Hak Usaha

4. Hak Usaha

H ak Usaha (bouw recht atau bew erkin gsercht) adalah sem acam hak m ilik dengan hak turun-tem urun, tetapi tidak boleh (berhak) menjualnya. Hak ini terjadi di daerah-daerah p er kebu n an d i t an ah -t an ah yan g d iku asai oleh r aja at au kekuasaan semacam itu. Hak semacam ini antara lain terdapat pada:

1. Di atas tanah partikelir di sebelah Barat Cim anuk seperti tersebut di dalam Stbl. 1912 no. 422., dinamakan “erfpacht”, tetapi berlainan dengan erfpacht bagi bangsa asing lainnya, seperti yang telah diuraikan di muka.

H ak in i dipun yai oran g-oran g In don esia dan Tion gh oa. Un d a n g-u n d a n g m en yeb u t ka n , b a h wa “sem u a t a n a h dalam lin gkun gan tan ah partikelir y an g sudah didiam i dan dikerjakan raky at den gan resiko sen diri, dian ggap sudah diberikan dengan hak usaha”. Hak ini semacam hak m ilik I n d on esia , t et a p i lem a h ked u d u ka n n ya , ka r en a sewaktu-waktu dapat dicabut dengan putusan pengadilan.

P em ilik t a n a h h a k u sa h a , d ib eb a n i m a ca m -m a ca m kewajiban terhadap tuan tanah, di antaranya:

Masalah Agraria di Indonesia

a . m em b a ya r cu ka i a t a u con t in g en d a r i h a sil sa wa h n ya sebesar 1/ 5,

b . membayar cukai palawija sebesar 1/ 5 dari hasil sawahnya,

c . m em bayar cukai pohon sebagai pajak (berupa uang),

d . m em bayar sewa pekarangan yang didiam i,

e . membayar cukai ikan dari empang dan sawah sebesar 1/ 5,

f. m em bayar pajak dari h asil pen jualan rum put dan kayu bakar sebesar 1/ 5 dari penjualan (uang),

g. bekerja dengan percum a (pancén ) sehari dalam tiap-tiap minggu, atau 52 hari dalam satu tahun, yang dapat diganti den gan uan g sebesar ukuran upah kerja harian . H al in i dinamakan uang kumpenian. Untuk tanah partikelir di sebelah Timur Kali Cimanuk (Stbl. 1880 no. 150 ) tidak disebut hak-haknya penduduk di situ. Malah hak m em ilih Lurah desa di daerah itu dihapuskan, diganti dengan pengangkatan oleh tuan tanah. Dengan pembelian tanah-tanah partikelir oleh pemerintah, tanah yang mempunyai hubungan usaha milik bangsa In- don esia m en jadi tan ah h ak m ilik (or an gn ya m em bayar lan dren te ). Sedan g m ilik oran g Tion ghoa m en jadi tan ah eigendom , kem udian diubah lagi m enjadi “altijddurende erfpacht” (Stbl. 1913 no. 70 4) sekarang banyak terdapat di daerah Tangerang. Pada waktu tahun 1926 (Stbl. 1926 no.

4 2 1) h a k u sa h a sem a ca m in i t id a k la gi d ija d ika n h a k eigen dom atau eeuw igduren de (altijdduren de) erfpacht seperti yang sudah-sudah, tetapi dijadikan hak baru, dengan hak benda yang dinamakan landerijen bezitsreht.

2. Hak memetik hasil (plukrecht) Hak ini ada pada orang-orang di daerah perkebunan kopi Pem er in tah , pen in ggalan zam an Cu ltu u r stelsel d en gan

Mochammad Tauchid

kewajiban bagi rakyat untuk m em elihara kebun itu serta m en yerah kan h asiln ya kepada Pem erin tah . Dalam Stbl. 1910 n o 63, kepada oran g-oran g yan g dulu m en gerjakan kebun-kebun dengan kerja paksa, diberikan hak memungut hasil dari tanah-tanah negeri bekas kebun kopi paksa itu yang dulu memang mereka yang menanami dan selama itu terus memeliharanya. Kebun kopi sudah banyak dibongkar sejak dihapuskannya Cultuurstelsel dan tanaman-tanaman yang ada terlantar. Hingga dalam praktiknya, hak memetik ini sudah hilang.

3. Hak-hak orang kolonisasi dari Bagelen dan daerah lainnya di Lampung menurut Bijblad 535 adalah hak usaha. Mereka

b elu m m en d a p a t h a k m ilik ya sa n , n a m u n m en u r u t pengertian orang-orang itu sudah seperti m em punyai hak m ilik.

4. J uga hak-hak rakyat atas tanah di Timor, Bali, Lombok dan Vorstenlanden dulu termasuk hak semacam itu. Raja (Sul- tan, Sunan) sebagai pem ilik sem ua tanah (tanah m enjadi kagungan dalem ), dan di Bali, Raja dikatakan sebagai “sang am urw a bum i ” (yang menguasai tanah).