Memelihara Kebaikan dan Kesuburan Tanah, Arti Hutan bagi Manusia

VII. Memelihara Kebaikan dan Kesuburan Tanah, Arti Hutan bagi Manusia

Ban yak oran g m en yan gka, bahwa bum i yan g m em beri makanan kepada manusia itu akan tetap selama-lamanya ber- murah hati mengeluarkan makanan dan akan selama-lamanya m an usia terjam in kebutuh an n ya den gan tiada berkuran g, dengan tidak usah berusaha dan memeliharanya.

Sampai di mana kesanggupan bumi kita memberi makan kep a d a m a n sia in i, L.M. Sch wa r z m en er a n gka n d a la m bukunya ‘Harta Sejengkal;’ dengan secara populer bahwa:

Sesungguhnya yang dapat memberi makan kepada manu- sia itu hanya selapis tanah yang subuh yang tidak lebih dari satu jengkal tebalnya. Lapisan tanah yang sejengkal inilah yang menjadi modal dan sumber makanan. Lapisan yang sejengkal ini dapat berkurang faedahnya dan dapat habis karena perbu- atan manusia atau binatang yang merusak atau karena angin yang menghembuskan bagian yang tipis ini. Kalau lapisan yang tipis ini hilang, maka hilanglah makanan manusia.

Tanah ialah batu yang m enjadi lem but karena dim akan hari, kena udara, kena air serta zat-zat yang terkandung di dalamnya. Batu yang ditumbuk halus bukanlah tanah, karena tak dapat tum buh tanam -tanam an, jika tidak ada pengaruh dari luar. Air dan udara serta zat-zat yang ada di dalam nya m em akan batu itu, dan oleh karena ada anasir-anasir yang ada di dalam nya tim bul ke luar dan m elekat di sisi bagian- bagian yang halus sekali. Dengan anasir-anasir yang dem i- kianlah dapat diisap oleh akar tumbuh-tumbuhan. Bunga tanah (hum us) yaitu am pas tum buh-tum buhan yang sudah busuk, sangat berguna bagi kesuburan tanah dan baik pengaruhnya terhadap batu yang dim akan hari itu. Makin dalam lapisan

Mochammad Tauchid tanah, makin sedikit udara dan air hujan yang masuk, makin

sedikit pengaruh bunga tanah, dan karena itu tanah itu tidak begitu subur.

Lapisan tanah yang berguna, yang dapat ditanam i yaitu yan g dapat diisap zat-zatn ya oleh akar tum buh-tum buhan . Lapisan ini tidak tebal. Lapisan ini karena terus-menerus dima- kan zat-zatnya oleh akar tumbuh-tumbuhan, lama-lama dapat habis isinya yang berguna. Kecuali itu dapat juga lapisan tanah yang tipis ini hilang dihembuskan angin yang keras atau dapat hanyut karena air yang keras mengalir. Tanah yang sudah hi- lang lapisannya yang subur itu sudah tidak ada lagi khasiatnya bagi manusia. Kerusakan tanah semacam ini berarti habisnya makanan bagi kita sampai datang kepada anak cucu turunan kita. Mungkin untuk selama-lamanya tidak dapat diperguna- kan lagi.

Mem ikirkan penjagaan dan pem eliharaan kebaikan dan kesuburan tanah berarti m enjaga habisnya m akanan untuk kita dan untuk anak cucu kita. Nasib kita, nasib Indonesia, dan nasib m anusia tergantung dari kem urahan hati lapisan tanah yang tidak lebih dari sejengkal itu, yang dapat larut dan hilang kalau tidak kita jaga, dan dapat habis kalau kita boros- kan pem akaiannya. Pem borosan pem akaian tanah dan kela- laian pen jagaan dari bahaya kelarutan akan m en im bulkan bahaya bagi penghidupan m anusia berabad-abad.

Penduduk dunia ini makin lama makin besar jumlahnya. Sem u an ya m em er lu kan m akan . Ber ju ta-ju ta m an u sia itu menggantungkan hidupnya dari lapisan tanah yang sejengkal itu.

Men urut pen elitian pada tahun 1630 pen duduk dun ia ada 40 0 .0 0 0 .0 0 0 . Dua abad kemudian yaitu pada tahun 1830

Masalah Agraria di Indonesia sudah m enjadi 80 0 .0 0 0 .0 0 0 , lipat dua banyaknya. Tiga tu-

run an kem udian , pada tahun 190 0 pen duduk dun ia sudah m en jad i 1.50 0 .0 0 0 .0 0 0 d an pad a tah u n 1940 m en in gkat m en jadi 2.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 . Men urut taksiran , kalau tiap-tiap tahun tambahnya penduduk 1,5% maka dalam waktu 70 tahun lagi penduduk dunia sudah mendekati 4.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 . Semua itu manusia yang minta makan. Minta jaminan hidup lapisan tanah itu.

Ahli-ahli statistik telah m enyelidiki bahwa lebih dari ½ penduduk dunia ini diam pada 1 / 20 dari permukaan bumi. Ke- ban yakan pen duduk dun ia diam pada 3 daerah kecil yan g subur tanahnya.

Di Eropa dan Rusia Barat yang luasnya 7.80 0 .0 0 0 km 2

tinggal 50 0 .0 0 0 .0 0 0 orang. Di Tim ur J auh, yaitu Mansuria, Tiongkok, Tonking dan J epang yang luasnya 4.550 .0 0 0 km 2 tinggal di sana 50 0 .0 0 0 .0 0 0 orang, sedang daerah yang ketiga ya it u ya n g m elip u t i Ceylon d a n I n d ia . P en d u d u k

2.0 0 0 .0 0 0 0 .0 0 0 ini sekarang hidup dari 1.60 0 .0 0 0 .0 0 0 ha tanah atau 0 ,8 ha tanah untuk menghidupi 1 orang. Ada lagi negeri yang bagian tanahnya kurang dari ½ ha seorang.

Du n ia m asih keku r an gan m akan , kar en a tam bah n ya p en d u d u k t id a k seim b a n g d en ga n p er t a m b a h a n b a h a n makanan.India dan Pakistan bertambah penduduknya antara tahun 1931-1941 sebanyak 50 .0 0 0 .0 0 0 orang. Karena itu ter- paksa pada tahun 1947 harus mendatangkan beras 2.0 0 0 .0 0 0 ton dari negeri lain. Pada tahun 1948 kekurangan itu bertam- bah menjadi 2.80 0 .0 0 0 ton, dan tahun 1949 meningkat men- jadi 4.0 0 0 .0 0 0 ton .

Berhubung dengan masalah makanan ini, maka penjagaan

d a n p em elih a r a a n kesu b u r a n t a n a h seb a ga i su m b er n ya

Mochammad Tauchid m akan an itu harus diperhitun gkan betul-betul. Kerusakan

t a n a h it u d iseb a b ka n ka r en a k ela r u t a n a t a u er osi ya n g m enyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur, yaitu la- pisan tanah yang dapat m em beri m akan itu. Erosi ini dise- babkan karena air yang melarutkan tanah dan ada juga karena an gin ken can g yan g m en ghem buskan lapisan tan ah bagian atas.

Selanjutnya L.M. Scwarz menerangkan bahwa banyaknya tanah subur di J awa yang tiap-tiap tahun dihanyutkan oleh air sun gai ada 20 0 .0 0 0 .0 0 0 ton . Kalau tan ah itu dian gkut

d en gan ker et a ap i m em er lu kan 13.0 0 0 .0 0 0 ger bon g. In i hanya untuk tanah J awa saja. Tanah subur yang dihanyutkan sungai itu dapat dilihat dari warna air sungai yang kuning, yang m engalir terutam a kalau kebetulan banjir. Warna air sungai yang kuning itu tidak lain dari lumpur tanah yang dihanyutkan. Balai Penyelidikan Tanah dapat menunjukkan berapa lumpur yang dihanyutkan m enurut keadaan tanah m asing-m asing di beberapa daerah. Dari tanah-tanah yang ada gunung apinya tanah-tanah yang hilang tiap-tiap tahun 5 ton tiap hektar. Di tanah-tanah kapur yang tidak kuat menahan bahaya erosi sampai 65 ton setahun tiap hektar. Buat tan ah-tan ah yan g bergun un g api, lapisan tan ah yan g hilan g tiap tahun ada 1/ 3 m m , sedan gkan bagi tanah daerah kapur 4 mm tiap tahun.

Kalau dihitung bahwa lapisan tanah yang subur itu hanya kira-kira 15 cm, jadi dapat ditaksir kalau terus dibiarkan ke- adaan semacam itu kira-kira 50 tahun tanah-tanah itu keha- bisan lapisan yang subur, sekalipun disusul juga tanah baru dari lapisan batu yang kena matahari, tetapi tidak seberapa.

Tanah yang dihanyutkan sebanyak 20 0 .0 0 0 .0 0 0 ton di

Masalah Agraria di Indonesia J awa itu m en gan dun g 150 .0 0 0 ton asam fosfor yan g sam a

nilainya dengan 350 .0 0 0 ton pupuk fosfor yang sangat dibu- tuhkan untuk pupuk perbaikan tanaman. Dengan hanyutnya lapisan tanah itu berapa juta rupiah uang yang hilang untuk m en ggan ti pupuk yan g harus ada di lapisan tan ah itu agar tanah itu tetap memberi hasil.

Menurut penyelidikan yang dijalankan atas tanah-tanah di lereng-lereng gunung yang berhutan lebat, lereng-lereng yang ditanami dengan alang-alang, jagung dan tanaman lain- n ya, tan ah-tan ah yan g dihan yutkan air m en urut curam n ya tanah, jenis tanah serta cara mengusahakannya, banyak hujan di daerah, dapat diketahui bahwa daerah-daerah yan g ber- hutan, lapisan tanah yang hilang itu sedikit sekali, boleh dika- takan tid ak ad a. Kalau h u tan n ya d itebas or an g m aka ke- hanyutan tanah bertam bah besar.

Yang menyebabkan erosi ialah perbuatan manusia, yang m erusak-rusak hutan. Rusaknya hutan m enyebabkan hujan yang jatuh tidak dapat perlahan-lahan karena tidak ada yang m enahan, dan karena derasnya m engalir m elarutkan tanah, dan m enim bulkan banjir.

Di mana-mana manusia datang merusak hutan, menga- dakan tan ah pertan ian , dan akibatn ya m en im bulkan erosi. Tan ah-tan ah yan g ditin ggalkan m an usia sudah tidak dapat dipakai lagi. Terkadang buat selam a-lam anya.

Erosi in i terjadi di m an a-m an a. Negeri M esopotam ia, negeri pertanian yang pertama. Subur tanahnya dan makmur penduduknya. Pengairan baik sudah sejak zam an Pem erin- tahan Hamurabi 20 0 0 tahun sebelum Isa. Karena iri hati nega- ra-negara tetangganya terjadi peperangan, peram pasan dan perusakan hutan. Timbul erosi dan hilanglah kesuburan tanah

Mochammad Tauchid dan kem akm uran.

Negeri Suria yang makmur di zaman dulu, binasa karena erosi dan sekarang tinggal bekas-bekasnya saja. Afrika Barat terjadi erosi yang hebat. Gurun Sahara tiap tahun bertambah panjang ke selatan 10 km. Tambahnya pen- duduk menyebabkan perluasan tanah-tanah pertanian dengan m em buka hutan-hutan untuk perladangan yang m erugikan. Hutan-hutan ditebang, hingga kaki-kaki gunung yang dulu ada tanam-tanaman penahan menjadi gundul sama sekali. Hutan habis ditebang. Keadaannya sangat berat dan m enyedihkan, sebagai diucapkan oleh Menteri J an Sm uts: “Erosion is the biggest problem confronting the country, bigger than any poli- tics” (erosi adalah masalah yang paling besar bagi negara, lebih besar dari masalah politik manapun).

Di Am erika saban tahun tanah yang hilang karena hanyut itu ada 3.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 ton, cukup untuk m engisi kereta api yang panjangnya 18 kali keliling dunia. Untuk mengejar kehi- la n ga n t a n a h la p isa n su b u r in i d ikelu a r ka n u a n g $ 160 .0 0 0 .0 0 0 untuk m em beli pupuk tiruan. Tetapi uang se- ban yak itu han ya m en utup 5% saja dari tan ah yan g hilan g karena erosi.

Seribu tahun lam anya kaisar-kaisar Tiongkok m em per- tahan kan hutan -hutan di n egerin ya. Siapa yan g m en eban g hutan m en dapat hukum an berat. Karen a itu sawah-sawah m ereka tetap subur selam a 20 0 0 tah un . Tetapi kem udian tanah-tanah yang subur itu sudah hilang, disebabkan selalu

ad an ya h u r u -h ar a, kep in d ah an p en d u d u k d an p er u sakan hutan, sawah-sawah tidak terurus. Pada tahun 1934, sungai Kuning m enghanyutkan kira- kir a 1.50 0 .0 0 0 m 3 lum pur atau sam a den gan 450 .0 0 0 h a

Masalah Agraria di Indonesia tan ah yan g tebaln ya 20 cm . Yun an i lam a terdiri dari 60 %

hutan, sekarang hutannya hanya tinggal 5%. Akibatnya seka- ran g han ya 2% saja tan ah yan g subur di san a. Kem iskin an Span y ol disebabkan karen a petern akan dom ba yan g tidak ter batas, yan g m en im bu lkan ker u sakan tan ah -tan ah d an hutan .

Rusia yang kematian 5.0 0 0 .0 0 0 penduduk antara tahun 1921-1922 disebabkan karen a pem akaian tan ah yan g tidak semestinya. Sesudah itu berusaha sekuat-kuatnya untuk me- lindungi sawah-sawah di Ukraina dan Odessa dengan segala m acam alat yang m odern.

Di Australia oran g m en jadi pusin g kepala karen a m e- m ikir kan ker u sakan tan ah d isebabkan kar en a ban yakn ya kelinci. Banyak tanah yang tidak dapat dipakai lagi karena diru- sak kelinci.

Di Texas pada 11 Mei 1934 terjadi angin topan abu yang m en erban gkan 30 0 .0 0 0 .0 0 0 ton tan ah. Kerugian in i sam a dengan kehilangan tanah subur 120 .0 0 0 ha.

Tanda-tanda erosi di seluruh Indonesia sudah nampak di beberapa daerah:

1. Di lereng-lereng pegunungan Karo sebelah Selatan Medan. Antara Cirebon dan Sum edang, terdapat tanah-tanah yang rusak, hanyut dan runtuk, sawah-sawah terbenam pasir dan batu.

2 . Daerah tanah kapur antara Sem arang dan Surabay a erosi m erajalela.

3 . Di Sum ba nampak tanah-tanah yang tandus dan jurangnya banyak yang tidak ada tum buh-tum buhannya.

4 . Di Tim or, angin kencang dari Australia dapat membahaya- kan karena dapat menghembuskan tanah subur dari daerah-

Mochammad Tauchid daerah yang tidak berhutan. Menurut penelitian, pulau Ti-

m or sekaran g salah satu pulau-pulau di In don esia yan g sudah m ulai m enderita bahaya erosi.

5 . Di Sulaw esi Tengah, Toraja terus menerus penebangan hu- tan, dengan tidak mengingat akibatnya, yang sekarang tidak lagi dapat meneruskan bercocok tanam. Sungai Sadang dapat mengairi 60 .0 0 0 ha. Tiap-tiap hari menghanyutkan tanah

17.0 0 0 m 3 dari daerah Toraja.

6 . Daerah Palu tanahnya sudah mati, sawah-sawah terbenam

di bawah batu dan pasir. Kebun-kebun nyiur musnah jika turun hujan hebat.

Ber h u bu n g d en gan in i, m aka t id ak boleh d ip an d an g ringan gunanya hutan buat kepentingan pertahanan kebaikan dan kesuburan tanah di samping keperluan hasil kayu.

Di kalangan rakyat m asih m em erlukan pengertian yang cukup akan gunanya hutan, hubungannya dengan keperluan pertan ian n ya sen diri dan kepen tin gan m asyarakat lain n ya. Kuran gn ya pen gertian akan gun an ya hutan , m en im bulkan sangka bahwa adanya hutan itu hanya karena tanah itu belum dibuka atau diusahakan, dan tidak dirasakan sebagai kebu- tuhan yang langsung bagi hidupnya. Terutama di J awa di mana or a n g sa n ga t m er a sa ka n keku r a n ga n t a n a h p er t a n ia n , m en gan ggap bahwa adan ya hutan itu sebagai baran g yan g berlebih-lebihan di sam ping kekurangan tanah untuk perta- nian yang sangat mendesak.

Kurangnya pengertian akan gunanya hutan, m enim bul- kan tindakan yang dapat m engakibatkan bahaya, yang tidak dapat dielakkan lagi, tindakan yang dapat menimbulkan mala- petaka bagi pertanian kita turun-tem urun.

Ketan dusan tan ah kar en a er osi yan g m en gh an yutkan

Masalah Agraria di Indonesia lapisan tanah yang baik buat pertanian menghilangkan khasiat

tanah itu bagi manusia dan akan menimbulkan bahaya kemis- kinan dan kelaparan yang tidak dapat dikejar kembali dalam puluhan dan ratusan tahun.

Berapa luas h utan di In don esia dapat ditun jukkan di bawah ini (angka-angka tahun 1942):

Luas hutan Daerah

Luas daerah Jiwa tiap-

dalam km 2 tiap km 2 Jumlah km 2 % dari luas daerah Jawa Barat

11.205 23,9 Jawa Tengah

6.946 18,6 Jawa Timur

14.345 29,9 Jawa dan Madura

539.460,0 5 416.000 77 Sunda Kecil, Sulawesi dan 759.105,7

14 493.600 66 Maluku Luar Jawa

Hutan di seluruh dunia ada kira-kira 3.60 0 .0 0 0 .0 0 0 ha, atau kira-kira 30 % dari luas tanah seluruhnya. Sebelum peran g dun ia II, Fin lan dia m em pun yai 73%, Swedia 56%, Rusia 45%, J erman 28%, Perancis 19%, Inggris 5%, J awa 26%, Sum atera 66%, Kalim antan 80 % dan Sunda Kecil, Sulawesi dan Maluku 70 %.

Tam bahan hasil kayu tiap tahun seluruh dunia ditaksir 114.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 m eter 3 , tetapi pem akaian kayu tiap-tiap tahun 168.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 meter 3 . J adi persediaan kayu dalam satu tahun n ya berkuran g 55.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 m eter 3 . Pada pertengahan abad ke-20 persediaan hutan di Ame- rika berkurang 50 %. “Gangguan” yang paling besar ialah pem- baca-pem baca surat kabar. Mingguan dari New York Tim es saja m em erlukan hutan 50 ha. Orang belum hem at dengan pem akaian kayu. Dalam pem asukan bubur kayu saja sering

Mochammad Tauchid hilang kayu yang turut terbuang dengan air.

H utan seluas itu di J awa yan g 2/ 3-n ya sebagai h utan pelindung dan yang seperti lainnya hutan yang dipelihara itu m en ghasilkan kayu dan bahan -bahan kayu lain n ya. H utan yang dipelihara pem erintah ada ± 3.0 0 0 .0 0 0 ha.

Hutan pelindung untuk menjaga keadaan air, hawa dan memelihara keadaan tanah (hydrologis, klimatologis, dan oro- logis), terletak di gunung-gunung.

Hutan yang tidak dipelihara oleh pemerintah di J awa ada 342.0 0 0 ha, yaitu hutan-hutan yang biasanya terletak di tepi laut, tidak penting artinya bagi masyarakat, makin lama makin berkurang karena dijadikan tanah pertanian atau dijadikan hutan tutupan. Di samping itu ada hutan tanah partikelir (seba- gai tanah cadangan ondernem ing) seluas + 10 0 .0 0 0 ha, ter- dapat terutam a di tanah partikelir Pam anukan dan Ciasem . Ada lagi hutan Kasunanan dan Mangkunegaran seluas semua 44.975 ha (sebelum revolusi), yan g sejak tahun 1947 diga- bungkan dengan J awatan Kehutanan.

Apa gunanya hutan, dapatlah diterangkan bahwa kecuali memberikan hasil kayu (kayu bakar dan bahan-bahan perka- kas) serta hasil-hasil lainnya yang berharga, juga penjaga dan pengatur air hujan, pencegah banjir. Kecuali itu untuk mence- gah kehanyutan lapisan tanah yang dapat m enyebabkan ke- tan dusan tan ah yan g akibatn ya akan m em bah ayakan bagi kesuburan tanah.

H u t an d i p egu n u n gan -p egu n u n gan gu n an ya sebagai pen gatur hujuan . H ujan yan g jatuh ke tan ah tertahan oleh daun-daun kayu jadi tidak keras jatuhnya dan terus meresap ke bumi melalui lapisan daun-daun kayu merupakan lapisan tanah yang paling atas.

Masalah Agraria di Indonesia Dengan begitu m aka air itu tidak keras m engalir, yang

dapat menyebabkan banjir. Banjir itu kecuali akan merupakan bahaya m enghanyutkan benda-benda dan dapat m encelaka- kan manusia, juga menghanyutkan lapisan tanah yang sangat berguna bagi tanam -tanam an. Sebaliknya air yang m eresap dalam tanah itu di musim kemarau akan keluar dari mata air, dapat menambah air keperluan di waktu kemarau.

Laporan Ir. Gaade m en yebutkan debit sun gai Bran tas sesudah pembukaan hutan di atas dan keliling permulaan su- ngai itu selama waktu 17 tahun menjadi kurang 39%. Laporan Ir. De Vries menerangkan bahwa sesudah pembukaan hutan- hutan di pegunungan-pegunungan, pendapatan hasil padi sa- wah dalam kabupaten Bangil dalam setahunnya menjadi ku- rang 20 0 .0 0 0 pikul.

Pada bulan Desem ber atau J anuari banyak turun hujan di Kediri, J ember, Pacitan, Bagelen, Demak, Brebes dan lain- lain yang menimbulkan banjir. Tiap-tiap tahun orang di situ menderita akibatnya, kerusakan tanaman, rumah-rumah, ke- hanyutan ternak dan lain-lain.

Orang hanya tahu banyaknya hujan yang m enim bulkan bahaya banjir. Tidak mengetahui atau tidak mengerti apa yang menyebabkan dan tidak mengingat akan hutan yang dibabat, yang menjadi sebabnya bahaya itu. Hujan yang turun di tanah pegunungan yang gundul (tak ada hutan atau tum buh-tum - buhan kayu) di Kawedanan Ponorogo, Slaung, Taman Sari di Karesidenan Madiun m engalir sem uanya ke sungai Madiun. Air itu makin lama makin meluap dan penuh. Karena sungai ini penuh, air-air hujan yang m engalir di kota Madiun tidak dapat mengalir ke sungai, dan tertahan di situ. Ini sebabnya tiap tahun kota Madiun ini menderita banjir. Banjir yang tiap

Mochammad Tauchid tahun di kota Madiun ini disebabkan oleh buruknya hutan di

daerah pegunungan Ponorogo Selatan. Dengan pem babatan hutan di gunung-gunung yang tidak dengan menghitung akan gun an ya hutan itu, bahaya sem acam itu akan m akin besar dan berulang-ulang terjadi.

Banjir di kota Kediri yang tiap tahun diderita akibatnya, disebabkan tak adan ya h utan di pegun un gan Tr en ggalek, Ngunut Selatan dan sekelilingnya.

Sebagaimana diutarakan tadi air hujan yang turun di pegu- nungan dengan deras mengalir ke tempat-tempat yang rendah dan akhirnya ke sungai yang makin besar. Dengan adanya hu- tan atau tumbuh-tumbuhan kayu di tanah pegunungan, keja- dian-kejadian sem acam ini akan dapat diperkecil. Air hujan yang jatuh di hutan akan lambat mengalirnya karena tertahan oleh rintangan-rintangan yang berupa batang kayu, akar-akar dan kotoran -kotoran dari pohon . Kelam batan m en galir in i memberi kesempatan sebagian air itu meresap ke dalam tanah, dan sedikit saja yang mengalir ke sungai yang menyebabkan banjir itu. Banjir ini tidak hanya diderita oleh orang-orang di lem b a h -lem b a h , t et a p i ju ga m en gh a n cu r ka n b a n gu n a n - bangunan yang sangat berguna bagi masyarakat, seperti jem- batan-jem batan, rum ah-rum ah, jalan-jalan dan sebagainya. Dan yang paling membahayakan bagi orang tani adalah akibat ketandusan tanah yang tidak dapat diperkirakan bahayanya bagi pertanian dan bagi keselamatan turunan-turunan kita.

Dalam bukunya, Hutan, Reboisasi, Industri, Supardi se- lanjutnya menerangkan angka-angka luasnya hutan yang seka- rang dibabat rakyat diantaranya di beberapa tempat di J awa Tengah 9.946 ha (Pekalongan 2,210 ha, Pem alang 1.438 ha, Cilacap 2.68 0 h a, Purworejo 1.147 h a, Balapulan g 8 51 h a,

Masalah Agraria di Indonesia Purwodadi 115 ha, Yogyakarta 537 ha, Pati 454 ha, Purwoker-

t o 2 8 8 h a , d a n Ma gela n g 2 2 6 h a ). Men u r u t ‘M in g g u a n Ekonom i Indonesia ’ tanggal 27 Maret 1948, hutan-hutan yang ditebang sejak tahun 1942 di J awa dan Madura: di J awa Barat hutan yang hilang sampai antara 40 0 .0 0 0 - 50 0 .0 0 0 ha. Se-

dang tambahan hutan baru (kayu yang ditanam) antara 1891- 1936 (45 tahun) adalah 360 .0 0 0 ha.

Berhubung dengan itu, maka soal penghutanan kem bali (reboisasi) menjadi masalah nasional kita yang besar. Reboi- sasi ini pertam a kali perlu dijalankan terhadap tanah-tanah yang sekarang tidak ada tumbuh-tumbuhannya dan tak subur guna keperluan pertanian, seperti terdapat di:

1. Lereng gunung Ijen, beberapa puluh ribu ha.

2 . Lereng utara dan timur gunung Semeru.

3 . Lereng Timur Wilis.

4 . Lereng Barat gunung Lawu.

5 . Pegunungan Ponorogo Selatan dan Pacitan serta Trengga- lek.

6 . Gunung Sewu Surakarta, Yogyakarta (Bayat, Gunung Kidul).

7 . Pegunungan Menoreh (batas Yogyakarta dan Kedu).

8 . Lereng Timur dan Utara gunung Sumbing.

9 . Pegun un gan sebelah Utara Kutoarjo, Kebum en , Karan g- anyar dan Gom bong.

10 .Pegunungan Kum bang. 11.Pegunungan antara gunung Cireme dan Sanggabuana (Ma- jalengka, Nunuk), Pegunungan Kremeng (Cirebon). 12.Pegunungan sekeliling Bandung dan lain-lain yang luasnya puluhan dan ratusan ribu ha. Rancangan penghutanan ini sudah lama, dan sudah sejak t a h u n 19 31 oleh Gu b er n u r J en d er a l Pem er in t a h H in d ia

Mochammad Tauchid Belanda ditetapkan satu Panitia berkewajiban untuk m enye-

lidiki dan m em berikan pem an dan gan -pem an dan gan , kete- rangan dan pelaporan-pelaporan kepada pemerintah tentang aturan -aturan un tuk m em perbaiki dan m em elihara hal-hal yang penting tentang itu.

Maksud untuk membentuk panitia itu ialah untuk:

a . mempertahankan keadaan hutan yang ada pada waktu itu;

b . menyelidiki keadaan hydrologis dan orologis setelah perlu- asan hutan cadangan. Sebelu m itu su d ah ban yak per atu r an -per atu r an yan g mengenai penjagaan tanah untuk menolak bahaya erosi, untuk m em pertahan kan kebaikan dan kesuburan tan ah-tan ah, di an taran ya:

1. Stbl 1819 no. 5 (Landrente bepalingen);

2 . Stbl 1870 no. 55 dan 118 (Agraris Wet dan Agraris Besluit);

3 . Stbl 1865 no. 96, 1e Boschreglem ent;

4 . Stbl 1874 no. 79 1e Ontginningsordonnatie;

5 . Stbl 1874 no. 110 2e Boschreglem ent;

6 . Stbl 1884 no. 40 60 , Sirkuler Dep. B. B. 1884, tentang ca- dangan hutan (Boschreservering).

7 . St b l 18 9 0 n o. 115, t en t a n g ca d a n ga n h u t a n d i J a wa (Boschreserverin g op J ava).

8 . Stbl 1896 no. 44, 2e Ontginningsordonnantie;

9 . Stbl 190 5 no. 41, perubahan Stbl. 1896 no. 44;

10 .Stbl 190 5 no. 42, pembatasan sementara cadangan hutan. 11.Stbl 1935 no. 48 3;

12.G.B. 13 Mei 1934 no. 2 dan 13.B.W. pasal 720 – 736 Kita perlu meneruskan pekerjaan ini, dengan memperhi- tun gkan kepen tin gan -kepen tin gan un tuk pertan ian , kepen -

Masalah Agraria di Indonesia tingan hutan sampai batas luas yang tidak lagi dapat dikurangi.

Mempertahankan luas hutan untuk kepentingan di atas, tidaklah berarti tidak harus diadakan peninjauan kembali ke- adaan hutan yang sekarang ada di J awa, dihubungkan dengan keadaan tanah pertanian.

Di samping banyaknya hutan yang dibabat selama perang J epang dan revolusi ini, terdapat tanah-tanah hutan yang me- m an g d ap at d ijad ikan tan ah p er tan ian , tetap i sebalikn ya banyak sekali tanah-tanah pertanian rakyat yang sesungguh- nya sudah tidak baik lagi dipertahankan terus menjadi tanah pertanian dan baik kalau dijadikan hutan.

Peninjauan ini untuk, kalau perlu dengan penyelidikan yang seksama, tanah-tanah pertanian rakyat di beberapa tem- pat diubah m en jadi hutan , dan sebalikn ya beberapa hutan diubah menjadi tanah pertanian. J uga dalam akan mengem- balikan bekas hutan menjadi hutan kembali (herbebossching) harus diingat hal-hal ini. Tanah-tanah bekas hutan yang seka- rang menjadi tanah pertanian, tetapi sesungguhnya tidak baik harus dimasukkan dalam rencana reboisasi. J anganlah peng- hutanan kembali (reboisasi) ini hanya sebagai usaha mengem- balikan status yang lama, luas, macam dan tempatnya, dengan tidak ada penyelidikan lebih lanjut tentang adanya beberapa kem ungkinan.

Berapa minimum luas hutan yang harus dipertahankan, dan tidak dapat dikurangi lagi untuk kepentingan di atas (hid- rologis, klimatologis, dan orologis), hal ini tidak dapat diten- tukan dengan prosentasenya perhitungan luas dengan tidak memperhitungkan keadaan dan sifat daerah-daerah itu. Ma- sin g-m asin g tem pat yan g keadaan n ya berbeda-beda (tan ah datar dan tanah-tanah pegunungan memerlukan perhitungan

Mochammad Tauchid sendiri untuk kepentingan hutan).

Masalah ini akan menjadi masalah yang besar, yang akan m en gadakan perubah an letak dan luas h utan disesuaikan dengan kepentingan di atas.

Den gan pen in jauan itu akan m en ghasilkan keten tuan , tem pat-tem pat m ana yang harus dijadikan hutan, sekalipun sekarang berwujud tanah pertanian rakyat. Sebaliknya di sam- ping itu, hutan-hutan m ana yang dijadikan tanah pertanian rakyat, mengingat letak serta baik buruknya bagi kepentingan pertanian, dan dapat tidaknya dilepaskan dari keperluan hu- tan .

J alan lain yang harus ditempuh untuk mempertahankan kebaikan dan m enam bah kesuburan tanah kecuali penghu- tanan kem bali, juga pem etaan tanah-tanah di lereng-lereng gunung dan tanah-tanah yang miring. Di samping pemupukan tan ah san gat pen tin g dan harus dijalan kan den gan sebaik- baikn ya.