Sumbat Telinga ear plug Menurut Beranek, LL, 1992

bantalan dengan minyak kulit dan keringat. Reaksi ini juga dapat terjadi pada sumbat telinga, sehingga pada pemilihan sumbat telinga disarankan agar memilih jenis yang berukuran agak besar. Keuntungan dan kerugian tutup telinga ear muff adalah sebagai berikut: 1. Keuntungan a. Atenuasi suara oleh ear muff umumnya lebih besar dari ear plug. b. Satu ukuran ear muff dapat digunakan oleh beberapa orang dengan ukuran telinga yang berbeda. c. Mudah dimonitor pemakainnya oleh pengawas. d. Dapat dipakai pada telinga yang terkena infeksi ringan. e. Tidak mudah hilang terselip. 2. Kerugian a. Tidak nyaman dipakai di tempat kerja yang panas b. Efektifitas dan kenyaman pemakanya dipengaruhi pemakaian kacamata, tutup kepala, anting-anting dan rambut yang menutupi telinga. c. Relatif tidak mudah dibawa atau disimpan. d. Dapat membatasi gerakan kepala pada ruang kerja yang agak sempit. e. Harganya relatif lebih mahal dari ear plug. f. Pada penggunaanya yang terlalu sering atau bila pita penghubungnya yang berpegas sering ditekuk pemakainya, daya atenuasinya akan berkurang. Seorang yang pendengarannya normal bila berada ditempat kerja yang bising intensitas kebisingan 85 dB – 105 dB, kebisingan kontinu dikatakan baginya untuk mengerti pembicaraan orang lain bila ia memakai Alat Pelindung Telinga. Tetapi bila orang tersebut telah kehilangan pendengarannya pada suara frekuensi tinggi, atau bila tingkat kebisingan tempat kerja kurang dari 80 dB, maka pemakaian Alat Pelindung Telinga ditempat kerja dengan kebisingan yang terputus-putus yang intensitasnya 85 dB – 105 dB komunikasi dikatakan lebih mudah pada saat suara mengeras dan komunikasi menjadi terganggu pada saat suara melemah A. Siswanto, 1983.

2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Pendengaran

Menurut Rangga Adi Leksono 2009 dalam poernomo 1996, banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpajan bising, antara lain : Intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan, jenis kebisingan, lamanya pajanan perhari, masa kerja, usia pekerja dan kerentanan individu individual susceptibility. Kemudian Buchari 2007 mengemukakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketulian akibat kerja occupational hearing loss antara lain intensitas kebisingan, penyakit telinga sebelum bekerja, frekuensi kebisingan, usia pekerja, masa kerja, jarak dari sumber suara dan gaya hidup diluar pekerjaan. Kemudian Basharudin dan Soetirto 2007 menambahkan bahwa banyak hal yang mempengaruhi gangguan pendengaran akibat bising antara lain intenitas kebisingan, frekuensi kebisingan, lama paparan dan penggunaan obat ototoksik.

2.7.1 Dosis Kebisingan

Semakin besar dosis bising yang diterima oleh seorang pekerja, maka semakin besar pula potensi terjadinya gangguan pendengaran. Nilai ambang batas adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu KEPMENAKER No.Kep-51 MEN1999. NAB kebisingan di tempat kerja adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003. Berikut adalah pedoman pemaparan terhadap Nilai Ambang Batas atau NAB Kebisingan berdasarkan lampiran II Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51MEN1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja :