2.4.2 Dampak Non-Auditorial Akibat Bising
Akibat pajanan kebsingan, pada seluruh menit pertama tubuh manusia akan melakukan penyesuaian fungsi biologi dengan cara
meningkatkan denyut jantung, yang akan mengakibatkan terjadinya nyeri atau sakit kepala, peningkatan tekanan darah dan frekuensi pernapasan.
Selain itu hormon adrenalin dan cortisol juga meningkat sehingga meningkatkan kadar gula dalam dan lemak dalam darah. Dapat terjadinya
berbagai macam stres seperti mudah marah, penurunan tingkat konsentrasi, kelelahan, depresi dan gangguan tidur. Juga terjadi
peningkatan peristaltik sistem gastrointestinal. Beberapa hasil penelitian telah membuktikan bahwa kebisingan diatas 55 dB selain terasa
mengganggu juga mengakibatkan penurunan kinerja Berglund, 1996. Dampak lain akibat pajanan bising adalah meningkatnya
abseinteisme, penurunan tingkat produktifitas karena kelelahan dan penurunan konsentrasi, peningkatan biaya produksi, penurunan kualitas
kerja, produksi dan gangguan komunikasi Jeyaratman, 1996. Kebisingan juga dapat berdampak terjadinya gangguan kenyamanan
annoyance bagi orang yang terpajan. Berbagai reaksi psikologis akan timbul pada orang yang mengalami gangguan bising, biasanya reaksi
yang timbul bergantung pada status fisik, perilaku dan motifasi pribadi seseorang National Safety Council, 1975.
Sulit untuk memprediksi ganguan kenyamanan karena persepsi dalam penerimaan bising seseorang dengan yang lainnya berbeda,
seorang mungkin dapat menikmati bising sedangkan orang lainnya tidak menghendaki. Umumnya, suara terputus-putus intermuttent, intensitas
dan frekuensi bising yang tinggi sangat mengganggu.
2.5 Pemeriksaan Gangguan Pendengaran atau Pemeriksaan Audiometri
Berkurangnya pendengaran akibat bising terjadi secara perlahan-lahan, bertahap dan tanpa terasa sehingga upaya pemeriksaan ketajaman pendengaran
perlu dilakukan secara berkala. Pemeriksaan Audiometri merupakan suatu pemeriksaan untuk menilai kemampuan pendengaran seseorang PT.Pertamina
Persero RU VI Balongan, 2009. Audiometri berfungsi untuk mengukur nilai ambang pendengaran yaitu suara yang paling lemah yang masih dapat didengar
telinga. Alat untuk melakukan pemeriksaan audiometri digunakan Audiometer. Tujuan dari pemeriksaan pendengaran ditempat kerja adalah untuk
mendapatkan status fungsi pendengaran karyawan, mengidentifikasi adanya gangguan fungsi pendengaran, alat bantu untuk mendiagnosa, sebagai panduan
penatalaksanaan terhadap pasien dengan gangguan pendengaran, untuk memonitor progresivitas penurunan fungsi pendengaran karyawan selama
bekerja di perusahaan dan untuk menerapkan program konservasi pendengaran National Safety Council, 1975.
Pemeriksaan audiometri sebaiknya dilakukan pada : National Safety Council, 1975.
a. Pemeriksaan sebelum bekerja Pre-Employment Examination
Hasil audiometri ini berguna untuk mengevaluasi tingkat pendengaran karyawan sebelum bekerja, sebagai data dasar Baseline Audiometry, untuk
menilai adanya penurunan fungsi pendengaran atau menentukan ketulian akibat kerja
b. Pemeriksaan Berkala Periodic Examination Dilakukan setiap tahun atau dua tahun untuk memonitor penurunan
fungsi pendengaran pada karyawan yang bekerja di area bising. c. Pemeriksaaan khusus pada waktu tertentu
Pemeriksaan ini dilakukan bila ditemukan indikasi ganguan pendengaran pada pemeriksaan kesehatan berkala
d. Pemeriksaan Pada Akhir Masa Kerja Pemeriksaan yang dilakukan pada akhir masa kerja karyawan, untuk
menilai tingkat penurunan atau hilang fungsi pendengaran yang mungkin timbul selama bekerja. Hal ini berhubungan dengan masalah kompensasi.
2.6 Pengendalian Kebisingaan
2.6.1 Eliminasi
Eliminasi merupakan
upaya pengendalian
dengan cara
menghilangkan bahaya yang ada di lingkungan kerja.
2.6.2 Substitusi
Substitusi merupakan upaya pengendalian dengan cara mengganti proses berbahaya dengan proses yang tidak berbahaya. Substitusi untuk
pengendalian kebisingan dapat juga berupa :
a. Substitusi Mesin Yaitu dengan cara mengganti mesin lain yang lebih tidak
menimbulkan bising. Dalam menerapkan metode substitusi mesin ini harus dipertimbangkan pengeluaran dana yang harus dikeluarkan
perusahaan dan apakah mesin yang baru tidak menimbulkan bahaya lain yang berbahaya.
b. Substitusi Proses Yaitu dengan cara mengganti proses lain yang lebih baik tidak
menimbulkan bising. Substitusi proses ini harus mempertimbangkan apakah proses yang baru dapat teruji dengan bunyi bising yang lebih
rendah dibandingkan dengan proses yang lama dan apakah dengan proses yang baru ini tidak merubah kualitas dari hasil akhir produksi.
Chandra, 2006
2.6.3 Pengendalian Teknik Engineering Control
Pengendalian teknik merupakan suatu pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada faktor lingkungan pekerja selain
pekerja. Pengendalian ini bertujuan untuk mereduksi tingkat tekanan suara pada sumber bising Noise Source, transmisi suara Sound Path
dan pada si pendengarnya Receiver, dengan cara-cara sebagai berikut :