Mekanisme Pendengaran Pearce, 2002. TINJAUAN PUSTAKA

Ketulian akan terjadi pada kedua telinga secara simetris dengan mengenai nada tinggi terlebih dahulu, terutama dalam frekuensi 3000 sampai 6000 Hz. Sering kali juga terjadi penurunan tajam dip hanya pada frekuensi 4000 Hz, yang sangat khas untuk gangguan pendengaran akibat bising. Karena yang terkena adalah nada yang lebih tinggi dari nada percakapan manusia, sering kali pada awalnya sama sekali tidak dirasakan oleh penderitanya karena belum begitu jelas gangguan pada saat berkomunikasi dengan sesama Djelantik, 2004.

2.4 Dampak Gangguan Pendengaran

Dampak gangguan pendengaran pada manusia secara umum dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu dampak auditorial atau Auditory Effects dan dampak non-auditorial atau Non Auditory Effects National Safety Council, 1975.

2.4.1 Dampak Auditorial Akibat Bising

Dampak auditori akibat bising adalah terjadinya gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran akibat bising Noise Induced Hearing Lose adalah gangguan pendengaran yang berkembang secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup lama yang diakibatkan karena terpajan kebisingan yang keras secara terus menerus atau terputus-putus ACOEM, 2002. Ciri khas NIHL, menurut The American College of Occupational and Environmental Medicine ACOEM antara lain sebagai berikut : a. Kerusakan bersifat sensori-neural, mempengaruhi sel-sel rambut telinga bagian dalam. b. Gangguan pendengaran terjadi secara bilateral. c. Pajanan kebisingan tunggal tidak menyebabkan gangguan pendengaran yang lebih besar dari pada 75 dB pada frekuensi tinggi dan 40 dB pada frekuensi rendah. d. Pada umumnya, pajanan kebisingan yang terus menerus selama beberapa tahun lebih merusak dari pada pajanan kebisingan terputus- putus. Akan tetapi, pajanan kebisingan pada tingkat tinggi walau sesaat dapat mengakibatkan gangguan pendengaran yang bermakna. Dampak Auditorial akibat bising, kemungkinan dapat berupa : a. Trauma Akustik Trauma akustik merupakan luka pada elemen sensori-neural ditelinga bagian dalam. Akibat terpajan bising tinggi atau kuat yang tiba-tiba seperti ledakan bom atau terjadi trauma langsung pada kepala atau telinga menyebabkan robeknya membran timpani atau terjadi dislokasi serta kerusakan tulang-tulang pendengaran disebut denga trauma akustik National Safety Council, 1975. b. Perubahan Ambang Pendengaran Sementara atau Temporary Threshold Shift TTS Akibat terpajan bising ditempat kerja, mula-mula pekerja merasa terganggu, tetapi lama kelamaan akan menjadi terbiasa dan suara bising yang tinggi tidak lagi dirasakan, artinya bahwa pekerja tersebut telah mengalami gangguan pendengaran. Setelah pekerja tersebut keluar dari tempat kerja yang bising, maka pendengarannya sedikit demi sedikit akan pulih seperti semula. Hal tersebut berarti gangguan pendengaran yang dialami bersifat sementara. Waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan sangat tergantung pada tingkat kebisingan, lama pajanan, jenis bising, serta kerentanan atau kepekaan seseorang. Biasanya dibutuhkan waktu beberapa menit sampa paling lama 10 sepuluh hari. Bila penurunan ambang pendengaran kurang dari 30 dB, maka pemulihan biasanya terjadi setelah 16 enam belas jam bebas dari bising Bashiruddin, 2001. c. Perubahan Ambang Pendengaran Menetap atau Permanent Threshold Shift PTS. Pekerja yang mengalami perubahan ambang dengar sementara, terus berlanjut terpajan oleh bising sebelum pemulihan secara bertahap terjadi, maka akan terjadi sisa gangguan pendengaran. Jika hal tersebut berlangsung secara berulang-ulang dan menahun maka mengakibatkan gangguan pendengaran yang bersifat menetap. Gangguan pendengaran menetap mula-mula terjadi pada frekuensi 4000 Hz, kemudian berkembang pada frekuensi 2000, 1000 dan 500 Hz yang merupakan frekuensi pembicaraan manusia. Jika ini terjadi akibatnya pekerja akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi National Safety Council, 1975.

2.4.2 Dampak Non-Auditorial Akibat Bising

Akibat pajanan kebsingan, pada seluruh menit pertama tubuh manusia akan melakukan penyesuaian fungsi biologi dengan cara meningkatkan denyut jantung, yang akan mengakibatkan terjadinya nyeri atau sakit kepala, peningkatan tekanan darah dan frekuensi pernapasan. Selain itu hormon adrenalin dan cortisol juga meningkat sehingga meningkatkan kadar gula dalam dan lemak dalam darah. Dapat terjadinya berbagai macam stres seperti mudah marah, penurunan tingkat konsentrasi, kelelahan, depresi dan gangguan tidur. Juga terjadi peningkatan peristaltik sistem gastrointestinal. Beberapa hasil penelitian telah membuktikan bahwa kebisingan diatas 55 dB selain terasa mengganggu juga mengakibatkan penurunan kinerja Berglund, 1996. Dampak lain akibat pajanan bising adalah meningkatnya abseinteisme, penurunan tingkat produktifitas karena kelelahan dan penurunan konsentrasi, peningkatan biaya produksi, penurunan kualitas kerja, produksi dan gangguan komunikasi Jeyaratman, 1996. Kebisingan juga dapat berdampak terjadinya gangguan kenyamanan annoyance bagi orang yang terpajan. Berbagai reaksi psikologis akan timbul pada orang yang mengalami gangguan bising, biasanya reaksi yang timbul bergantung pada status fisik, perilaku dan motifasi pribadi seseorang National Safety Council, 1975. Sulit untuk memprediksi ganguan kenyamanan karena persepsi dalam penerimaan bising seseorang dengan yang lainnya berbeda,