untuk memahami pembicaraan Mc Geaw-Hill, 2008.
2.7.5 Penggunaan Obat Ototoksik
Penggunaan obat-obatan lebih dari 14 hari baik diminum maupun melalui suntikan menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran. Obat-
obatan yang mempengaruhi organ pendengaran pada umumnya adalah jenis antibiotik aminoglikosid yang mempunyai efek ototoksik. Obat-
obatan tersebut
adalah neomisin,
kanamisin, amikasin
dan dihidrostreptomisin yang berpengaruh pada komponen akustik Gan,
1999. Gangguan akustik ini tidak selalu terjadi pada kedua telinga
sekaligus. Pada mulanya kepekaan terhadap gelombang frekuensi tinggi akan berkurang dan tidak disadari. Gejala dini berupa tinitus bernada
tinggi dapat bertahan sampai dua minggu setelah pemberian aminoglikosid dihentikan. Patologi kerusakan akustik terutama berupa
degenerasi berat sel rambut organ corti mulai di bagian basilar menjalar ke apeks Gan, 1999.