1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara antara
usia pekerja, dosis kebisingan, masa kerja, pemakaian APT dan kebiasaan merokok dengan gangguan pendengaran pada pekerja di Unit Utilities PT.
PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan, Indramayu Jawa Barat tahun 2014
”. Hasil studi pendahuluan di bulan Januari tahun 2013 pada unit utilities sebagian besar memiliki intensitas kebisingan yang melampaui NAB.
Berdasarkan hasil tes audiometri tahun 2013 terdapat 16 orang pekerja 29 yang mengalami gangguan pendengaran dari 56 orang pekerja yang mengikuti
pemeriksaan audiometri. Populasi dan sampel penelitian ini adalah seluruh pekerja unit Utilities PT. PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balongan
yang masih aktif bekerja sampai tahun 2014 dan sampel yang digunakan sebanyak 55 pekerja. Penelitian ini akan dilaksanakan di unit utilities PT.
PERTAMINA Persero Refinery Unit VI Balogan selama bulan Maret-Juni tahun 2014.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran adalah menurunnya atau memburuknya fungsi pendengaran. Tuli adalah memburuknya fungsi pendengaran yang lebih parah.
Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh masalah mekanis didalam liang telinga atau telinga tengah yang menghalangi konduksi suara atau karena
rusaknya telinga dalam. Billy, 2003. Sedangkan menurut Jenny Basharudin, dkk 2007 gangguan pendengaran dapat diakibatkan dari gangguan atau
kerusakan pada salah satu telinga, gangguan pendengaran telinga saat bayi dan anak-anak, gangguan pendengaran akibat bising dan gangguan pendengaran
akibat obat ototoksik. Suara dapat mencapai telinga bagian dalam melalui hantaran udara Air
Conduction dan hantaran tulang Bone Conduction. Suara yang masuk dari telinga luar kemudian melalui tulang pendengaran yang berada ditelinga bagian
tengah hingga mencapai cairan ditelinga bagian dalam, disebut sebagai hantaran udara. Sedangkan hantaran tulang adalah suara yang mencapai telinga bagian
dalam melalui tulang tengkorak. Ada tiga kategori gangguan pendengaran, yaitu gangguan pendengaran konduktif, gangguan pendengaran sensori-neural dan
gangguan pendengaran campuran Widana, I Dewa Ketut Kerta, 2006.
2.1.1 Gangguan Pendengaran Konduktif Widana, I Dewa Ketut Kerta, 2006.
Gangguan pendengaran hantaran udara conductive hearing loss, dimana hasil test menunjukkan gangguan pada hantaran udara tetapi pada hantaran
tulang normal. Hal ini memberi ganbaran bahwa tidak terdapat kerusakan pada struktur telinga bagian dalam. Gangguan pendengaran konduktif disebabkan oleh
adanya kelainan yang terdapat pada telinga bagian luar atau bagian tengah. Kelainan ditelinga luar yang menyebabkan gangguan pendengaran konduktif
adalah atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta dan osteoma liang telinga. Kelainan ditelinga tengah yang menyebabkan
gangguan pendengaran konduktif adalah sumbatan tuba eustakhius, otitis media, timpanosklerosis dan dislokasi tulang pendengaran
2.1.2 Gangguan Pendengaran Sensori-neural
Gangguan pendengaran saraf sensori-neural hearing loss, dimana hasil test menunjukkan gangguan pada hantaran udara maupun hantaran tulang. Hal
ini memberikan gambaran bahwa adanya kerusakan pada struktur telinga bagian dalam. Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan tejadinya gangguan
pendengaran saraf yaitu karena terpajan oleh tingkat kebisingan yang tinggi, trauma pada kepala dan telinga, terpajan suara ledakan, penyakit yang
disebabkan oleh virus sepert mumps, rubella, diabetes, hipertensi dan obat- obatan tertentu yang berefek pada pendengaran seperti streptomisin, aspirin dan
juga karena proses penuaan.