Hak Eigendom

1. Hak Eigendom

Hak Eigendom diberikan kepada orang asing untuk keper- luan perluasan kota, atau untuk mendirikan perusahaan kera- jinan. Menurut peraturannya, tanah yang diberikan untuk hak Eigendom hanyalah tanah-tanah yang ada dalam lingkungan kota saja (kota karesidenan dan kabupaten).

Luasnya tidak boleh melebihi 10 bau. Tetapi pembatasan

10 bau ini selalu dapat dimintakan perluasan berapa saja asal dibagi-bagi menjadi beberapa persil yang masing-masing luas- nya tidak boleh lebih dari 10 bau, sedang ketentuannya hanya tanah-tanah yang ada dalam lingkungan kota. Selain itu masih

d itam bah lagi kalim at; “d an tem pat-tem pat lain n ya yan g dipandang perlu”, hingga praktis tidak ada pembatasan. Kare- na bila dikehendaki, selalu dapat dipandang perlu, di manapun tanah itu berada.

Hak Eigendom adalah hak perseorangan yang kuat, dija- m in den gan un dan g-un dan g. Men urut Dom ein v erk larin g, tan ah sem acam itu tid ak ter m asu k m ilik Neger i (La n d s- dom ein ). Hak ini bisa didapat dengan jalan membeli dari tanah hak millik rakyat Indonesia. Tetapi oleh karena ada peraturan

Masalah Agraria di Indonesia larangan m enjual tanah oleh orang Indonesia kepada orang

asing, maka jual beli ini diberi istilah lainnya, yaitu: kalau seo- rang pem ilik tanah hak Indonesia akan m elepaskan haknya (sebagai ganti perkataan m enjual), m aka tanah itu kem bali kepada Negeri. Sesudah kembali kepada negeri, maka Negeri berhak m en jual tan ah itu kepada oran g lain (oran g asin g) dengan hak Eigendom . Dengan cara demikian maka tindakan itu dikatakan tidak melanggar Undang-undang, karena di da- lam Undang-undang Agraria 1870 disebutkan: Larangan ini (larangan menjual tanah oleh Gubemur J endral), tidak menge- nai tanah-tanah kecil untuk keperluan perluasan kota dan desa un tuk m en dirikan perusahaan -perusahaan dan ban gun an - ban gun an .

“H ak Eigendom adalah hak untuk m em peroleh kenik- m atan y ang sepenuh-penuhny a dari suatu benda, dan untuk m em akai benda itu seluas-luasny a, asal dalam m em pergu- nakan itu tidak bertentangan dengan Undang-undang atau peraturan um um y ang dikeluarkan oleh alat N egara y ang berhak (untuk itu), dan asal tidak m engakibatkan perkosaan kepada hak-hak orang lain, serta dengan kem ungkinan pe- n y itaan un tuk kepen tin gan um um den gan m em akai uan g pengganti y ang cukup m enurut peraturan dan undang-un- dan g ”, dem ikian bun yi pasal 570 Un dan g-un dan g H ukum Perdata tentang hak Eigendom .

Adanya Grondv erv reem dingsv erbood (larangan penju- alan tan ah oran g In don esia kepada oran g asin g), tersebut dalam Stbl. 18 75 n o. 179. Seperti telah dikatakan di m uka,

d alam p r aktikn ya tid ak ad a ar tin ya sam a sekali. Kar en a, den gan pern yataan bahwa pem ilik ban gsa In don esia, suka m elepaskan hak m em akain y a (sebagai gan tin ya perkataan

Mochammad Tauchid m en jual), yan g diartikan bahwa dia bersedia m en yerahkan

haknya kembali kepada Negara, maka tanah itu sudah boleh dijual kepada orang asing, dengan mendapat ganti rugi (bukan harga penjualan) m enurut harga um um , yang berarti harga yang rendah. Untuk tanah komunal (tanah kepunyaan desa), asal Desa itu sudah m en yatakan (m en urut In lan dsche Ge- m eente Ordonnantie ) bahwa sudah melepaskan haknya “untuk kepentingan negara”, maka tanah itu dapat dijual oleh Negara kepada orang asing dan menjadi tanah Eigendom .

J adi, seben arn ya tidak pern ah terjadi jual beli an tara orang Indonesia dengan orang asing. Namun yang terjadi ada- lah penyerahan hak oleh rakyat Indonesia kepada Pemerintah. Lalu, pemerintah menjual tanah tersebut kepada orang asing, sebab, hal ini telah sesuai dengan undang-undang. Bagi pemilik tanah secara de facto pun tidak ada arti lain kecuali memang dia menjual tanah itu kepada orang asing yang menurut pera- saan n ya ju ga tid ak ber ten tan gan d en gan h u ku m . H al in i layakn ya seseor an g yan g m en ju al bar an g kep u n yaan n ya kepada orang lain. Semua yang berlaku dalam alih kepemilikan tanah ini telah tersebutkan dalam undang-undang. Pemerintah m erasa berkewajiban m em elihara hukum dan m enjalankan hukum itu. Walaupun sebenarnya, dalam praktiknya satu un- dan g-un dan g diikuti den gan un dan g-un dan g lain n ya yan g m em beri kesem patan untuk m elanggarnya.