Gambaran Umum PT.PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan. Analisis Bivariat

5.2.2 Gambaran Dosis Kebisingan

Untuk mengetahui gambaran dosis kebisingan yang diterima pekerja di unit utilities PT. PERTAMINA persero Refinery Unit VI dilakukan pengukuran dosis kebisingan yang diterima pekerja menggunakan Personal Noise Dosimeter PND. Dosis kebisingan pekerja dikategorikan menjadi 2 dua yaitu 100 dan ≤100. Gambaran dosis kebisingan dapat dilihat pada table 5.2 Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Dosisi Kebisingan Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014 Dosis Kebisingan Jumlah 100 30 54,5 100 25 45,5 Total 55 100 Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui bahwa dari 55 pekerja, terdapat 30 54,5 pekerja yang terpapar dosis kebisingan 100. 5.2.3 Gambaran Masa Kerja Masa kerja pada pekerja dikategorikan menjadi 2 dua yaitu 10 tahun dan 10 tahun. Gambaran masa kerja dapat dilihat pada table 5.3 Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Masa Kerja Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014 Masa Kerja Jumlah 10 Tahun 30 54,5 10 Tahun 25 45,5 Total 55 100 Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa dari 55 pekerja, terdapat 30 54,5 pekerja dengan masa kerja 10 tahun.

5.2.4 Gambaran Usia Pekerja Usia pada pekerja dikategorikan menjadi 2 dua yaitu 40 Tahun dan

40 Tahun. Gambaran masa kerja dapat dilihat pada table 5.4 Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Usia Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014 Usia Pekerja Jumlah 40 Tahun 16 29,1 40 Tahun 39 70,9 Total 55 100 Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa dari 55 pekerja, terdapat 16 29,1 pekerja dengan usia 40 tahun.

5.2.5 Gambaran Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok pada pekerja dikategorikan menjadi 2 dua yaitu merokok dan tidak merokok. Gambaran status merokok dapat dilihat pada table 5.5 Tabel 5.5 Gambaran Distribusi Kebiasaan Merokok Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA persero Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014 Kebiasaan Merokok Jumlah Merokok 34 61,8 Tidak Merokok 21 38,2 Total 55 100 Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa dari 55 pekerja, terdapat 34 61,8 pekerja yang merokok.

5.2.6 Gambaran Pemakaian Alat Pelindung Telinga APT

Pemakaian APT pada pekerja dikategorikan menjadi 3 tiga yaitu tidak pernah, kadang-kadang, dan selalu. Gambaran pemakaian APT dapat dilihat pada table 5.6 Tabel 5.6 Gambaran Distribusi Pemakaian APT Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA persero Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014 Pemakaian APT Jumlah Tidak Pernah 19 34,5 Kadang-Kadang 21 38,2 Selalu 15 27,3 Total 55 100 Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa dari 55 pekerja, terdapat 19 34,5 pekerja yang tidak pernah memakai alat pelindung telinga.

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Gambaran Dosis Kebisingan dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014 Gambaran dosis kebisingan dengan gangguan pendengaran pekerja di unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan dapat dilihat pada tabel 5.7 Tabel 5.7 Gambaran Dosis Kebisingan dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang terpapar dosis kebisingan 100 dan menderita gangguan pendengaran sebanyak 16 53,3 pekerja. Sedangkan pekerja yang terpapar dosisi kebisingan 100 dan menderita gangguan pendengaran sebanyak 0 0 pekerja. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan Pvalue sebesar 0,000 artinya pada α = 5 dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara dosis kebisingan dengan gangguan pendengaran. 5.3.2 Gambaran Masa Kerja dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014 Gambaran masa kerja dengan gangguan pendengaran pekerja di unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan dapat dilihat pada table 5.8 Dosis Kebisingan Gangguan Pendengaran Total P value Menderita Tidak Menderita n n n 100 16 53,3 14 46,7 30 100 0,000 100 25 25 25 100 Tabel 5.8 Gambaran Masa Kerja dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014 Masa Kerja Gangguan Pendengaran Total P value Menderita Tidak Menderita n n n 10 Tahun 10 33,3 20 60,7 30 100 0,645 10 Tahun 6 24,0 19 76,0 25 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang memiliki masa kerja 10 tahun dan menderita gangguan pendengaran sebanyak 10 33,3 pekerja, Sedangkan pekerja memiliki masa kerja 10 tahun dan menderita gangguan pendengaran sebanyak 6 24,0 pekerja. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan Pvalue sebesar 0,645 artinya pada α = 5 dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan gangguan pendengaran. 5.3.3 Gambaran Usia Pekerja dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014 Gambaran usia pekerja dengan gangguan pendengaran pekerja di unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan dapat dilihat pada tabel 5.9 Tabel 5.9 Gambaran Usia Pekerja dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014 Usia Gangguan Pendengaran Total P value Menderita Tidak Menderita n n n 40 Tahun 6 37,5 10 62,5 16 100 0,515 40Tahun 10 25,6 29 74,4 39 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang berusia 40 tahun dan menderita gangguan pendengaran sebanyak 6 37,5 pekerja, Sedangkan pekerja yang berusia ≤40 tahun dan menderita gangguan pendengaran sebanyak 10 25,6 pekerja. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan Pvalue sebesar 0,515 artinya pada α = 5 dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara usia pekerja dengan gangguan pendengaran. 5.3.4 Gambaran Kebiasaan Merokok dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014 Gambaran kebiasaan merokok dengan gangguan pendengaran pekerja di unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan dapat dilihat pada tabel 5.10 Tabel 5.10 Gambaran Kebiasaan Merokok dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014 H H Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang merokok dan menderita gangguan pendengaran sebanyak 10 29,4 pekerja, Sedangkan pekerja yang tidak merokok dan menderita gangguan pendengaran sebanyak 6 28,6 pekerja. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan Pvalue sebesar 1,000 artinya pada α = 5 dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan gangguan pendengaran. 5.3.5 Gambaran Pemakaian Alat Pelindung Telinga APT dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014 Gambaran pemakaian alat pelindung telinga dengan gangguan pendengaran pekerja di unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan dapat dilihat pada tabel 5.11 Status Merokok Gangguan Pendengaran Total P value Menderita Tidak Menderita n n n Merokok 10 29,4 24 70,6 34 100 1,000 Tidak Merokok 6 28,6 15 71,4 21 100 Tabel 5.11 Gambaran Pemakaian APT dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan Tahun 2014 H A Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang tidak pernah memakai APT dan menderita gangguan pendengaran sebanyak 8 42,1 pekerja, Sedangkan pekerja yang kadang-kadang memakai APT dan menderita gangguan pendengaran sebanyak 6 28,6 pekerja, dan pekerja yang selalu memakai APT dan menderita gangguan pendengaran sebanyak 2 13,3 pekerja. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan Pvalue sebesar 0,186 artinya pada α = 5 dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pemakaian APT dengan gangguan pendengaran. Pemakaian APT Gangguan Pendengaran Total P value Menderita Tidak Menderita n n n Tidak Pernah 8 42,1 11 57,9 19 100 0,186 Kadang-Kadang 6 28,6 15 71,4 21 100 Selalu 2 13,3 13 86,7 15 100 69

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

1. Peneliti tidak dapat mengeliminasi faktor bising yang memapar pekerja sebelum dilakukannya pemeriksaan audiometri yang terjadi sebelum memasuki rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan pendengaran pekerja. Kemungkinan disebabkan oleh bising yang tidak diperlukan seperti bising kendaraan bermotor yang lalu lalang di jalan raya saat menuju rumah sakit. 2. Hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh kejujuran pekerja dalam menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner karena khawatir memberikan jawaban yang fiktif.

6.2 Gangguan Pendengaran pada Pekerja

Gangguan pendengaran adalah menurunnya atau memburuknya fungsi pendengaran. Tuli adalah memburuknya fungsi pendengaran yang lebih parah. Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh masalah mekanis didalam telinga tengah yang menghalangi konduksi suara atau karena rusaknya telinga bagian dalam Billy, 2003. Sedangkan menurut Jenny Basharudin, dkk, 2007, gangguan pendengaran dapat diakibatkan dari gangguan atau kerusakan pada salah satu telinga, gangguan pendengaran telinga saat bayi dan anak-anak, gangguan pendengaran akibat bising dan gangguan pendengaran akibat obat ototoksik. Berdasarkan hasil tabel 5.1 analisis univariat tentang gambaran distribusi gangguan pendengaran pada pekerja unit utilities PT.Pertamina Persero Refinery Unit VI, Balongan indramayu tahun 2014 menunjukkan bahwa terdapat 16 29,1 dari 55 pekerja yang mengalami gangguan pendengaran. Menurut International Standard Organization ISO, dalam Istantyo 2011 jika dilihat berdasarkan derajat gangguan pendengaran yang dialami pekerja kebanyakan pekerja mengalami gangguan pendengaran ringan yaitu terjadi peningkatan ambang dengar antara 26-40 dB. Gangguan pendengaran bisa saja terjadi akibat paparan bising yang sementara ataupun kronis. Paparan bising yang sementara akan menimbulkan kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahan-lahan dan akan kembali seperti semula. Paparan bising yang sementara ini bisa disebut ketulian sementara atau Temporary Threshold Shift. Sedangkan paparan bising kronis dapat menyebabkan ketulian tetap atau Permanent Threshold Shift Rambe, 2003. Ketulian menetap ini atau tuli akibat bising merupakan gangguan pendengaran yang sifatnya permanent kumulatif, akibat pajanan bising terus- menerus selama jangka waktu yang panjang, biasanya untuk beberapa tahun dan hampir mengenai kedua telinga Harrianto, 2009. Sehingga disarankan pemeriksaan audiometri bagi pekerja lebih diintensifkan lagi, guna mengetahui pekerja-pekerja yang mengalami gangguan pendengaran. Dengan begitu para pimpinan perusahaan dapat mengambil keputusan ataupun kebijakan yang mengedepankan aspek kesehatan pekerja, seperti rotasi kerja dari tempat yang mempunyai intensitas kebisingan tinggi ke tempat yang mempunyai intensitas kebisingan lebih rendah. Menurut Suma’mur 1996, mula-mula efek kebisingan pada pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah dihentikannya kerja ditempat bising. Tetapi kerja terus menerus ditempat bising berakibat daya dengar yang menetap dan tidak bisa pulih kembali.Biasanya dimulai pada frekuensi-frekuensi sekitar 4000 Hz dan kemudian menghebat dan meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi-frrekuensi yang digunakan untuk percakapan.

6.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Gangguan Pendengaran Pekerja

Utilities PT Pertamina Persero Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014 Hubungan antara Dosis Kebisingan, Masa Kerja, Usia Pekerja, Kebiasaan Merokok, dan Pemakaian APT dengan Gangguan Pendengaran Pekerja akan dijelaskan pada pembahasan berikut ini. 6.3.1 Hubungan Antara Dosis Kebisingan dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Utilities PT Pertamina Persero Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Tahun 2014 Gambaran dosis kebisingan yang diterima pekerja di unit utilities PT. PERTAMINA persero Refinery Unit VI dilakukan dengan cara pengukuran dosis kebisingan yang diterima pekerja menggunakan Alat Personal Noise Dosimeter PND. Dosis kebisingan pekerja dikategorikan menjadi 2 dua yaitu 100 dan ≤100, gambaran dosis kebisingan dapat dilihat pada table 5.2. Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa dari 55 pekerja terdapat 30 54,5 pekerja yang terpapar dosis kebisingan 100. Sedangkan pekerja yang terpapar dosis kebisingan 100 sebanyak 25 45,5 pekerja. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan Pvalue sebesar 0,000, artinya pada alpha 5 dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara dosis kebisingan dengan gangguan pendengaran. Sistem waktu kerja yang dilaksanakan di Unit Utilites 8 jam sehari dalam 7 hari seminggu dengan sistem pembagian shift sebanyak 4 shift kerja. Nilai Ambang Batas standar faktor tempat kerja yang dapat diterima pekerja tanpa