Luas tanah dan kepadatan penduduk

b. Luas tanah dan kepadatan penduduk

Luas Indonesia dengan penduduknya sekarang dihitung rata-rata belum m enunjukkan kelebihan penduduk m enurut ukuran kesanggupan bumi dan alamnya untuk memberi ma- kan pen dudukn ya. Tetapi di berbagai daerah di In don esia m em punyai m asalah kepadatan penduduk yang sangat ber-

Mochammad Tauchid beda-beda. Di beberapa daerah masalah kepadatan penduduk

sudah menjadi masalah yang sangat berat, sedang di daerah lainnya sebaliknya m em punyai m asalah kekurangan orang, di beberapa daerah lain n ya lagi boleh dikatakan tidak ada orangnya. Kedua-duanya merupakan kepincangan yang berat dalam masalah kemakmuran rakyat. Di satu daerah tidak ada tanah lagi untuk meluaskan pertanian rakyat, di daerah lainnya terlalu luas tanahnya nam un tidak ada orang. Dua keadaan yang tidak memberi kemakmuran. Manusia tidak dengan tanah tidak dapat hidup, sebaliknya tanah tidak ada manusia tidak dapat menghasilkan makanan.

Perbandingan keadaan dan kepadatan penduduk dengan luas tanah Indonesia dapat ditunjukkan dengan angka-angka seperti di bawah ini.

Kepadatan penduduk di Indonesia berdasarkan angka-angka statistik 1939

Daerah Luas dalam Penduduk ha Jumlah

Rata-rata tiap km 2 1. Jawa

13.217.400 46.753.000 361 2. Sumatera

47.360.500 9.438.000 20 3. Kalimantan

53.946.000 2.480.000 5 4. Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil

75.910.507 9.817.000 13 Seluruh Indonesia

Nam p ak bagaim an a p er bed aan kep ad atan p en d u d u k antara satu pulau dengan pulau lainnya.

Masalah Agraria di Indonesia

Jumlah penduduk bangsa Indonesia di Jawa dan Madura

Tahun Jumlah 1816

40.891.093 J umlah penduduk bangsa Indonesia di J awa antara tahun

18 15 sa m p a i 19 3 0 (sela m a 115 t a h u n ) b er t a m b a h d a r i 4.499.250 menjadi 40 .893 atau kira-kira hampir 9 kali lipat. Di sam pin g in i d im u atkan d aftar yan g m en u n ju kkan berapa bahu luas tanah J awa dan Madura, di antara itu berapa luas tanah pertanian bagi rakyat, berapa jumlah penduduk di seluruh J awa dan di masing-masing daerah, berapa rata-rata-

nya kepadatan penduduk tiap-tiap km 2 dan berapa luas tanah- m ilik rata-ratanya bagi tiap orang m enurut keadaan tahun 1920 dari angka-angka statistik (Landbouw Atlas) penerbitan tahun 1926.

Mochammad T

auchid

No Daerah 1

Luas daerah

dalam

bahu

Luas tanah pertanian rakyat tahun 1920

Jumlah Penduduk

th. 1920

Rata-

rata tiap

km2

Rata-rata luas tanah pertanian buat tiap-tiap Jumlah penduduk (bahu) Sawah Tanah Kering

Bahu

% dari

luas daerah

Bahu

% dari

luas tanah pertanian

Bahu

% dari

luas tanah pertanian

Jumlah Sawah Tanah Kering

Serang Pandeglang Lebak Jakarta 2 Jatinegara Bogor Karawang 3 Cirebon Indramayu Majalengka Bandung Cianjur Sukabumi Sumedang Garut Galuh/Tasik Malaya 4

Jawa Barat

Daftar luas daerah dan jumlah penduduk serta luas milik tanahnya di Jawa tahun 1920

1 Daerah menurut pembagian lama (tahun 1920). 2 Kota Jakarta sekarang dan kabupaten Tangerang. 3 Kabupaten Karawang sekarang dan Subang. 4 Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya.

Rata-rata tiap keluarga (terdiri dari 5 orang) mempunyai tanah pertanian 5 x 0,28 bahu = 1,40 bahu = 0,98 ha. Yang paling kecil di daerah Bogor hanya 5 x 0,18 bahu = 0,63 ha, karena daerah tersebut menjadi pusat tanah partikelir.

Masalah Agraria di Indonesia

1 Daerah menurut pembagian lama (tahun 1920). 2 Sekarang masuk propinsi Jawa Timur 3 Meliputi Kota Praja Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul 4 Meliputi daerah kota, Sukoharjo, Wonogiri dan Karanganyar.

No Daerah 1 Luas daerah dalam

bahu

Luas tanah pertanian rakyat tahun 1920

Jumlah Penduduk th. 1920

Rata- rata tiap km2

Rata-rata luas tanah pertanian buat tiap-tiap penduduk (bahu)

Jumlah

Sawah

Tanah Kering

Jumlah Sawah Tanah Bahu Kering % dari

luas daerah

Bahu

% dari

luas tanah pertanian

Bahu

% dari

luas tanah pertanian

Pekalongan Tegal Brebes Pemalang Semarang Salatiga Kendal Demak Grobogan Pati Kudus Jepara Rembang Tuban 2 Bojonegoro 2 Blora Banyumas

Mochammad T

auchid

Rata-rata tiap keluarga (terdiri dari 5 orang) mempunyai tanah pertanian 5 x 0,28 bahu = 1,40 bahu = 0,98 ha. Sama dengan rata-ratanya di Jawa Barat. Di daerah Yogya rata-rata 0,65 bahu = 0,455 ha.

Blora Banyumas Purwokerto Purbalingga Banjarnegara Cilacap Magelang Temanggung Purworejo Kebumen Wonosobo Yogyakarta 3 Kulonprogo Gunung Kidul Surakarta 4 Klaten Boyolali Sragen Madiun 2 Ngawi 2 Magetan 2 Ponorogo 2 Pacitan 2

Jawa Tengah

Masalah Agraria di Indonesia

No Daerah 1 Luas daerah dalam

bahu

Luas tanah pertanian rakyat tahun 1920

Jumlah Penduduk th. 1920

Rata- rata tiap km2

Rata-rata luas tanah pertanian buat tiap-tiap penduduk (bahu)

Jumlah

Sawah

Tanah Kering Jumlah Sawah Tanah Bahu Kering % dari luas daerah

Bahu % dari luas tanah pertanian

Bahu

% dari

luas tanah pertanian

Surabaya Siduarjo Mojokerto Jombang Gresik Lamongan Pamekasan Sumenep Bangkalan Sampang Kediri Tulungagung Nganjuk Blitar Pasuruan Bangil Malang Probolinggo Kraksaan Lumajang Bondowoso Jember Situbondo Banyuwangi

Jawa Timur

Jawa/Madura

Rata-rata keluarga (terdiri dari 5 orang) mempunyai tanah pertanian

5 x 0,37 bahu = 1,85 bahu = 1,30 ha

1 Daerah menurut pembagian lama (tahun 1920).

Mochammad Tauchid Dengan perhitungan tambahnya penduduk ditaksir tiap-

tiap tahun 1,5% maka angka-angka di muka pada tahun 1946 sudah berubah m enjadi:

Daerah Luas daerah Jumlah Rata-rata tiap

Penduduk km 2 1. Jawa

10.647.000 14 Maluku dan Sunda Kecil

Seluruh Indonesia

Rata-rata kepadatan penduduk dari tiap-tiap kepulauan it u m asin g-m asin g ber bed a-bed a kep ad at an sat u d aer ah dengan daerah lainnya yang sangat besar juga perbedaannya,

diantaranya di J awa sendiri, rata-rata tiap-tiap km 2 345 orang pada tahun 1930 , 361 orang pada tahun 1939 dan 391 orang pada tahun 1946 terdiri dari:

Daerah Luas dalam Penduduk ha Jumlah

Rata-rata tiap km 2 1. Jawa Barat

46.876.700 14.132.0s00 301 2. Jawa Tengah

37.375.100 18.928.000 506 3. Jawa Timur

Kepadatan Penduduk di berbagai daerah di seluruh Jawa dan Madura tahun 1950 *

No Karesidenan Penduduk Luas Tanah Km 2 Rata-rata jiwa tiap Km 2 1 Banten

482,2 * Luas tanah diambil dari Volkstelling 1930 (Dept. v. Landbouw, Nijwerheid en

Handel). Jumlah penduduk diambil dari statistik dalam negeri 1950, kecuali yang ditandai dengan *) dikutip dari Volkstelling 1930 dengan dasar tiap tahun tambah 1,5%.

Masalah Agraria di Indonesia

Tam bahn ya luas tan ah pertan ian rakyat diban din gkan den gan tam bahan pen duduk an tara tahun 1931-1940 : luas sawah bertambah 2,9%, tanah kering tambah 4%. Sedang jum- lah penduduk selama waktu itu tambah 14%, dan jumlah pemi- lik tanah bertambah 22%.

Rata-rata perluasan tanah pertanian rakyat (sawah dan tanah kering) selama tahun 1931– 1940 tiap-tiap tahun tambah

0 ,36%, sedan g ban yakn ya pen duduk ber tam bah r ata-r ata 1,4%. Tam bahan pen duduk akan berjalan terus, sedan g per- baikan kesehatan dan penghidupan rakyat akan mengurangi kematian dan meninggikan prosentasenya kenaikan. Sebalik- nya tanah pertanian rakyat tidak lagi akan dapat bertambah.

Angka-angka di muka itu menunjukkan bagaimana per- bedaan yang besar kepadatan penduduk di antara J awa Tengah dengan J awa Barat dan J awa Timur.

Angka-angka lainnya m enunjukkan lagi bagaim ana per- bedaan kepadatan penduduk di antara tempat-tempat dalam tiap-tiap daerah di J awa.

Mochammad Tauchid Menurut angka-angka yang didapat dari pencatatan jiwa

pada tahun 1930 , beberapa tem pat m enunjukkan catatan: Dataran tinggi Bandung ............................

71,10 oran g tiap km 2

Dataran Cirebon dan Pekalongan Utara ........ 656,9 orang tiap km 2

Di beberapa desa lainnya kepadatan penduduk lebih dari

1.0 0 0 orang tiap-tiap km 2 di antaranya: Distrik Plum bon (Cirebon) .......................

10 74 ,8 orang tiap km 2 . Bandung (luar kota praja) .......................

112 6 ,4 orang tiap km 2 . An diwern a (Tegal) ................................

16 3 7,9 orang tiap km 2 . Per b ed a a n kep a d a t a n p en d u d u k a n t a r a t a n a h J a wa dengan kepulauan lainnya karena pem isahan oleh laut tidak gampang meratakannya. J uga karena akibat politik penjajahan di masa yang lampau, karena pengaruh modal Belanda yang m en gham bat sistem dan politik m on opoli Kom pen i, m eye- babkan beberapa daerah terpen cil dan tergen cet. Beberapa daerah dan kepulauan di Indonesia yang tadinya erat berhu- bungan, diceraikan dan dipisah-pisahkan satu dengan lainnya.

Salah satu sebab yang terpenting, jarangnya penduduk di beberapa daerah selain J awa, ialah perbuatan Kompeni yang m enghancurkan daerah-daerah yang sem estinya besar per- kembangan dan tambahnya penduduk seperti Banda, Makas- sar, dan lain -lain n ya. Daerah -daerah itu dih an curkan dan diisolasikan. Juga karena perampasan dan penculikan penduduk di daerah luar Jawa untuk diperdagangkan sebagai budak belian, m enjadi sebab jarangnya penduduk di daerah-daerah itu.

Masalah Agraria di Indonesia Tan ah J awa selam a pen jajah an ter d esak kead aan n ya

ber u bah m en jad i d aer ah p en gam bilan h asil bu m i bah an ekspor den gan cara paksa, yan g m em pen garuhi perubahan keseim ban gan kepadatan pen duduk di satu daerah den gan daerah lain n ya. Men in gkatn ya pertam bah an pen duduk di J awa ditambah lagi dengan pendatangan budak-budak belian dan emigrasi untuk keperluan perusahaan Belanda di J awa.

Kepincangan karena tidak m eratanya penyebaran pen- duduk di seluruh Indonesia serta pengaruh politik ekonom i kolonial, menimbulkan perbedaan besar kecilnya milik tanah di antara petani di berbagai tem pat di seluruh J awa, seperti ternyata dalam daftar di muka.

Den gan an gka-an gka dapat digam barkan beberapa ke- adaan, besar kecilnya perusahaan pertanian rakyat di J awa sebagai berikut:

Rata-rata milik tanah rakyat di J awa kurang dari ½ ha. Di beberapa karesidenan bahkan hanya 1/ 3 ha dan di beberapa daerah lainnya lagi rata-rata 0 ,8 ha.

Men u r u t la p or a n kem a km u r a n (W elv a a r t sr a p p or t ) tahun 1913, 72% petani di J awa tanahnya kurang dari 1 bahu (0 ,7 ha) memiliki tanah seluas 36% dari luas tanah pertanian selu r u h n ya.

Orang yang mempunyai tanah lebih dari 9 bahu (6,3 ha) kurang dari 1% dari jumlah petani, memiliki 7,6% dari luasnya tanah pertanian sem uanya. Di antara m ereka itu ada 1.20 0 orang yang tanahnya lebih dari 25 bahu (17,5 ha). J umlah itu pada tahun 1925 naik m enjadi 3.787 orang.

P er kem b a n ga n p em u sa t a n (con cen t r a t ie) t a n a h it u sangat berbeda-beda antara daerah-daerah di seluruh J awa. Pemusatan ini terutama terjadi di daerah Priangan, daerah

Mochammad Tauchid yang tidak terdapat tanah kom unal. Di sini terdapat banyak

milik tanah yang ‘luas’, yang pemiliknya tidak tinggal di desa tempat tanahnya. Di antara 570 orang petani besar, terdapat

30 4 orang yang tidak tinggal di desa tem pat tanah itu, yang memiliki tanah di luar desanya sejumlah 3.20 0 bahu. Tanah- tanah itu dalam persil-persil kecil disewakan atau diparokan kepada orang-orang yang merupakan pemerasan secara lintah dar at.

Di sam pin g pem ilik-pem ilik tan ah besar itu ter d apat oran g-oran g sedesan ya yan g sam a sekali tidak m em pun yai tan ah.

Di d aer ah Pu r balin gga (Ban yu m as) ter d apat per ban -

d in ga n a n t a r a 36 .78 3 p et a n i p em ilik t a n a h , d i sa m p in g

10 3.70 3 orang yang tidak m em punyai tanah. Di daerah Brebes separo jum lahnya petani tidak m em - punyai tanah. Di daerah Malang Utara perbandingan keadaan tahun 1914 dengan 1924 sebagai berikut:

Lebih dari separo petan i di san a m en gusahakan pen g- hidupan lain sebagai buruh di ondernem ing di samping usaha pertaniannya. Petani kecil ini makin lama makin menjadi besar jum lah n ya dar i 511 or an g dalam tah un 1914 m en jadi 530 orang dalam tahun 1924. Orang tani yang mempunyai tanah an tara 1 sam pai 6 bah u berkuran g dari 466 m en jadi 450 , sedang orang tani yang tanahnya lebih dari 6 bahu tetap saja jum lanya yaitu 9 orang.

Per u bah an per ban d in gan m ilik tan ah d i d esa d aer ah Pekalongan antara 1 - 1,6 bahu. Pada tahun 1928 menjadi rata- rata 0 ,8 bahu.

Dulu di sana dilarang seseorang m em punyai tanah pe- karangan lebih dari satu tempat, kemudian banyak orang yang

Masalah Agraria di Indonesia m em pun yai pekaran gan lebih dari satu tem pat. Ban yak di

antaranya orang yang tinggalnya tidak di desa itu yang dulu dilaran g.

Karena perubahan milik tanah di daerah itu sewa tanah menjadi naik. Maka upah tenaga menjadi turun (pengaruh im- bangan penawaran dan permintaan). Kalau pada tahun 1868 or an g m en u ai p ad i u p ah n ya (bawon n ya) 1/ 3, ser en d ah - rendahnya 1/ 5 dari pendapatan, pada tahun 1928 bawon itu antara 1/ 5 sam pai 1/ 6, terkadang 1/ 7 sam pai 1/ 8 dan terka- dang lebih rendah lagi. Sekarang sam pai 1/ 15– 1/ 20 .

Men urut laporan Dr. J . W. Meyer Ran n eft ‘On derzoek n aar de belastin gdruk op Jaca’ pada tahun 1925, n am pak tan da pem usatan (bezits con cen tratie) tan ah di beber apa daerah, dem ikian diteran gkan , bahwa 1.20 9 oran g pem ilik tanah lebih dari 25 bahu di J awa pada tahun 190 5 naik menjadi 3.387 orang pada tahun 1925. Di daerah Priangan pemusatan tanah ini lebih naik jumlahnya, sebagaimana disaksikan oleh Mr. C.T. van Deventer, pemilikan tanah besar dekat kota Kara- wang bertambah naik, dengan angka-angka 556 menjadi 1.226 oran g. Milik tan ah 6 bahu yan g um um n ya sudah dian ggap besar, di Priangan sejumlah 5,79% dari orang semua, memiliki tanah 31,76% dari jumlah tanah. Di samping itu 57,67% dari pemilik tanah masing-masing kurang dari 2 bahu dengan me- miliki tanah 15,24% dari luas semua tanah.